webnovel

CEO Dadakan

Kenyataan pahit harus ditinggal oleh Ayahnya membuat Imelda harus menerima kenyataan, meninggalkan masa mudanya untuk berjuang mempertahankan perusahaan Ayahnya... Perusahaan ini satu2nya mimpi terbesar ayahnya, ketika ayahnya meninggal, perusahaan sedang dimasa krisisnya, Imelda yang masih sangat mudah dan belum berpengalaman harus berjuang mempertahankan satu2nya mimpi ayahnya...

msarie · Fantasy
Not enough ratings
251 Chs

Kehamilan Feby

Imelda masih mengompres kepala Feby karena panas badannya tidak turun-turun dari dia datang. Dia sudah tidak tahan mau mengabari Zai, tapi hari ini rapat pertamanya. Kalau dia mengabarkan sekarang, bisa-bisa Zai meninggalkan rapat dan pulang.

Bagaimana panasnya? ucap ibunya

Masih tinggi bu, dan kak Feby masih tidur dari tadi.

Bagaimana kalau kita menghubungi dr. Burhan saja? Dari pada harus menunggu Zai pulang dan membawanya ke rumah sakit.

dr. Burhan masih memimpin seminar ketika di hubungi oleh Zepri bu.

Apa perlu kita minta kirim orang dari rumah sakit ke sini dulu?

Putra pasti tidak akan setuju, karena bagaimana pun rumah ini tidak pernah terekspos dari luar dan hanya teman dekat serta keluarga yang di perbolehkan ke sini.

Imelda agak bingung sekarang.

Bagaimana kalau kita minta dr. Shinta untuk datang ke sini, setidaknya dia dokter kan bu dan calon istri Zepri jadi dia pasti tidak akan menginfokan apa-apa tentang rumah kita.

Coba kamu minta Zepri menghubungi Shinta, ibu akan menemani Feby di sini.

Imelda keluar dan meminta hp nya ke Purnama.

Pur, kamu jemput Prince dulu dengan Pak Bambang. Saya tidak bisa ikut menjemput Prince.

Baiklah Nyonya ucap Pur.

Zepri meminta Rama untuk fokus ke rapat dulu, sedangkan dia izin menerima telepon di luar.

John aku minta kamu dan Jhoni menjemput Shinta di rumah sakit. Aku mencoba menghubunginya tapi handphonenya tidak di angkat mungkin dia sedang bersama pasien, sambil aku menghubunginya kalian jalan langsung ke rumah sakit saja sekarang. Katakan padanya ada kode kuning dari kediaman Ibu Imelda. Dia harus segera ke sana.

Apa tidak seharusnya kita memberi tahu ke Tuan Zai ucap Jhon.

Zai sedang di rapat penting sekarang, perintah Tuan Putra kita hanya bisa memberi tahukan ke Tuan Zai kalau itu kode Merah.

Baik Tuan ucap Jhon ragu.

Dia tahu sekali bagaimana Tuan Zai kalau marah tapi apa daya bagaimana pun dia adalah pengawal dari AGC. Jadi dia harus patuh pada perintah atasannya.

Shinta kaget ketika melihat memo yang diberikan oleh perawat yang mendampinginya.

Dia menanyakan berapa pasien lagi di luar yang sedang mengantri, karena dia harus keluar setelah ini.

Tinggal 1 pasien lagi dokter ucap asistennya dan saya sudah meminta ke bagian pendaftaran untuk mengalihkan ke dokter lain atau meminta mereka datang kembali besok.

Baiklah, minta ke mereka untuk menunggu sebentar. Katakan aku baru bisa setengah jam lagi.

Baik, Dok.

Shinta meminta izin ke pasiennya untuk menelepon sebentar ke Zepri.

Maaf aku mengganggumu ucap Zepri. Nyonya Feby sakit dan sekarang dr. Burhan sedang memimpin seminar, apakah kamu bisa membantu melihat kondisi Feby?

Aku akan selesai setengah jam lagi, setelah itu aku akan ke sana.

Syukurlah, terima kasih ya ucap Zepri. Aku harus kembali masuk ruang rapat lagi, sampai bertemu di sana ucap Zepri.

Aku akan memberimu kabar segera setelah memeriksa keadaan Feby.

Zai terlihat sangat serius mengikuti perbincangan tentang masalah di tempat Layan. Semua orang setuju untuk mengulur waktu dengan mengganti posisi Layan dengan orang baru. Tuan Dhani menanyakan kesiapan anak Nyonya Diana jika dia bersedia di promosikan ke sana. Sementara itu Putra mengusulkan Layan di pindahkan ke cabang di Jerman.

