webnovel

Ajakan lelaki itu

Olive terkekeh. "Tidak mungkin, kita saja baru bertemu. Saya tidak percaya, karena memang saya jelek, tidak sempurna dan tidak cocok dengan anda yang cukup tampan," cecar Olive, dirinya mengejek dirinya sendiri.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Tidak! Saya serius!" tolak lelaki itu, dirinya menolak kata-kata Olive yang sangat-sangat tidak percaya akan dirinya.

"Sudah-sudah. Apakah anda jadi ingin membeli buah dan sayur mayur segar? Kalau iya, saya dapat membantu anda," lerai Olive

Lelaki itu mengangguk. "Boleh, mari itu mobil saya," tunjuk Laki-laki itu menunjukkan mobil berwarna silver. Olive diam-diam tersenyum, mobil saja cantik dirinya kalah.

"Eum, tetapi apakah anda tidak malu menggandeng saya? Saya jelek, tubuh saya tidak seramping itu, dan perut saya buncit, memiliki banyak bekas luka," tanya Olive merasa tidak percaya diri dan takut kalau laki-laki itu malu bersanding dengan dirinya.

Bersanding dalam artian, berjalan bersama ke arah supermarket.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan Olive. "Tidak, saya biasa saja."

Olive memilih menganggukkan kepalanya, dirinya memilih untuk berjalan di belakang laki-laki itu karena dirinya tidak percaya diri kalau harus jalan di sebelah lelaki itu.

Lelaki itu membuka kan pintu untuk Olive, yaitu di sebelah pengemudi. Karena dirinya lah yang menjadi pengemudi mobil ini.

Olive buru-buru masuk ke dalam mobil laki-laki itu.

Mobil berjalan dengan Olive yang menunjukkan jalan.

Sesampainya di supermarket, dan memarkirkan mobil dengan benar dj tempatnya. Mereka berdua turun, Olivia memilih untuk membeli masker wajah dan membayarnya.

Lalu memasangnya di wajah, agar wajahnya yang jelek tertutup. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, ada ada saja tingkah laku perempuan ini.

Namun Laki-laki itu enggan bertanya mengapa Olive memilih untuk menggunakan masker, karena takut menyinggung perasaan perempuan itu. Jadi, Laki-laki itu memilih untuk tidak bertanya.

Olive menunjukkan jalan, di mana rak-rak berisi buah dan sayur an di letakkan.

Dan terpampang dengan nyata, di mana sayur dan buah segar tertata rapi.

Lelaki itu memilih buah mana yang akan dibeli, dan santap olehnya.

Olive dengan setia menunggu, diam tanpa banyak gerak dan bantah. Dirinya jelek, tidak pantas membantah.

"Menurut mbak, bagus beli yang mana? Buah nanas yang wadah plastik, atau styrofoam?" tanya laki-laki itu menyanding kan nanas yang hanya berbeda wadahnya.

Olive terkekeh, ia berani terkekeh karena wajahnya ditutup. "Itu sih terserah anda, tapi kalau saya biasanya ngeliat dari segi harga sama banyaknya," jawab Olive memberi saran, dari segi kemampuan dan kebiasaan.

Tetapi, Olive biasanya membeli barang-barang di pasar tidak pernah dirinya membeli di supermarket, minimarket, dan toko-toko modern di luar sana, dan harganya sedikit mahal jauh berbeda dengan harga barang di pasar.

Laki-laki itu mengangguk kan kepalanya. "Oh, boleh juga sih saran nya. Tapi ini berat sama harga sama gimana dong?"

Olive memperhatikan satu persatu, dengan cermat, ia membawa satu buah lalu ia timbang di alat timbang.

"Mending yang plastik an kalau menurut saya, karena kalau styrofoam menambah berat jadi berat buahnya berkurang sama berat styrofoam," jelas Olive dengan jelas.

Laki-laki itu mengangguk, sambil tersenyum. "Iya benar juga, anda perempuan yang pintar," puji Laki-laki itu sukses membuat Olive tersenyum dibalik masker wajahnya.

Laki-laki itu mengikuti saran Olive, untuk mengambil buah nanas yang di wadah kan oleh plastik bening.

