webnovel

Hukuman Ke-2

Happy Reading

.

.

.

"Nah sampai" kata Milla saat mereka berhenti di lapangan kosong dengan Briyan yang sudah duduk santai di pinggir lapangan menunggu mereka.

"What" kaget Dwi dengan mulut ternganga.

"Lebay" ejek Briyan sambil melempar Dwi dengan batu kerikil kecil.

"Sakit dodol" marah Dwi yang sudah bersiap membalas Briyan dengan batu bata di tangannya karena lemparan Briyan yang mengenai pahanya.

"Wah wah wah Wi gue cuman lempar batu kerikil dan lo mau balas gue pakek batu segitu gede?" kata Briyan ketakutan dengan tangan yang mencoba melindungi mukanya.

"Iya kenapa?" jawab Dwi yang sudah mengangkat batu keatas kepalanya siap melempar kearah Briyan.

"Hahaha udah-udah Wi liat Briyan udah gemetaran ketakutan?" Milla berusaha menyelamatkan Briyan dari amukan Dwi.

"Lo juga udah jangan jail tau hari udah panas gini jangan nambah bikin panas dong" omel Milla pada Briyan saat melihat Dwi yang sudah menurunkan batu di atas kepalanya.

"Iya iya maaf abis dia lebay banget sih" kata Briyan yang langsung mendapat plototan tajam dari Dwi.

"Eh lo gak liat ini lapangan udah kayak hutan, rumputnya aja udah setinggi-tinggi gaban gimana caranya coba kita bersihin ini semua dengan tangan kosong sebelum pulang sekolah pula" omel Dwi tak terima karena di bilang lebay.

"Iya sih tapi namanya juga hukuman wajar dong kalo nyusahin" jawab Briyan tak ambil pusing.

"Tapi masa gak pakek apa-apa, tangan gue yang ada luka-luka dong mana rumputnya tajam-tajam lagi" keluh Dwi sambil menatap telapak tangannya.

"Tenang aja liat gue bawa apa" kata Milla sok misterius.

"Apa?" tanya Dwi dan Briyan penasaran.

"Jeng jeng jeng taraa" Milla mengeluarkan sesuatu dari balik badannya.

"Wah Mill lo dapat dari mana?" kaget Dwi bercampur senang.

"Iya gak mungkinkan lo bawa dari rumah" heran Briyan.

"Enggak lah ini gue dapat dari Bulek Sri" jawab Milla sumringah.

"Ada apa kok tiba-tiba Bulek Sri ngasih alat gituan ke elo?" tanya Briyan masih heran sedangkan Dwi tak peduli yang penting tangannya tidak jadi luka-luka saja sudah cukup baginya urusan seperti Milla dapat sarung tangan dan alat dari mana itu tidak penting.

"Gak tau mungkin dia tau kita di hukum bersihin lapangan belakang jadi dia kasihan terus menjamin ini" jawab Milla tak peduli dengan alasan Bulek Sri meminjaminya alat-alat itu.

"Aneh" sahut Briyan curiga yang langsung mendapat jitakan dari Dwi.

"Bacot banget sih lo masih untung juga di pinjemin malah banyak ngeluh" omel Dwi yang sudah menggunakan sarung tangannya.

"Aw bukan gitu maksud gue, cuman aneh aja kan kalo teman sekelas kita aja masih ada yang gak tau kita di hukum tapi Bulek Sri duluan tau" keluh Briyan sambil mengelus-elus kepalanya.

"Eh kata siapa gak ada yang tau lo liat nih" kata Dwi sambil menyodorkan hp nya yang berisi chat grup kelas mereka.

"Anjir gue jelek banget di foto dari atas" kaget Briyan saat melihat foto mereka yang sedang berlari keliling lapangan tadi.

"Lo masih mending coba liat gue, ya ampun burik banget" keluh Dwi mengatai durinya sendiri.

"Lah kan lo emang aslinya burik" sahut Briyan sambil menatap Dwi heran.

"Prff" Milla mencoba menahan tawanya.

"Anjim lo" kesal Dwi karena dikatai burik dan berniat memukul Briyan tapi karena Briyan yang mencoba kabur dengan berlari hal hasil mereka menjadi kejar-kejaran.

