webnovel

CEO Dadakan

Kenyataan pahit harus ditinggal oleh Ayahnya membuat Imelda harus menerima kenyataan, meninggalkan masa mudanya untuk berjuang mempertahankan perusahaan Ayahnya... Perusahaan ini satu2nya mimpi terbesar ayahnya, ketika ayahnya meninggal, perusahaan sedang dimasa krisisnya, Imelda yang masih sangat mudah dan belum berpengalaman harus berjuang mempertahankan satu2nya mimpi ayahnya...

msarie · Fantasy
Not enough ratings
251 Chs

Alasan Perselisihan

Putra pulang agak malam, setelah puas mengobrol dengan Chan dan menghubungi Dave tentang tawaran untuk kembali ke Indonesia. Dia kasihan sama Zepri yang harus merangkap menjadi sekretarisnya. Dari kepala cabang, turun lagi jadi Sekretaris ucap Dave ke Putra. Intinya aku memang tidak bisa tanpa kamu ucap Putra ke Dave.

Dave pun akhirnya menyerah, dia bersedia kembali ke Indonesia. Lagian juga setelah dia pikir-pikir, mendampingi Putra lebih baik baginya. Walaupun di Jerman, kadang-kadang dia masih sering kepikiran jika kondisi Putra atau Chan ada masalah.

Putra melihat Imelda sudah tertidur nyenyak dikamar. Dia berganti pakaian dan segera berbaring di samping Imelda.

Biasanya Imelda akan menunggunya di ruang tamu, tapi hari ini mungkin karena dia masih kesal padanya. Imelda selama ini tidak pernah membantahnya sama sekali, tapi tadi dia benar-benar membela Zai. Padahal sebagai seorang pimpinan sudah seharusnya dia khawatir tentang perusahaan.

Dia mendukung Zai untuk berkiprah di balik layar tapi keputusan mengangkat menjadi komisaris menurut Putra agak sedikit gegabah. Apa daya dia yang hanya seorang yang menjalankan bisnis keluarga istri. Ketika Ibu Imelda mengatakan ide itu, Zai langsung menyuruh sekretaris ayahnya bergerak membeli saham. Ditambah dukungan Daniel yang menyerahkan 17% saham miliknya membuat posisi Zai memang kuat sekarang. Putra padahal selama ini sulit sekali mencari saham dari orang-orang di luar negeri tapi ayahnya Zai bisa memenuhi hal itu hanya dalam waktu setengah hari.

Putra hanyalah manusia biasa, dia sebenarnya sedikit takut juga. Bagaimana pun kalau sampai Zai membawa ayahnya dalam urusan AGC maka pasti akan menjadi perang yang lebih sulit dari menghadapi keluarga Rania.

Putra menarik selimutnya dan mencoba memejamkan matanya. Ini mungkin kali kedua Imelda seperti ini padanya, waktu itu masalah di India dan semuanya kalau di pikir-pikir selalu ada Zai. Kalau seperti ini, aku rasanya kesal membiarkan Zai berada di samping Imelda pikirnya.

Kalau sudah masalah Zai, kadang-kadang Imelda tidak rasional lagi. Di pikir-pikir Zai bukanlah Meldyan, dia hanya orang asing yang menjadi saudara. Kalau sudah urusan Zai, pasti bakalan panjang kalau di tanggapi.

Putra harus segera ke kantor pagi ini, Layan meminta bantuan untuk rapat terkait kasus yang terjadi di sana.

Imelda sedang memandikan Princess, dan Prince sedang bersiap-siap.

Iku aku harus segera ke kantor sekarang, ada masalah penting.

Okey ucap Imelda tanpa menoleh ke arah Putra.

Setelah urusan ku selesai, aku akan segera pulang ucap Putra.

Aku akan kerumah ibu hari ini, bang Zai menelpon kalau kak Feby kurang sehat. Dan memintaku untuk menemaninya selama dia di kantor.

Ibu apakah tidak ada tanya Putra.

Ibu ada, tapi tidak mungkin kalau Ibu yang menemani kak Feby jika dia memerlukan bantuan.

Baiklah, aku akan menjemputmu nanti ucap Putra. Aku pergi dulu ya ucap Putra mencoba menahan emosinya.

Putra tau, menyelesaikan masalah dalam keadaan sama-sama emosi tidak akan berdampak baik bagi mereka berdua. Putra kadang-kadang tidak bisa menahan ucapannya ketika sudah emosi dan hal itu pasti berdampak buruk nantinya. Bagaimana pun Imelda tidak mudah marah, jadi ketika dia marah akan sesuatu itu sudah berdasarkan banyak aspek yang kadang beda pandangan dengannya. Dia dibesarkan sebagai anak satu-satunya setelah Meldyan tiada, walaupun dia tidak semanja seperti orang lain tapi ketika dia sedang marah dia tidak mudah dikendalikan. Membiarkan emosinya reda adalah jalan terbaik sebelum mengajaknya bicara. Kalau kata orang-orang bicara dari hati ke hati.

