webnovel

Cinta Cowok Dingin

Jangan salahkan aku menjadi seperti ini, sebab ini semua karena dirimu yang meninggalkan aku sendiri tanpa penjelasan darimu.

Wulandari_8096 · Teen
Not enough ratings
34 Chs

Kecelakaan

Happy Reading

.

.

.

"Perfect" satu kata itu keluar dari mulut Dwi saat melihat pantulan dirinya di kaca.

Tok tok tok

"Masuk" kata Dwi masih dengan kegiatan yang sama yaitu mengaca.

Krett

Terdengar suara pintu yang dibuka dan muncullah sosok Bik Minah dari balik pintu.

"Non bapak dan ibu sudah nunggu untuk sarapan" kata Bik Minah.

"Oh iya iya Bik ayok kita turun"ajak Dwi sambil berlari kecil kemeja belajarnya guna mengambil tas sekolahnya lalu menghampiri Bik Minah dan merangkul manja sambil berjalan keluar kamar.

"Haha non mah gak berubah tetep aja manja ya" kata Bik Minah sambil mengelus tangan Dwi yang merangkulnya.

Sambil berjalan menuruni tangga Dwi masih merangkul Bik Minah dan menceritakan betapa kangennya dia pada Bik Minah saat bersekolah Inggris.

"Dwi sini nak sarapan" ajak mommy saat melihat Dwi menuruni tangga.

"Okey mommy" seru Dwi sambil berlari kecil menghampiri orang tuanya membuat mereka terkekeh karena kelakuan Dwi yang masih seperti anak kecil yang sangat menggemaskan.

"Muach muach"

"Pagi mommy, pagi Daddy" katanya setelah mencium pipi kedua orang tua.

"Pagi sayang" jawab kedua orang tuanya kompak, sungguh keluarga yang sangat bahagia.

.

.

.

Ditempat lain tampak Fian yang juga sedang menyantap sarapan paginya dengan suasana yang sangat berbanding terbalik dengan suasana hangat dari keluarga Dwi. Suasana di meja makan saat ini tampak mencekam membuat orang biasa tidak dapat menelan makanannya, tapi sepertinya mereka sudah terbiasa akan suasana itu terlihat dari mereka yang tampak biasa saja.

"Bagaimana disekolah?" tanya seorang pria tua memecahkan keheningan diatas meja makan, dia adalah ayah Fian.

"Baik" jawab Fian singkat,padat dan jelas.

"Berhenti bermain-main dan belajarlah yang serius" nasehat laki-laki tua itu acuh, selain Fian dan ayahnya tampak seorang wanita muda cantik yang duduk di samping ayahnya dia adalah ibu tiri Fian.

"Sudahlah jangan memarahi Fian" kata ibu tiri Fian itu sambil bermanja-manja dengan suaminya, Fian yang melihat kelakukan wanita itu merasa jijik.

"Kenyang" katanya setelan membanting sendoknya dan berlalu meninggalkan ayah dan ibu tirinya yang terkaget-kaget akibat ulahnya.

"Dasar anak kurang ajar"marah ayah Fian yang tidak dihiraukan olehnya.

"Sudahlah sayang" suara menjijikkan itulah yang menjadi hal terakhir yang dia dengar sebelum keluar dari rumah yang seperti neraka baginya itu.

Setelah itu Fian langsung menaiki motornya dan pergi dari rumah itu dengan kecepatan tinggi.

Ckitttttttttt brakkkk

"Hosh hosh hosh" nafas Fian menggebu-gebu sambil melihat gadis yang tergeletak di jalan itu.

"Aw sakit tau, tolongin kek" kata gadis itu sambil mencoba bangun.

"Hosh ... Lo gak papa" tanyanya sambil membantu Dwi bangun, ya gadis itu adalah Dwi dia mencoba melakukan hal yang belum pernah dia lakukan yaitu membolos makanya dia bisa bertemu Fian yang jauh dari rumahnya.

"Kalo bawa motor hati-hati dong" alih-alih menjawab Dwi sibuk malah mengomel sambil membersihkan roknya yang kotor.

"Lagian Lo ngapain disini, ini kan arah yang berlawanan dengan arah kesekolah?"

"Yee gue mau ngpain juga bukan urusan situ ya" ketus Dwi

"Heh jangan bilang Lo mau bolos, hahah jadi ini sifat asli anak baru yang di omongin sesekolah *TULANG BOLOS*" nyinyir Fian dengan penekanan.

"Ya suka-suka gue lah nyinyir aja lo" kesal Dwi

"Suka-suka gue dong"

"Udah sana pergi" usir Dwi karena kesal.

"Apaan sih lo kayak jalan punya lo aja" sinis Fian

"Ya Lo gangguan gue" jawab Dwi ngegas

"Biasa aja kali gak usah teriak-teriak kek di hutan aja" sungut Fian sambil mengusap-usap kupingnya yang pengang karena suara cempreng Dwi.

