webnovel

CEO itu adalah Ayahku

Kehidupan gadis bernama Misty Connors berubah sejak kedua orang tuanya meninggal. Misty berpikir dia akan kehilangan segala-galanya. Rumah, kuliah dan kehidupannya. Namun sebelum Misty kehilangan semua itu, seorang malaikat penyelamat datang menolongnya. Gadis itu tidak pernah tahu jika dia memiliki ayah baptis yang tampan bernama Zach Leroux, seorang CEO perusahaan Leroux di Paris yang belum menikah. Saat itulah Misty mengetahui jika Zach adalah teman dekat orang tuanya semasa kuliah. Tinggal berdua dengan pria menawan seperti Zach merupakan ujian yang berat bagi Misty. Pasalnya dia harus sport jantung menahan perasaannya kepada Zach. Namun siapa sangka, Zach pun merasakan yang yang sama. Sayangnya jalan menuju bersatunya cinta mereka tidaklah mudah. Terutama status ayah baptis yang disandang Zach membuat hubungan ini tampak terlarang. Ditambah keluarga Zach yang tidak mudah dihadapi. Akankah Misty harus melepaskan perasaannya kepada Zach? Atau dia memilih untuk memperjuangkan perasaannya yang membawa gadis itu menuju resiko yang begitu besar?

Marrygoldie · Teen
Not enough ratings
15 Chs

8.Pria Jahat

"Aku benar-benar tidak marah padamu. Aku hanya kesal karena tidak bisa datang lebih cepat. Kau pasti sangat ketakutan tadi."

~ Zach Leroux ~

* * * * *

Misty berdiri tidak jauh dari monumen yang sangat terkenal di Paris. Dia tidak henti-hentinya merutuki dirinya sendiri. Gadis itu berusaha untuk tidak merepotkan Zach dengan memilih pergi sendirian. Tapi sekarang dia benar-benar merepotkan pria itu. 

Manik mata gadis itu menatap layar ponselnya. Sudah sepuluh menit sejak dia menelpon Zach. Dia berharap pria itu segera datang. Gadis itu merasa begitu asing dengan tempat itu. Membuat ketakutan dalam dirinya semakin besar. Tiba-tiba seseorang memegang bahu Misty. Bibir gadis itu menyunggingkan senyuman lalu berbalik.

"Zach." Panggil Misty.

Sayangnya senyuman gadis itu lenyap saat melihat pria asing berdiri di hadapannya. Dari senyuman penuh arti pria itu, Misty merasakan ada hal yang tidak baik yang sedang direncanakan pria itu. Segera gadis itu menepis tangan pria itu.

"Hai, Gadis Amerika! Mau kutemani?" tanya pria itu.

Misty segera menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak perlu. Sebentar lagi ayahku datang."

"Ah... Gadis kesayangan ayah rupanya. Sangat menggemaskan."

Ketakutan dalam diri Misty semakin besar. Segera gadis itu berbalik. Namun pria itu menahan lengannya.

"Mau ke mana, Cantik? Aku bahkan belum menyebutkan namaku." Tatapan pria itu meneliti tubuh Misty dari atas hingga ke bawah. Matanya berbinar saat melihat dada wanita itu.

"Tidak perlu. Aku tidak butuh namamu. Lepaskan!" Misty meronta berusaha membebaskan tangannya. Dia bahkan memukul tangan pria itu dengan tangannya yang memegang ponsel.

"Mana mungkin aku melepaskan gadis secantik dirimu." Pria itu menarik tangan Misty hingga membuat tubuh gadis itu menabrak dadanya. Seketika pria itu mengunci tubuh Misty. Dia tidak mempedulikan gadis itu yang terus meronta.

Tiba-tiba sebuah tangan meraih tangan pria itu yang memeluk tubuh Misty. Menariknya dengan kasar dan sebuah pukulan melayang di rahang pria itu. Hingga genggaman tangan pria itu terlepas dari tangan Misty lalu tubuhnya terjatuh ke tanah. Seketika Misty memekik terkejut. Gadis itu menoleh sehingga dia bisa melihat Zach berdiri dengan tatapan penuh amarah. Tanpa sadar Misty melangkah mundur karena terlalu terkejut melihat kilatan amarah di mata pria itu.

Pria yang mengganggu Misty kembali berdiri dengan tatapan kesal. "Sial! Jangan ikut campur, Brengsek!"

Pria itu melayangkan kepalan tangannya. Namun Zach berhasil menghindari. Zach meraih tangan pria itu dan memelintirnya ke belakang tubuh pria itu hingga dia meringis kesakitan.

"Sekali lagi menyentuh gadis itu, akan kupatahkan tanganmu. Kau mengerti?" ancam Zach.

"A-aku mengerti." Jawab pria itu terbata.

Zach mendorong pria itu hingga terjatuh kembali ke tanah. Kemudian Zach mengalihkan perhatiannya pada Misty yang masih tampak ketakutan. Segera Zach meraih tangan Misty kemudian berjalan meninggalkan tempat itu. Misty melihat punggung Zach. Pria itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya dan tersenyum lembut padanya.

