webnovel

Cinta Cowok Dingin

Jangan salahkan aku menjadi seperti ini, sebab ini semua karena dirimu yang meninggalkan aku sendiri tanpa penjelasan darimu.

Wulandari_8096 · Teen
Not enough ratings
34 Chs

Pantai

Happy Reading

.

.

.

"Aargghhhh" teriak Dwi terjatuh saat sudah sampai dipinggir pantai.

Hal itu membuat pikiran Fian blank karena khawatir akan Dwi dan langsung berlari dengan tergesa-gesa menuju Dwi.

"Lo kenapa? apa ya kena? Lo gak papa kan?" tanya Fian khawatir saat dia berhasil menghampiri Dwi, sambil mengecek keadaannya.

" hahahaha" tawa Dwi pecah saat melihat Fian yang khawatir.

"Lo ngerjain gue?" tanya Fian galak.

"Pfftt Hehe gue cuman bercanda aja kok abis lo serius amat sih, tapi lucu tau" jawab Dwi masih dengan kekehannya.

"Apa yang lucu ha? Lo tau gue khawatir banget liat lo jatuh, tapi rupanya lo cuman mainin gue aja" marah Fian.

"Ma...maaf" Dwi merasa bersalah pada Fian padahal niat Dwi hanya ingin mengajak Fian bermain tapi ternyata malah membuat Fian marah padanya.

"Hais" desis Fian sambil mengacak-acak rambutnya lalu berdiri masih dengan mengacak-acak kasar rambutnya dengan tangan di pinggang.

"Gue beneran gak papa kok maaf ya" ujar Dwi sambil mengikuti Fian berdiri.

"Serah lo gue gak perduli" jawab Fian jutek.

"Hilih kalo emang gak perduli ngapain juga marah-marah tadi" gumang Dwi pelan berharap Fian tidak mendengarnya.

"Apa lo bilang?" marah Fian karena merasa Dwi mengejek rasa khawatirnya.

"Ga... gak gue cuman mau bilang kalo lo haus tuh disana ada jualan kelapa muda, lo kan tadi abis marah-marah barang kali tenggorokan lo kering kan" jawab Dwi mencari alasan dengan cepat.

"Hm bilang aja lo yang haus" jawab Fian lalu berjalan menuju orang jualan kelapa muda itu.

"Bang kelapa mudanya 2" Fian memesan kelapa muda dan dari kejauhan Dwi menatap Fian dengan tatapan yang sangat mendalam.

"Nih" tiba-tiba Fian sudah sampai di depan Dwi sambil membawa kelapa muda dan menyerahkan satu kelapa itu kepada Dwi, tapi tidak kunjung di ambil Dwi karena dia masih melamun sambil menatap Fian kian dalam.

"Ambil tangan gue pegel" Fian buka suara lagi tapi masih tidak mendapatkan respon dari Dwi.

"Sekarang apa?, Pura-pura kesurupan?" tanya Fian mulai jengah, tiba-tiba Dwi mengambil kelapa dari tangan Fian sambil menggenggam tangan Fian dan muka yang malu-malu sambil menggigit bibirnya.

Sedangkan itu di dalam khayalan Dwi, yang dia lihat adalah Fian yang memberikan kelapa muda dengan senyuman manisnya yang membuat Dwi malu-malu.

"Ihhh lo ngapain sih" srakk bubar sudah hayalan Dwi karena mendengar suara melengking Fian.

"Eh eh eh gu..gue cuman mau bersihin tangan lo nih banyak pasir" jawab Dwi gugup sambil menepuk-nepuk tangan Fian.

"Ini gue ambil" lanjutnya lalu mengambil kelapa di tangan Fian dan berlari menuju tepi pantai.

"Aneh" heran Fian melihat tingkah Dwi.

Sementara itu Dwi dengan muka merah padamnya menyedot kelapa mudanya dengan cepat untuk mengurangi panas dalam dirinya yang sudah mencapai muka.

"Kurang?" tanya Fian yang sudah berada dibelakang Dwi.

"Hah gak kok cukup" kaget Dwi menoleh kebelakang dan melihat Fian yang sudah duduk dibelakang nya, melihat itu Dwi langsung memalingkan wajahnya karena takut Fian melihat mukanya yang merah paham.

"Lo kenapa? Muka lo kok merah? Lo sakit?" sepertinya Dwi kurang cepat memalingkan wajahnya karena Fian sudah berhasil melihat wajahnya yang merah.

