webnovel

Rumah Sakit

Hampir satu jam Olive dalam ruangan UGD, tak ada satu pun suster yang keluar ataupun dokter untuk bisa ditanyai mengenai kondisi terkini dari Olive.

Lily sangat mengkhawatirkan keadaan Olive, begitu juga dengan Kahfi yang sedari tadi hanya bisa diam pasrah seraya berdoa meminta agar Olive diberikan kesembuhan.

"Aduh, kok dokternya belum keluar juga sih!" omel Lily.

"Bunga Tulip, kamu pasti sembuh. Kita pasti bisa berkumpul lagi. Kamu harus janji Lip, aku sayang sama kamu Lip," lanjut Lily

"Ya Allah, sembuhkan Olive. Jangan engkau ambil Olive secepat ini, biarkan Olive bahagia dulu." Doa Lily di depan ruang unit gawat darurat yang dapat di dengar Kahfi.

Entah berapa puluh kali Lily terus mondar mandir di hadapan Kahfi sambil meremas-remas jari jemarinya sendiri, padahal Kahfi sudah berkali-kali memintanya untuk duduk dengan tenang meskipun Kahfi tahu Lily lah orang yang paling sedih jika sampai terjadi sesuatu pada Olive.

"Ly," panggil Kahfi.

Lily menoleh dan menghentikan langkahnya, "Iya, Pak," jawab Lily.

Kahfi memberikan senyum terpaksa nya agar Lily tenang, "Kita berdoa yang terbaik untuk Olive, saya yakin Olive pasti kembali pulih. Olive adalah gadis yang mandiri dan juga kuat, Allah tidak akan mengambil Olive sekarang," ucap Kahfi membuat Lily terdiam.

"Tapi Pak, saya gak mau sampai terjadi sesuatu pada Olive. Hiks..."

Lily kembali menangis ketika mengingat sang sahabat yang begitu ia sayangi, Olive tidak pernah meninggalkan Lily dalam kondisi apa pun dan di saat Olive mengalami penyiksaan dari ayahnya sendiri. Lily tidak bisa menolong Olive dan membela Olive.

"Lebih baik sekarang kamu hubungi orang tua Olive, beritahu kalau Olive sedang di rumah sakit," perintah Kahfi.

Lily tidak langsung menuruti ucapan Kahfi, Lily takut orang tua Olive tidak mau mengangkat bahkan tidak mau menjenguk anaknya sendiri.

"Ayo, Ly. Hubungi," paksa Kahfi lagi.

"I... Iya, sebentar Pak."

"Kalau tidak biar saya saja, yang–"

"Ja.. Jangan, Pak. Bi.. Biar saya saja,"

Lily memberanikan diri untuk mencoba menghubungi Tono ayah Olive, namun panggilan Lily diabaikan. Tak ada jawaban apapun, akhirnya Lily tidak lagi menghubungi Tono.

"Gimana? Diangkat?" tanya Kahfi.

Lily memberikan gelengan pasrahnya, "Enggak, orang tua Olive memang sibuk.. Iya mereka sibuk.."

Lily terpaksa berbohong agar Kahfi tidak memaksanya lagi, karena percuma menghubungi Tono atau pun Kartika. Mereka tidak peduli bagaimanapun kondisi Olive, pasti mereka juga yang sudah membuat Olive seperti ini.

"Ya sudah, nanti dicoba lagi saja," ucap Kahfi.

"Iya," balas Lily singkat.

Setelah satu jam akhirnya dokter keluar dengan wajah serius sementara suster yang menemani si dokter berhamburan keluar seperti memang terjadi sesuatu yang parah pada Olive.

"Siapa dari kalian keluarga pasien?" tanya dokter.

Lily dan Kahfi saling bertatapan secara bergantian, keduanya bingung hendak menjawab apa.

Tapi ini dalam keadaan darurat, Kahfi harus bertanggung jawab atas yang terjadi pada Olive sebab dialah atasan Olive di kantornya.

"Saya dokter," jawab Kahfi. "Bagaimana kondisi Olive? Dia nggak apa-apa kan, dok?" tanya Kahfi dengan cemas.

"Mari ikut ke ruangan saya, ada yang ingin saya bicarakan mengenai kondisi Olive," ajak dokter.

"Dok, gak bisa ngomong di sini aja?" tanya Lily yang hendak mengetahui keadaan Olive.

