30 Body goals

Happy Reading

.

.

.

"Aaaaaaaa" teriak Milla dan Dwi heboh.

"Hahahaha penakut banget sih kalian" Briyan tertawa puas.

"Gila lo ya hampir copot nih jantung gue" marah Dwi sambil memegangi dadanya yang berdebar kencang sedangkan Milla malah mematung sambil memegangi dadanya sakit takutnya.

"Hehe sorry abis gue liat kalian serius banget sih" kata Briyan merasa bersalah.

"Eh Mill lo gak papa kan?" tanya Dwi heran karena Milla terus memegangi dadanya.

Brukkk

.

.

.

"Gue kok bisa disini?" tanya Milla yang baru bangun dan mendapati dirinya berada di UKS.

"Akhirnya lo bangun juga" kata Dwi merasa lega.

"Gue pingsan ya Wi?" tanya Milla lemas.

"Iya gue sama Briyan sampe kaget tau gak liat lo tiba-tiba jatuh ke tanah" cerita Dwi heboh.

"Ha kok bisa sih perasaan gue gak punya riwayat penyakit jantung" heran Milla yang mengira dirinya pingsan karena dikejutkan Briyan.

"Emang enggak kok, tadi kata dokter lo itu dehidrasi" jelas Dwi karena melihat Milla yang kebingungan.

"Untung deh kirain gue punya penyakit kronik" kata Milla merasa lega.

"Haha ada-ada aja sih lo Mill Mill " kata Dwi merasa geli dengan perkataan Milla.

"Gue takut aja abis kalo di tv-tv kan gitu" terang Milla.

"Hahah iya iya, oh iya ini di minum" Dwi memberikan obat dan air minum yang sudah disiapkan dokter tadi di atas meja kepada milla.

"Makasih Wi" kata Milla sesudah meminum obat yang diberikan Dwi.

"Oh iya Briyan mana?" tanya Milla karena tak melihat batang hidung Briyan.

"Kenapa kangen ya?" goda Briyan yang tiba-tiba muncul dari balik tirai kasur Milla.

"Lo ngapain disitu?" tanya Milla heran karena dokter penjaga yang malah membiarkan Briyan tidur di sana.

"Tangan gue sakit" jawab Briyan sambil menunjukkan tangannya, hal itu membuat Dwi memutar mata jengah karena Briyan akan memulai dramanya yang membosankan.

"Eh tangan lo kena arit ya?" tanya Milla cemas.

"Bukan" bantah Briyan cepat.

"Terus kenapa?" tanya Milla lagi.

"Hah tadi pas lo tiba-tiba pingsan gue cemas banget jadi gue langsung gendong lo deh sambil lari-lari kesini mana jauh banget lagi jadi deh tangan gue sakit" cerita Briyan mendramatisir membuat Dwi yang tau kejadian sebenarnya semakin muak mendengar cerita Briyan.

"Gara-gara gue ya maaf ya" Milla merasa bersalah.

"Lo percaya Mill?" tanya Dwi heran karena Milla yang mudah percaya dengan omongan Briyan.

"Emang gak gitu ya?" tanya Milla polos.

"Ya enggak lah, asal lo tau ya kalo gue gak maksa-maksa dia buat gendong lo mungkin lo sekarang masih di lapangan deh" kata Dwi membongkar kebohongan Briyan.

"Kok lo gitu sih" kesal milla sambil memukul tangan Briyan.

"Aw sakit Mill" keluh Briyan membuat Milla otomatis menoleh kearah Dwi bertanya-tanya.

"Kalo yang itu beneran" kata Dwi menahan tawanya melihat Briyan yang mengelus-elus tangannya yang keseleo di pukul Milla.

"Sorry sorry gue kira tangan lo sakit itu bohong juga" Milla cepat-cepat meminta maaf pada Briyan.

"Sakit tau" keluh Briyan merajuk.

"Halah lebay" ejek Dwi.

"Lo aja coba" tantang Briyan.

"Gue kan cewek wajar dong kalo gak bisa gendong Milla yang bongsor ini" jawab Dwi membela dirinya sendiri.

Plak

"Aw" teriak Dwi karena Milla tiba-tiba memukul lengannya.

"Lo bilang apa? gue bongsor?" tanya Milla ngamuk.