"Gak papa kok cuman panas aja, kulit gue tuh emang gitu kalo kepanasan pasti langsung merah hehehe" jawab Dwi cepat mencari alasan.

"Hmm ya udah duduk" perintah Fian saat melihat Dwi masih saja berdiri.

"Eh iy..iya" Dwi refleks langsung duduk menuruti perintah Fian, hal itu membuat Fian tersenyum tipis saat melihat tingkah Dwi yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Lo sering kesini?" tanya Dwi mencoba mencairkan suasana.

"Kalo lagi ada masalah" jawab Fian singkat.

"Ohh" canggung Dwi, dia berharap setelah bertanya Fian akan bertanya lagi padanya tapi rupanya harapan hanya harapan.

"Lo kenapa bolos?" tanya Fian.

"(Akhirnya tapi kenapa harus tanya ini sih)" omel Dwi dalam hati.

Disisi lain Fian sedang menatap Dwi karena Dwi tak kunjung menjawabnya, hal ini membuat jantung Dwi berdebar tak karuan dan mukanya mulai memerah.

"Panas lagi ya?" tanya Fian saat melihat muka Dwi yang mulai memerah lagi.

"Gak" jawab Dwi cepat dan sedikit berteriak yang membuat Fian terpaku kaget.

"Eh...itu...gue cuman mau coba-coba aja kok" jawab Dwi tak enak karena tak sengaja meneriaki Fian.

"Hah apa?" tanya Fian masih blank karena teriakan Dwi.

"Itu alasan kenapa gue bolos" jelas Dwi dengan lemah lembut berharap Fian lupa dia meneriakinya tadi.

"Ah ohh" jawab Fian blank dan mengalihkan perhatian pada hamparan lautan di depannya.

"Cantik" kata Fian berusaha mencairkan suasana.

"Hah" kaget Dwi dengan dada berdebar debar saat mendengar perkataan Fian.

"Lautnya cantik" kata Fian sambil menunjuk laut.

"Ah iya lautnya cantik" ujar Dwi kecewa lalu mereka memilih berdiam diri sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa mereka dari laut.

#

#

#

"Sebenarnya kenapa ngajak gue kesini?" setelah berdiaman cukup lama akhirnya Dwi lagi yang lebih dahulu membuka suara.

"Gak ada gue cuman gak enak udah hampir numbur lo pagi tadi dan juga sebenarnya pagi tadi suasana hati gue lagi gak bagus" jawab Fian dengan mata yang menerawang kedepan sebenarnya masih ada alasan lain tapi cukup alasan itu yang perlu diketahui Dwi.

"Lo lagi ada masalah dirumah?" tanya Dwi mulai cemas saat melihat raut wajah Fian yang kurang bagus.

Dwi tau betul keluarga Fian dari luar memang terlihat sebagai keluarga yang sangat harmonis, walau pada kenyataan tidak begitu. Dulu sebelum Dwi memutuskan untuk pergi keluar negeri tanpa kabar dan berita dia dan Fian sangatlah dekat sampai tidak ada rahasia antara mereka. Fian selalu bercerita masalah keluarganya dan begitu pula Dwi yang selalu bercerita semuanya pada Fian baik tentang kesehariannya, keinginan nya, dan tentu saja tidak tentang kepergiannya.

"Lo kek tau banget kondisi keluarga gue ya" sindir Fian.

"Gak gak kok gue cuman nebak doang, soalnya gue juga kalo lagi ada masalah sama orang tua gue gitu" panik Dwi mulai mencari alasan.

"Hm" sahut Fian terlihat sangat kecewa karena Dwi masih juga tak mau jujur padanya, padahal dia sudah mempersiapkan hati untuk memaafkan Dwi dan menjadi seperti dulu lagi bila Dwi mengakui siapa dirinya sebenarnya dan menjelaskan alasan mengapa dia pergi tanpa pamit. Padahal saat itu pun jika ingin komunikasi sudah mudah, mereka bisa saling berkirim email atau bahkan saling menelpon tapi kenapa Dwi memilih untuk pergi tanpa kabar. Sebenarnya Fian sangat senang dan marah saat melihat Dwi yang berada di depan kelasnya sebagai anak baru, maka dari itu dia pura-pura lupa akan Dwi dia kira Dwi akan mengejarnya dan minta maaf tapi ternyata tidak.

"Hah" Fian membuat nafas kasar.

"Lo gak papa? Masalahnya besar ya?" Dwi mulai khawatir.

"Lo gak perlu tau" jawab Fian sambil berbaring dipasir.

Cling cling

"Nih buat lo"

TBC...