Kahfi memberikan kode agar Lily tetap di sana dan menjaga Olive, sedangkan Kahfi mengikuti dokter di belakangnya.

Di ruang dokter, Kahfi tidak sabar untuk mendengar kondisi Olive.

"Gimana dokter? Ada apa dengan Olive?" tanya Kahfi tidak sabar.

"Silahkan duduk." Dokter itu meminta Kahfi duduk terlebih dahulu. Kahfi mengangguk menuruti perintah dokter, dia duduk di hadapan sang dokter.

Dokter tersebut menarik napas dan membuangnya dengan perlahan sebelum membuka pembicaraannya dengan Kahfi.

"Luka yang didapatkan oleh pasien cukup serius, terlebih lagi di bagian tulang tengkuk. Pasien juga kehabisan banyak darah, pasien membutuhkan donor darah agar dapat diselamatkan. Kebetulan stok darah golongan A sedang kosong, saya minta keluarga pasien berkenan untuk mendonorkan darahnya secepatnya," jelas dokter.

Deg…

Mendengar penuturan sang dokter membuat jantung Kahfi terasa berhenti berdetak, separah itu kondisi Olive saat ini. Kahfi tidak mengerti mengapa Olive sampai bisa terluka parah, dan menyebabkan luka yang begitu dalam.

"Tapi dia bisa sembuh kan, dok?" tanya Kahfi.

"Kita serahkan semuanya pada sang maha kuasa, dan kami akan mengupayakan apa pun demi keselamatan pasien," jawab dokter.

"Saya bisa donor dok, darah saya golongan A," ucap Kahfi menawari dirinya sendiri, dia mengambil keputusan secara sepihak.

"Bagus kalau begitu, nanti masnya bisa ke bagian pendonor darah. Nanti akan diantarkan oleh suster ya," balas dokter senang.

"Baik dok, tapi untuk tulang Olive bagaimana dok? Apa perlu dilakukan operasi?" tanya Kahfi.

"Kami sudah mencoba untuk memasangkan gips, dan kita lihat nanti bagaimana perkembangannya. Jika diperlukan kita akan lakukan operasi, yang terpenting sekarang Olive memerlukan darah untuk melewatkan Olive dari masa kritisnya," jawab dokter dengan sedikit penjelasan.

"Baik dok, saya mohon lakukan yang terbaik. Apapun itu asal Olive bisa kembali sembuh, saya akan bertanggung jawab semuanya," pinta Kahfi.

"Tentu, kami akan bekerja semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien. Tapi selebihnya yang diatas lah yang maha pemilik segalanya, jadi jangan lupa doakan kesembuhan Olive juga."

"Oh iya dok, sebenarnya luka Olive ini karena apa ya?" tanya Kahfi untuk yang kesekian kalinya.

"Menurut pemeriksaan saya, cedera yang dialami pasien, sama halnya dengan tulang yang mengalami benturan keras, seperti halnya di pukul, dan akibat benturan keras yang dialami pasien membuat cedera yang cukup parah," jawab dokter membuat Kahfi berpikir mungkinkah orang tua Olive yang melakukan itu.

"Lalu, banyak sekali kemungkinan kemungkinan besar yang terjadi terhadap pasien, karena luka yang didapatkan sangat amat mengkhawatirkan. Cedera ini, sama seperti korban perampok kan yang berusaha melepaskan dan menyelamatkan diri, atau korban tabrak kan, jadi kami benar-benar membutuhkan donor darah sesuai dengan golongan darah pasien," tambah sang dokter, benar-benar membuat Kahfi tidak dapat berkata-kata lagi.

"Baik dok, terima kasih atas penjelasannya," ucap Kahfi berniat segera mendonorkan darahnya untuk Olive.

"Suster," panggil dokter.

Suster pun datang, "Iya dok, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya

"Tolong antarkan mas ini ke ruang donor ya, cek kesehatan, riwayat penyakit, dan lainnya. Lalu jika sudah, setelah itu bawa darahnya ke pasien yang ada di UGD. Nanti saya menyusul," suruh dokter.

"Baik dok," balas suster. "Mari mas ikut saya," ajak suster.

"Permisi dok," pamit Kahfi dan berlalu mengikuti suster tadi.

Sementara Lily masih setia menunggu Olive di depan ruangannya yang kini berpindah ke ICU atau intensive care unit , Lily dapat melihat jelas di kaca besar ruangan Olive.