Bagaimana dengan Tuan Dave?

Saya membutuhkan Tuan Dave di sini ucap Putra, jadi dia akan kembali menjadi Asisten saya di sini.

Apakah tidak masalah ucap salah satu direktur? Bagaimana menurut tuan Dave?

Aku bersedia di tempat kan di mana saja, dan bagian apa saja. Asalkan tidak ada penurunan penghasilan ucap Dave mantap ke semua orang yang hadir rapat.

Baiklah, kalau begitu. Tinggal menunggu Nyonya Diana, apakah ikut mendukung untuk pencalonan anaknya menjadi Manager Cabang di Singapore?

Sesungguhnya kalau boleh berkata sebagai orang tua, jelas saya tidak akan setuju karena berarti anak saya ketika ditempat baru sudah harus menghadapi masalah yang besar. 

Semua peserta rapat tidak ada yang bersuara sama sekali.

Tapi, sebagai seorang pekerja saya harus profesional. Ini memberikan langkah maju untuknya, jadi saya setuju dengan pengajuan Akbar sebagai pengganti Tuan Layan.

Baiklah kalau begitu, berarti kita semua sudah sepakat. Untuk Manager lainnya, apakah ada masalah lain yang ingin dibicarakan. Akan kami urut dari unit terjauh ucap Putra.

Zai menoleh ke arah Putra.

Sebenarnya dia sudah gelisah dari tadi, apa lagi dia melihat handphonenya. Imelda sama sekali tidak menghubunginya, sekali dia membalas pesan Zai. Isinya hanya, tenang saja bang, semua aman terkendali ucap Imelda di pesan singkatnya dengan emoticon hati.

Berarti rapatnya masih akan berlanjut batin Zai, dia melihat jam sudah hampir menunjukkan jam 12 siang. Apakah mereka tidak ada istirahat makan siang batin Zai, dia mau pulang. Jarak dari rumah ke kantor saja 45 menit perjalanan, PP bisa menghabiskan waktu satu setengah jam sendiri. Jadi jika dia pulang, berarti tidak akan sesuai waktunya. Itu berarti dia tidak akan kembali lagi ke kantor jika sudah pulang.

Baiklah ucap Zepri, kita akan Ishoma dan kembali lagi pukul 13.00 ucap Zepri.

Zai mau izin ke Putra tapi muka Putra seperti kurang bersahabat dengannya dari kejadian kemarin.

Dia menghubungi Imelda.

Imel, kenapa kamu tidak menghubungiku dari tadi buru Zai.

Bagaimana Feby?

Dia baik-baik saja bang, sekarang sudah enakan tapi masih sesekali mual. Disini ada dokter Shinta yang menemaninya.

Shinta? Kenapa dia bisa di sana?

Dia merindukan Feby bang, kamu jangan terlalu parno ucap Imelda.

Kapan menstruasi terakhirmu ucap Shinta?

Tidak mungkin kalau kamu tidak merasa hal ini ucap Shinta ke Feby.

Kamu tau menstruasiku tidak teraturkan Ta?

Tapi bukan berarti tidak kan ucap Shinta, kamu sudah test?

Feby menggelengkan kepalanya.

Kenapa? Kamu belum siap.

Mana mungkin Ta, ini yang benar2 Zai inginkan. Tapi melihat sifat Zai, dia sangat mudah teralih. Aku berencana menginfokannya setelah dia sedikit tenang. Akhir2 ini dia sangat senang karena diminta menggantikan posisi Ibu Imelda. Semangatnya sedang menggebu-gebu sekali, aku takutnya dia teralihkan begitu aku memberi tau hal ini. Tapi bagaimana jika kamu menemaniku memeriksa langsung ke rumah sakit saja.

Ah, melihat sifat suamimu. Aku takut jika dia akan tantrum kalau kamu kerumah sakit tanpanya.

Aku akan keluar sebentar membeli nya untukmu.

Membeli apa ucap Imelda tiba2 dari arah luar.

Oh, aku rasa Feby bukan sakit biasa. Tapi dia hamil.

Oh ya!! Ini berita baik, aku akan meminta Jhon membelikannya sekarang. Kalian berdua ngobrollah dulu.

Mel, panggil Feby.

Iya kak!

Boleh rahasiakan dulu, aku takutnya ternyata aku hanya masuk angin biasa.

Baiklah, kak Feby tenang saja. Aku pastikan hanya kita bertiga yang tau sampai kakak mendapatkan kepastiannya.

Terima kasih, ucap Feby.