"Wkwk tangkap gue kalo bisa" kata Briyan yang semakin memprovokasi Dwi.

"Udah dong kapan lagi kita nyabutin rumputnya kalo kalian malah main-main" kesal Milla membuat Dwi dan Briyan berhenti seketika.

"Hehe jangan marah dong Mill, ayok kita nyabut rumput disana" kekeh Dwi tak enak hati karena banyak membuang waktu.

"Eh tungguin gue" teriak Briyan saat sedang memakai sarung tangannya dan melihat Dwi dan Milla yang berjalan menjauh darinya.

"Buruan" balas Dwi berteriak.

"Ini gimana makainya?" tanya Dwi sambil membolak-balik arit di tangannya.

"Wi hati-hati" teriak Milla takut karena Dwi yang memainkan arit didepannya.

"Hehe sorry-sorry" kata Dwi cengengesan.

"Hadeh, gini nih cara makainya" Milla mempraktekkan cara memakai arit pada Dwi.

"Oh gitu ya" kata Dwi yang baru saja mengetahui cara memakai arit.

"Emang lo gak pernah liat arit ya?" heran Milla.

"Ya enggak lah anak Dwi mah mainnya ke mall bukan ke sawah jadi mana pernah liat yang begituan" kata Briyan yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraan Dwi yang Milla.

"Iss lo bisa diem gak" kesal Dwi.

"Iya sih" kata Milla yang merasa perkataan Briyan masuk akal.

"Yee gak gitu gue pernah tau liat arit" bantah Dwi tak terima.

"Masa iya?" timbal Briyan tak percaya.

"Iyalah orang gue pernah masuk ke dalam gudang peralatan Pak Parman" kata Dwi sombong.

"Haha ya ampun Dwi lo lucu banget" gemas Milla.

"Ih kok malah lucu sih" kata dwi tak terima.

"Abis lo bikin gemes" Milla mencubit kedua pipi Dwi gemas.

"Sa-kit" kata Dwi tak jelas.

"Hadeh" Briyan meninggalkan dua sejoli itu dan mulai memotong rumput tak.jauh dari mereka.

Srettt

"Siapa di sana?" teriak Briyan tepat ke arah pohon tempat Dwi tertidur di bawahnya kemarin.

"Eh kenapa Bri?" tanya Milla yang langsung melepaskan cubitannya di pipi Dwi dan menghampiri Briyan.

"Ada apa sih?" tanya Dwi heran sambil mengikuti Milla yang berjalan ke arah Briyan.

"Tadi kayak ada orang di sana" Briyan menunjuk pohon yang berjarak sekitar 20 meter dari mereka.

"Gluk" Milla menelan ludahnya sendiri karena takut.

"Gak usah main-main deh" kata Dwi memberi peringatan pada Briyan.

"Gue serius" kata Briyan tak main-main.

"Haduh gimana dong" kata Milla gemetaran.

"Udah gak papa" Dwi mencoba menenangkan Milla.

"Kalo lo takut mending kita sekarang gak usah main-main dan cepat selesaiin hukuman dari Bu Putri ini" saran Briyan yang langsung bergegas memotong rumput.

"Ayok Wi cepat" ajak Milla agar mereka cepat selesai dan bisa pergi dari sana.

"Iya ayok kita yang dari sana aja" ajak Dwi.

"Ayok deh cepetan gue takut lama-lama disini" kata Milla memburu-buru Dwi.

"Iya" kata Dwi menyetujui.

Srak srak srak

(anggap aja suara rumpus di potong ya)

"Aduh dari sini kelihatan banget lagi itu pohon" keluh Milla yang dari tadi tidak sengaja melihat pohon itu.

"Udah makanya kayak gue liat ke bawah aja gak usah ke depan" saran Dwi yang dari tadi hanya menunduk.

"Pantes aja lo dari tadi nunduk doang" kata Milla yang baru tau rahasia tak takut Dwi.

"Hehe cobain deh beneran ampuh" kekeh Dwi.

"BUM" teriak Briyan mengagetkan Milla dan Dwi.

"Aaaaaaaa"

.

.

.

TBC...

Next chapter