webnovel

CEO MENGEJAR CINTA

Oktavia Prayuda terpaksa harus menerima perjodohan dan pernikahan dengan seorang CEO muda bernama Elang Sastra Pratama sebagai pelunas utang dan  kerja sama perusahaan papanya. Oktavia Prayuda berumur 19 tahun. Seorang gadis cantik alami,  periang,  pintar, murah senyum dan menurut kepada orang tuanya.  Elang Sastra Pratama seorang CEO pemilik perusahaan Pratama. Corp berusia 30 tahun. Pria yang diincar setiap wanita di dunia. Suka menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya Akankah pernikahan Oktavia dan Elang bahagia nantinya? 

kirei_ardilla · Urban
Not enough ratings
483 Chs

Bab. 29 Sebuah Harapan

"Akan tetapi.... Ada kemungkinan untuk sebaliknya nona Via bersikap kepada kandungannya atau anaknya nantinya. Kita bisa mengetahuinya nanti setelah nona Via sadar dari pingsannya" ucap dokter Kirana melanjutkan penjelasannya.

"Jika tuan ingin nona Via hamil secepatnya jangan membuatnya stres dan kelelahan, karena itu tak bagus untuk nona Via yang dibebani dengan banyak pikiran. Buat nona Via merasa nyaman dan senang dengan memulai dari hal yang kecil. Walaupun nona Via masih berumur sangat muda tapi saya rasa dia bisa membedakan dan memposisikan dirinya yang sekarang, tuan" lanjut dokter Kirana

"Hmmm, baik" ucap Elang

"Kita tunggu bagaimana nanti reaksi Via saat melihat kamu. Jika dia histeris kemungkinan besar apa yang dijelaskan oleh dokter Kirana akan terjadi. Bukan maksud paman membuat kamu khawatir tapi kita harus juga berpikir untuk hasil yang paling buruk sekalipun" ucap dokter Rendi.

"Iya, paman. Elang juga mengerti maksud tujuan paman dan dokter Kirana memberi penjelasan tersebut" jawab Elang dengan lesu.

Via yang terbaring di atas tempat tidur mulai menggerakkan jarinya perlahan dan berbicara lirih.

"Ha….us" ucap Via lirih yang mulai mengerjapkan matanya.

Elang yang mendengar itu langsung bergerak cepat dan menghampiri Via. Elang membantu Via untuk duduk dan mengambilkan air minum. Via yang masih takut sebenarnya dengan Elang berusaha untuk bersikap tenang tapi itu tak bisa menutupi dirinya gemeter karena ketakutan sama Elang. Elang yang melihat diri Via seperti itu pun merasa sedih dan sangat bersalah padanya.

"Tuan, saya mengantarkan makan siang" ucap pak San meminta izin masuk yang membawakan makan siang untuk tuan dan nonanya.

"Masuk lah pak San" jawab Elang memberi izin.

Elang membantu Via kembali berbaring di atas tempat tidur dan merapikan selimut yang dikenakannya. Dokter Rendi dan dokter Kirana pamit undur diri untuk kembali ke rumah sakit setelah memberikan resep obat ke Elang. Pak San menata makanan di meja tapi sebelum itu merapikan semua piring dan sisa makanan yang tersaji di meja semalam.

Setelah pak San keluar membaqa piring kotor dan menyajikan makanan. Elang melangkah menghampiri Via untuk untuk membawanya ke sofa untuk makan siang.

Elang melangkah ke sofa dengan mengangkat tubuh Via yang masih terbungkus dengan selimut tebal. Via tak berani menatap Elang dan hanya menundukkan wajahnya. Setibanya di sofa Elang mendudukan dirinya disana dan memangku Via.

"Sayang, suapi aku makan sekarang" ucap Elang tapi tangannya sedang sibuk masuk ke dalam selimut yang menutupi kedua bukit kembar milik Via.

Via yang merasakan tangan Elang yang mulai masuk kedalam selimut yang dia kenakan. Via hanya diam dan melawan rasa takutnya tersebut saat Elang mulai meremas dan memilin puting salah satu bukit kembar miliknya.

"Sayang mana makanan milikku, kenapa belum kamu suapi ke dalam mulutku. Dan lepaskan himpitan selimut yang kau kenakan ini dari tubuhmu" ucap Elang yang mulai sibuk untuk menarik paksa selimut yang menutupi bukit kembar Via.

Via mulai menyendok makanan dan mengarahkan ke mulut Elang.

"Aaaa" ucap Via mengarahkan sendok ke arah mulut Elang.

Elang langsung membuka mulutnya dengan tangan yang masih sibuk dengan kedua bukit kembar Via. Via yang bertatapan dengan mata Elang langsung buru-buru menundukkan wajahnya ke bawah. Via belum makan sesuap sama sekali dari tadi hanya menyuapi Elang yang langsung menerima suapan dari Via. Elang yang sibuk dengan kesenangannya dengan kedua bukit kembar milik Via, tetap memperhatikan Via belum makan dari tadi dan hanya membiarkan saja serta tak ingin teriak atau marah karena tak ingin semakin membuat Via takut padanya.

"Via, aku sudah kenyang. Sekarang kamu yang makan dari tadi aku perhatikan kamu belum makan sekalipun dan hanya sibuk menyuapi aku saja. Kau makanlah sayang, aku akan tetap seperti ini walaupun kau nanti menolaknya" ucap Elang dan menuruni wajahnya kedepan payudara Via dan menghisap serta menggigitnya.