Apakah dia marah padaku? Tanya Misty dalam hati.

Sampai di dalam mobil, Zach masih tidak mengatakan apapun. Pria itu hanya terdiam dan menatap pemandangan di luar jendela. Hal itu membuat Misty merasa sangat buruk. Gadis itu meraih tangan Zach yang ada di dekatnya.

"Maafkan aku, Zach. Aku pasti sudah sangat menyulitkanmu. Awalnya kupikir aku tidak ingin merepotkanmu sehingga berusaha pergi sendiri. Tapi pada akhirnya aku tetap saja sangat merepotkan. Maafkan aku. Kumohon jangan marah padaku." Misty menunduk dan menyesali perbuatannya karena pergi sendiri dan justru menimbulkan masalah bagi pria itu.

Zach menoleh mendengar ucapan Misty. Dia terkejut gadis itu meminta maaf dan mengira dirinya marah. Padahal bukan itu yang dirasakan Zach. Dia memang marah, tapi bukan marah kepada gadis itu.

"Aku tidak marah padamu."

Misty menundukkan kepalanya. "Tapi kau tidak mau melihatku. Kau juga tidak berbicara denganku. Bagaimana bisa kau tidak marah padaku?"

Zach menghela nafas. Dia membalikkan tangannya kemudian menggenggam tangan gadis itu.

"Aku benar-benar tidak marah padamu. Aku hanya kesal karena tidak bisa datang lebih cepat. Kau pasti sangat ketakutan tadi. Membayangkan bagaimana perasaanmu, membuatku kesal pada diriku sendiri." Jelas Zach.

Misty menganggukkan kepalanya. "Saat pria itu menyentuh bahuku, aku pikir itu kau. Karena itu aku sangat takut karena sadar jika pria itu bukanlah orang yang baik. Aku berusaha kabur tapi dia menahan tanganku."

Zach meraih tangan Misty. Dia bisa melihat bekas kemerahan di tangan gadis itu. Pria itu mengelus lembut bekas kemerahan itu.

"Apakah masih terasa sakit?" tanya Zach cemas melihat memar merag itu.

"Sedikit. Tapi sudah tidak apa-apa." Misty menggeleng-gelengkan kepalanya.

Zach menghela nafas berat. "Lain kali jangan lakukan itu. Jangan pernah pergi sendirian, Misty. Kau belum mengenal kota ini dengan baik seperti kau berada di Amerika. Kau akan menjadi umpan yang mudah bagi para penjahat."

"Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi." Misty meyakinkan ayah baptisnya.

Tangan Zach terulur kemudian meraih tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Dia bisa bernafas lega karena bisa menyelamatkan Misty. Dia benar-benar ketakutan saat melihat gadis itu dalam bahaya. Dalam sekejap Misty sudah menjadi seseorang yang sangat berharga bagi Zach. Dan pria itu tidak akan pernah melepaskannya.

Baik Zach atau pun Misty sama-sama terdiam. Mereka berkutat dengan pikiran mereka masing-masing sembari menatap keluar jendela.

Zach menoleh dan melihat kepala Misty terantuk-antuk karena gadis itu tengah tertidur. Pria itu tersenyum. Kemudian dia mengulurkan tangannya untuk menyandarkan kepala gadis itu di bahunya. Gadis itu pasti kelelahan. Ketakutan, panik dan serangan pria brengsek tadi pasti sudah menguras tenaganya. Melihat Misty bernafas dengan teratur, meyakinkan Zach jika gadis itu sudah tertidur. Dia melihat dan melihat wajah Misty dari sudut matanya. Dia tidak menyadari jika kedekatan ini memberikan efek yang sangat berbahaya.

Saat hidungnya mencium aroma buah-buahan di rambut Misty, menciptakan perasaan menenangkan dalam hati Zach. Amarah yang semula menyebar dalam hatinya karena kesal terlambat menyelamatkan Misty, sekarang lenyap. Yang membuat Zach semakin takut adalah degup jantungnya. Awalnya dia berpikir jika hal itu dikarenakan amarahnya yang belum surut. Lalu dia menyadari jika penyebabnya adalah perasaannya terhadap Misty.  Bukan perasaan ayah dan putri yang ingin diciptakan. Tapi perasaan seorang pria terhadap wanita. Inilah mengapa Zach berpikir perasaan ini sangatlah berbahaya. Dia tidak boleh memiliki perasaan ini.

Zach memejamkan mata dan berusaha menghentikan pikirannya untuk memikirkan tentang Misty. Dia memberikan peringatan dengan menyebut kata 'Ayah Baptis'. Meskipun tidak terikat darah, tapi tetap saja dia tidak boleh menyukai putrinya sendiri. Zach menghela nafas dan membiarkan dirinya menikmati kedamaian ini. Zach meyakinkan dirinya hanya sebentar saja menikmati kenyamanan ini. Hanya sebentar.

* * * * *