"Lo apaan sih gaje banget gak kek biasanya" Dwi mulai risih dengan Fian seperti ini

"Emang gue biasanya gimana?" tanya Fian

"Menurut lo?" tanya balik Dwi

"Menurut gue, gue orang ganteng dan baik" jawabnya cengengesan

"Gila lo ya" kesal Dwi dan berlalu ingin pergi tapi digagalkan Fian.

"Apaan sih lepasin" marah Dwi saat Fian menggenggam tangannya untuk menghentikannya.

"Lo mau kemana?" tanya Fian mulai serius

"Apa urusannya sama elo" sinis Dwi dan berlalu ingin pergi tapi tangannya tak kuncing di lepaskan Fian.

"Lo penasaran gak gimana kalau anak-anak disekolah tau kelakuan lo yang suka bolos gini?" tanya Fian sambil mengeluarkan smirknya (sangat mengerikan).

"Ya biarin aja gue kan gak bolos tiap hari, lagian emang bakal ada yang percaya sama lo" tantang Dwi.

"Emang gue kenapa hah?" marah Fian karena merasa di remehkan.

"Lo kan si nakal tukang bolos dan ngelawan guru" jawab Dwi enteng dengan nada mencemooh.

"Hais bodo amat lo ikut gue" kesal Fian frustasi dan langsung menarik tangan Dwi mengikutinya.

"Eh mau kemana?"tanya Dwi

"Berisik udah ikut aja" jawab Fian mutlak

"Hais" kesal Dwi tak suka karena sikap Fian yang seenaknya.

"Nih" kata Fian sambil memberikan helm untuk dipakai Dwi yang langsung di pakainya.

"Naik" suara Fian yang menyuruh Dwi naik kemotornya terdengar kembali dan langsung di teruti Dwi.

Sebenarnya Dwi sekarang sedang bingung akan sikap Fian yang menurutnya sangat berbeda, saat ini isi kepala Dwi sibuk memikirkan alasan sikap Fian yang sangat berbeda kepadanya itu, tapi lamunannya langsung buyar saat tangan Fian dengan tiba-tiba menarik tangannya dan menaruhnya di pinggang laki-laki itu.

Saat ini sebertinya jantung Dwi berkerja dengan keras karena detakannya yang sangat cepat dan kencang untung saja ada angin jalan yang membuat suara jantung nya aman akan kemungkinan didengar oleh Fian. Disepanjang jalan tidak ada yang mau membuka suara untuk mencairkan suasana, karena sibuk akan urusan masing-masing seperti halnya Dwi yang sibuk menenangkan jantungnya karena masih saja berdetak tidak karuan apalagi saat ini dia dapat jelas mencium aroma parfum Fian yang sangat memabukkan baginya, serta Fian yang fokus mengendarai motornya tanpa mau repot untung berbicara dengan Dwi.

Tiba-tiba Fian menepikan motornya di depat apotik.

"Tunggu" perintah Fian yang hanya di angguki Dwi.

"Ayok" ajak Fian setelah keluar dari apotik sambil membawa pelastik yang dapat kita yakini adalah obat.

"Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Dwi lagi.

"Naik" perintah Fian mutlak tanpa mau menjawab pertanyaan Dwi.

"Apaan sih sok ngebos banget tinggal bilang aja mau kemana susah, gimana kalau dia ngapa-ngapain gue his" Dwi berjalan menaiki motor sambil ngedumel pelan tapi masih dapat di dengar Fian dan membuat Fian tersenyum manis yang tidak disadari Dwi.

Setelah Dwi naik Fian langsung melajukan motornya dan berhenti disebuah taman yang tampak sepi pengunjung karena hari kerja.

"Turun" perintah Fian saat mereka sampai di parkiran.

"Mau ngapain kesini Lo gak kesekolah?" tanya Dwi heran.

"Bukannya lo mau bolos?" tanya balik Fian.

"Iya sih terus lo ngapain ikut-ikutan?"

"Lo kayak orang yang gak pernah bolos jadi gue mau nunjukin cara bolos sama elo" jawab Fian sekenaknya.

"His apaan sih" kesal Dwi karena Fian yang meremehkan dia.

Tiba-tiba Fian menggenggam tangan Dwi dan menariknya untuk duduk di kursi lalu mengeluarkan obat yang dibelinya tadi dan menarik tangan Dwi membantunya mengobati telapak tangannya yang terluka.

"Bodoh tangan luka aja gak sadar" ejek Fian dengan nada lembut hal itu membuat jantung Dwi tak dapat diajak kompromi lagi padahal baru saja jantungnya tenang tapi Fian malah membuatnya kambuh lagi, sebenarnya ada apa dengan Fian?

"Sudah" kata Fian setelah berhasil menempelkan plester di telapak tangan Dwi.

"Ayo"ajak Fian lagi.

"Mau kemana lagi?" tanya Dwi.

"Beli baju" jawab Fian sambil berjalan pergi.

"Eh tunggu"

TBC...

Catatan : Kita update setiap hari Minggu ya^_^