Via yang mendengar ucapan Elang tak menjawab ucapan Elang ataupun menolak dengan aoa yang Elang lakukan sekarang. Via mulai makan dan sesekali berhenti sebentar saat Elang menghisap putingnya dengan kuat ataupun saat menggigit putingnya itu. Selama Elang melakukan itu semua , Elang memperhatikan raut wajah dan bahasa tubuh Via.

Setelah Via selesai makan Elang tetap asyik dengan kegiatannya. Disaat dia merasa cukup untuk menghisap kedua puting payudara Via secara bergantian, Elang meletakkan dagunya di bahu Via.

"Via aku ingin punya anak darimu secepatnya. Aku ingin punya anak banyak dari dirimu. Apapun keinginanmu akan aku usahakan terkabul tapi tidak untuk permintaan pergi dari sisiku, kamu mengerti" ucap Elang dan mengecup leher serta pundak Via yang tak tertutup sehelai benangpun.

"Kalau Via ingin lanjutkan kuliah lagi bagaimana?" tanya Via gugup kepada Elang.

Via yang berbicara seperti itu yang menatap mata Elang ada perasaan takut, tapi memang sejujurnya Via tak menginginkan yang lain selain menyelesaikan kuliahnya. Elang yang mendengar ucapan Via untuk melanjutkan kuliah lagi langsung mengeraskan rahangnya dan tanp sadar meremas begitu kuat payudara Via.

"Aaaaahhhh, sa…kit sa….kit sa….sakit maafkan Via, kak. Via tak akan membahas itu lagi" Via teriak kencang dan meminta maaf.

Elang yang mendengar ucapan Via langsung menghentikan tangannya dan melihat wajah Via yang sedang menunduk. Elang mencium Puncak kepala Via.

"Maafkan aku menyakitimu lagi dan aku yang belum rela untuk mengizinkanmu untuk kembali kuliah kembali" batin Elang berbicara lirih dan meminta maaf pada Via tapi tak diucapkan langsung karena tak ingin Via besar kepala nantinya.

"Ayo, kita mandi sudah siang atau nanti saja sekitar sore saja. Sekarang kita tidur" ucap Elang.

"Via mau mandi sekarang saja kak, karena ingin shlat dzuhur terlebih dahulu sebelum tidur" ucap Via gugup dan bergetar karena takut Elang akan menyiksanya lagi seperti semalam.

"Baiklah, kita mandi sekarang tapi ingat setelah selesai sholat dan berdoa langsung menemuiku. Jangan buat aku emosi seperti semalam lagi, kamu mengerti" ucap Elang dingin dan penuh tekanan setiap kata terdengar seperti nada ancaman.

Via yang tak menjawab dengan suaranya hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Elang pun dapat menangkap di pipi Via yang sudah basah dengan air matanya. Elang mengangkat wajah Via dan mengusap air mata yang mengalir begitu deras.

"Ayo kita mandi sekarang, jika kau tidak mau tidak apa-apa nanti saja kita tidur sekarang saja, hmm" ucap Elang mencoba melembut kepada Via.

"Via, mau mandi sekarang" ucap Via yang masih bisa terdengar rasa takutnya disetiap kata yang terucap.

"Ya, sudah lepaskan selimutnya sekarang agar mudah membawamu ke dalam kamar mandi" jawab Elang

Setelah Via melepaskan selimut yang dikenakan tadi, Elang langsung mengangkatnya menuju kamar mandi. Elang membiarkan Via mandi sendiri kali ini tak seperti biasanya. Elang meminta pak San untuk merapikan kamarnya dan menganti sprei.

Elang duduk di sofa yang tadi didudukinya. Elang bersandar di sofa dan memejamkan matanya. Pak San yang melihat tuan mudanya seperti kelelahan dan banyak pikiran tak mengganggunya. Setelah selesai merapikan kamar dan mengeceknya sudah rapi atau belum baru meninggalkan kamar tuan mudanya.

Sementara di dalam kamar mandi Via sedang berendam di dalam bathup dan menangis karena tak bisa lagi kuliah lagi.

"Kenapa kak, Via hanya ingin melanjutkan kuliah sampai selesai saja. Via tak akan meminta izin untuk bekerja nantinya. Via hanya ingin menunjukkan ke papa kalau Via bisa selesaikan studi Via dengan cepat dan tanpa biaya sepeserpun yang papa keluarkan untuk biaya kuliah Via selama ini. Via bisa bangga jika nanti Via punya anak kalau mamanya dari sekolah sampai kuliah dengan usaha sendiri tanpa bantuan dari kakek mereka. Kenapa kakak tak mau mengerti dan memberi izin kepada Via, padahal Via hanya tinggal dua semester lagi , huuuuuhuuuu" batin Via berteriak dan menangis dengan sejadinya.

Setelah Via merasa sudah cukup dan sedikit lega dengan semua perasaan yang dia rasakan, Via mengakhiri berendam dan mengguyur tubuhnya di bawah shower serta mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat dzuhur.

Via tak lama sholat dan berdoa karena takut Elang akan mengamuk dan menyiksanya lagi lebih dari semalam yang dilakukan Elang terhadapnya.

Via keluar dari ruang ganti dan melihat Elang yang sedang duduk di sofa tapi memejamkan matanya. Via melangkah menuju Elang berada dan mencoba membangunkannya.

"Kak, kak Elang…...kak Elang kalau mengantuk kenapa tak pindah ke kasur saja" ucap Via mencoba membangunkan Elang yang sepertinya ketiduran dengan menggoyang-goyangkan tangannya, sebenarnya ada rasa takut jika nanti Elang akan marah padanya tapi harus dia lakukan agar Elang tidak salah paham atau berpikiran hal yang buruk nantinya.