Kamu pastikan Nyonya membawa semua kebutuhannya untuk di rumah Ibu dan jaga baik-baik Nyonya. Laporkan jika ada hal di luar kendalimu ucapnya ke Imam.

Baik Tuan ucap Imam sambil membuka kan pintu Putra.

Imel lagi malas berdebat sekarang, dia juga malas bercerita soal kemarin. Biasanya Imelda akan bercerita tentang aktifitasnya selama seharian tapi semalam dia memilih tidak menunggu Putra pulang dan tidur duluan. Putra kadang-kadang sulit mempercayai hal yang menurutnya salah walaupun sudah dijelaskan, apa lagi sampai sekarang dia tetap insecure pada Daniel. Padahal dia tau kalau Imelda sangat mencintainya.

Purnama yang baru saja datang, melihat Imam masih disana.

Kamu belum berganti shift ucapnya.

Aku mulai kemarin menjadi pengawal Nyonya.

Berarti Zepri tidak mengurusi Nyonya lagi tanya Pur ragu.

Ya, kata Tuan. Bos kita sudah terlalu banyak pekerjaan, bahkan Tuan Dave akan kembali ke sini menjadi sekretaris Tuan Putra. Jadi Bos kita bisa fokus sebagai Manajer dan Kepala Pengawal saja.

Apa karena sudah mau menikah?

Menurutku juga demikian, Tuan Putra sangatlah peka. Mungkin dia tidak ingin aktifitas Bos kita terlalu penuh oleh pekerjaan, sehingga tidak memiliki waktu bersama istrinya.

Purnama menarik nafas panjang dan mencoba tersenyum mendengar jawaban Imam. Aku membawa sarapan, apakah kalian sudah makan?

Aku belum sempat, tapi sepertinya tadi sudah ada box kiriman dari rumah Nyonya Besar.

Kamu makanlah dulu, nanti aku akan berjaga ucap Pur.

Kamu masuklah dulu, Nyonya mau ke rumah Ibu nya dan Tuan minta jangan sampai ada yang tertinggal.

Oh, ya kenapa tiba-tiba.

Infonya istri Tuan Zai sakit, dan pagi ini ada rapat penting sehingga Tuan Zai meminta Nyonya menemani istrinya.

Imelda mulai lelah, Putra sudah dalam batas tidak normal. Dia masih tidak berubah, pernikahan mereka yang lebih dari 10 tahun tidak bisa membuatnya melupakan status keluarganya. Dia selalu merasa bahwa jika sesuatu di luar kendalinya akan berdampak tidak baik. Rasa takutnya yang berlebihan karena dia merasa bukan berasal dari keluarga status sosial yang sama dengan Imelda membuatnya sangat over protective pada Imelda.

Ayahnya bahkan ibunya tidak pernah sekalipun mempermasalahkan hal ini. Mereka tidak pernah memandang dari status sosial yang berbeda. Bagi mereka, semua orang itu sama di mata Tuhannya kenapa sebagai manusia mereka harus membeda-bedakan.

Ibarat titik sabar seseorang, Imelda sudah sampai batas luar biasa selama ini. Dia tidak pernah merasa yang dilakukan Putra untuknya salah. Walaupun hal itu di luar batas nalarnya. Imelda benar-benar jauh dari kehidupannya, bahkan dia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar mengobrol atau bermain. Temannya sekarang, ialah orang-orang dari teman Putra. Istri Dave, Istri Chan, Adik Sepupu Chan. Tidak satu pun, dari mereka benar-benar teman dari dirinya. Dia tidak pernah merasa terbebani, tapi kali ini dia mulai membuat trigger untuk Zai. Orang yang jelas-jelas sudah di anggap saudara bagi Imelda. Bahkan setelah Zai menikah pun, Putra masih belum bisa meyakini bahwa Zai memang tulus padanya.

Imelda kadang-kadang sempat berpikir, ini karena cinta atau ego semata. Takut kehilangan karena Cinta atau Putra takut jika Zai nanti lebih darinya. Sehingga dia tidak menjadi yang di andalkan lagi. Dia seperti orang yang takut posisinya sebagai orang yang sangat diandalkan akan tergeser karena Zai. Dia seperti tidak ingin ada orang yang lebih dari nya, dari sisi apa pun. Baik itu keluarga mau pun sampai ke pekerjaan. Imelda tidak begitu peduli jika ini tentang orang lain, tapi ini Zai orang yang bersama mereka dari awal. Dia mengenal Zai hanya selisih berapa bulan dari mengenal Putra. Dan seluruh dunia tau jika Zai adalah saudara angkatnya, kalau dia masih menganggap Zai seperti orang lain itu benar-benar kelewatan.