"Eng-enggak siapa yang bilang lo kayak gitu" Dwi berusaha mengelak agar tidak kena amukan Milla.

"Prff" Briyan tertawa puas karena dapat melihat ekspresi Dwi yang ketakutan.

"Gue denger sendiri tau" marah Milla karena Dwi yang tak mau mengakuinya.

"Aduh lo salah denger kali Mill, maksud gue tu body goals bukan bongsor" kilah Dwi.

"Yakin lo" Milla memastikan.

"Iya dong yakin" jawab Dwi terpaksa.

"Hehe makasih Dwi sayang" Milla tiba-tiba merubah ekspresi garangnya menjadi ekspresi bahagia sambil memeluk Dwi.

"Haha iya gue gak mungkinlah mau ngejek sahabat satu-satunya gue" kata Dwi membuat Briyan berekspresi ingin muntah.

.

.

.

#RS.Mutiara#

"Lo ngapain kesini?" tanya Fian kesal pada Agung dan Fatan yang sudah duduk manis sambil memakan yang ada di atas meja.

"Mau jenguk lo lah, ngapain lagi?" jawab Agung dengan tangan yang sibuk mengocek jeruk di atas meja.

"Bener kita kan sahabat selamanya" sambung Fatan lebay.

"Halah ganggu gue mau tidur aja lu pada" keluh Fian yang tidak jadi tidur karena kedatangan Agung dan Fatan.

''Kalo lo mau tidur ya tidur aja" sahut Fatan tak perduli karena sedang sibuk memainkan game di hpnya.

"Iya tidur aja, gak usah khawatir kita jagain kok" ujar Agung sok perduli padahal niat aslinya agar mereka bisa main dengan tenang tanpa harus mendengarkan celotehan Fian.

"Awas lo ya kalo ribut" ancam Fian.

"Aman" jawab Agung dan Fatan kompak.

"Hahah" tawa Agung menggelar membuat Fian yang baru saja ingin menutup matanya menjadi kaget.

"Gue bilang jangan ribut" marah Fian yang mencoba bersabar.

"Sorry sorry abis gue gak tahan abis ngeliat ini" kata Agung sambil menyodorkan hpnya pada Fian.

"Apaan sih?" tanya Fatan kepo dan langsung mendekati Fian untuk melihat hal yang membuat Agung tertawa seperti orang gila itu.

"Prtt, Hahah gila kocak banget mukanya" tawa Fatan seketika.

"Mereka kenapa?" tanya Fian serius.

"Haha katanya sih kena hukum sama Bu Putri buat lari keliling lapangan sama bersihin lapangan belakang sekolah" jawab Agung tanpa melihat perubahan ekspresi wajah Fian yang sangat serius.

"Maksud gue cowok itu sama Dwi pacar?" tanya Fian terbakar api cemburu karena melihat foto Dwi dan Briyan yang sangat dekat.

"Kayaknya sih iya soalnya gue pernah dengar anak cewek ngegosip mereka yang katanya serasi apa lagi mereka selalu pulang pergi bareng" tebak Agung.

"Iya bener gue malah pernah dengar kalo sebenarnya mereka itu udah dijodohin sama orang tua mereka" lanjut Fatan membuat Fian semakin kepanasan.

"Eh lo kenapa mukanya gitu?" tanya Fatan yang seakan tersadar dengan perubahan ekspresi wajah Fian.

"Jangan-jangan lo suka sama Dwi ya?" tebak Agung tepat sasaran dapat dilihat dari Briyan yang tidak mau repot-repot untuk menyangkalnya.

"Akhirnya Fian kita tumbuh besar juga" lanjut Agung seperti orang tua yang membesarkan Fian.

"Wah gila lo Fian" kata Fatan masih kurang percaya.

"Haha iya bener-bener gila sih ni bocah, bisa-bisanya dia suka sama Dwi tapi sikap dia kasar ke Dwi kayak orang yang benci" Agung tertawa karena merasa cara Fian menyukai seseorang sangat tidak biasa.

"Enak aja kalian yang gila" protes Fian tak terima.

"Haha terus lo mau gimana?, Sekarang Dwi aja udah pacaran sama Briyan" tanya Fatan memanas-manasi Fian.

.

.

.

TBC...

avataravatar
Next chapter