Lalu, dirinya beralih ke buah semangka, jeruk, strawberry, anggur, dan pisang. Mengapa dirinya membeli banyak buah? Tentu untuk ia santap dan sebagian ia berikan untuk perempuan yang menemaninya belanja sekarang.

"Setelah ini tolong jadi google maps saya ke mall ya," pinta Laki-laki itu, Olive mengangguk kan kepalanya dirinya sedikit tahu tentang jalan di sini. Ya, walaupun dirinya tidak pernah memasuki nya namun ia tahu arah jalannya.

* * * *

Di dalam perjalanan, Olive selalu memberitahu arah-arah jalan ke mall, seperti belokan dan melewati mana saja.

Setelah sampai di mall, lelaki itu memarkirkan mobilnya dengan benar di parkiran. Dan mengajak Olive memasuki gedung besar itu.

Diam-diam, Olive berdecak kagum dengan tatanan serta isi dalam ruangan gedung besar yang tidak pernah ia injak kan kaki di sini.

Olive tidak merasa curiga, heran atau apa pun. Karena menurut nya orang kaya bebas membeli apa pun, tidak seperti dirinya yang miskin ini yang beli-beli harus menghitung dengan cermat dan beratus-ratus kali.

Membeli masker wajah saja, dirinya menyesal karena harga nya adalah sepuluh ribu rupiah yang hanya berisi kan enam buah. Jadi uang dua ratus ribu itu berkurang menjadi seratus sembilan puluh ribu.

Padahal, uang sepuluh ribu bisa ditukarkan untuk membeli beras satu kilogram untuk ia dan ibunya makan dua minggu.

"Melamun saja," tegur laki-laki itu melambaikan tangannya di wajah Olive

Olive tersadar dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dirinya canggung serta merasa bersalah karena sudah melamun.

"Maaf, maaf," kata Olive takut, dirinya takut kalau mendapatkan caci maki, cemooh seperti Fiki dan ibunya lakukan padanya setiap hari.

Laki-laki itu tersenyum, lalu mengangguk. "Iya nggak apa-apa, nggak masalah." Olive terkejut dengan balasan yang dilontarkan laki-laki itu.

Mereka kembali berjalan, sampai ke arah rak baju perempuan. Olive terus saja menemani laki-laki itu tanpa memasang rasa curiga.

"Tolong, kamu pilih kan ya? Lima buah baju dan lima buah bawahan bebas rok atau celana perempuan," perintah Laki-laki itu, Olive dengan polos nya mengangguk.

"Baik, ukurannya seperti apa?"

Laki-laki itu tampak berpikir. "Seukuran mbaknya sama di bawah mbak," balas laki-laki itu.

Olive mengangguk, lalu berbalik. "Warna apa bajunya? Sama modelnya yang tertutup atau terbuka?"

"Untuk warna bebas, mbak cantik. Kalau model ya terbuka sama tertutup misal dua terbuka tiga tertutup begitu." Laki-laki itu tersenyum sembari menjelaskan di depan toko. Olive mengangguk dua kali, ia mengerti lalu dirinya memasuki toko baju, di sana sangat banyak baju-baju perempuan berbagai jenis model dan ukuran.

Toko ini pun terasa sejuk dan wangi, membuat Olive merasa betah di sini. Tidak ingin menunggu lama laki-laki itu dirinya pun cepat-cepat memilih baju mana yang kira-kira baginya menarik.

Selang beberapa lama kemudian, Olive selesai memilih-milih baju dan berjalan mendekat ke arah laki-laki itu.

Lelaki itu menaikan kepalanya, lalu berdiri. "Sudah? Ayo," ajak Lelaki itu ke depan kasir.

Lelaki itu merogoh kartu atm, dan disodorkan kepada petugas kasir. Dirinya mengkode pada petugas itu untuk tidak menyebutkan dengan keras berapa total belanjaan nya.

"Terima kasih, sampai jumpa," kata petugas toko baju itu dengan senyum ramah. Olive tersenyum dan terdiam melihat fisik petugas toko baju tadi. Olive berdecak kagum dengan wajah dan postur tubuh petugas kasir itu, senyum, giginya dan lainnya.