webnovel

CEO Dadakan

Kenyataan pahit harus ditinggal oleh Ayahnya membuat Imelda harus menerima kenyataan, meninggalkan masa mudanya untuk berjuang mempertahankan perusahaan Ayahnya... Perusahaan ini satu2nya mimpi terbesar ayahnya, ketika ayahnya meninggal, perusahaan sedang dimasa krisisnya, Imelda yang masih sangat mudah dan belum berpengalaman harus berjuang mempertahankan satu2nya mimpi ayahnya...

msarie · Fantasy
Not enough ratings
251 Chs

Aku Penjagamu

Putra beberapa hari ini sengaja mengantar dan menjemput Imelda Kuliah. Setelah mendengar laporan dari Zepri malam itu, Putra beberapa kali menghubungi HP Reyhan. Tapi sama sekali tidak di angkat. Terkesan Reyhan menghindarinya. Putra ingat sekali bagaimana terakhir kali dia bertemu dengan Reyhan. Anak itu sungguh manis, waktu itu Reyhan duduk di bangku SMP. Reyhan sering bercerita tentang seorang wanita yang sangat dia sukai. Tapi Reyhan takut menyatakan perasaannya, dia takut membuat kesalahan yang berakibat hubungannya akan berakhir dengan wanita itu. Reyhan lebih memilih menjadi Baju pelindung untuk wanita itu.

Apakah yang dimaksud Reyhan itu Imelda?

Puku, kamu melamunkan apa?

Tidak ada, hanya masalah pekerjaan saja!!

Apakah Dokter zain dan Zai belum menemuimu?

Belum, tapi beberapa kali aku sering melihatnya berdiri di sudut kampus. Seperti sedang melihat atau mengawasi sesuatu.

Kamu tenang saja ya, yang penting kamu tidak boleh terpisah dari Zepri.

Aku tau jawab Imelda!! Puku, aku akan pulang setelah jam kedua. Apakah kamu sibuk hari ini?

Ada apa?

Aku mau mengajakmu lunch!!

Bagaimana kalau kamu ajak teman-temanmu kemarin?

Akan aku tanyakan pada mereka apakah mereka free nanti siang!

Iku, ada satu hal yang harus kamu tau.

Hem... ada apa Puku?

Rey adalah adiknya Rania.

Rania....??

Ya, Rania sesuai yang kamu maksud!!

Imelda menutup mulutnya dengan tangannya...

Apakah kamu pernah ada hubungan khusus dengan Rey Iku?

Kenapa kamu menanyakan ini Puku? Aku rasa kamu pasti sudah mencari tau semua tentang mereka dan masa laluku.

Iku!! Maafkan kalau yang aku lakukan membuatmu tidak nyaman, tapi aku harus melindungimu. Aku hanya mencari informasi mereka demi untuk menjagamu tidak ada maksud lain.

Aku paham maksudmu, tapi aku tidak suka kalau kamu menjadi lebih hati-hati akan sesuatu hal hanya karena informasi yang kamu dapatkan. Bukannya lebih baik jika kamu menanyakan langsung ke aku seperti sekarang? Setidaknya itu lebih membuatku nyaman dan aku akan lebih bisa menenangkan hatimu. Karena tidak semua yang tersurat itu tersirat Puku.

Aku sudah mengecek jadwalmu dengan Dave, kamu sampai memundurkan rapat hanya karena harus mengantarku ke kampus dulu. Kamu lebih over protective hanya karena informasi yang kamu dapat tanpa menanyakan bagaimana perasaanku yang sebenarnya pada Rey.

Maafkan Aku Iku!! Aku akan berusaha lagi untuk tidak memiliki rahasia darimu.

Imelda menyandarkan kepalanya ke lengan Putra.

Aku ingin kamu percaya padaku Puku, untukku sekarang kamu adalah satu-satunya lelaki dihidupku. Dan Rey, benar dulu aku pernah menyukainya. Ingat kamu pernah menanyakan padaku apakah aku dulu pernah menyukai seseorang setelah kita menikah?

Ya!! Rey adalah lelaki itu. Tapi itu dulu Puku, sekarang aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa padanya. Dia tidak lebih dari sekedar teman bagiku. Jadi, hilangkan semua pikiran yang tidak beralasan itu. Fokuslah pada perusahaan dan Aku. Hanya aku, jangan yang lain. Janji...

Baiklah Honey!! I'm Promise...

Puku, itu Dokter Zain!!

Baiklah, aku akan menemuinya sekarang. Turunkan aku didepan Pak Asep. Setelah itu langsung antar Nyonya dan Zepri ke dalam. Aku akan menelepon kalau sudah selesai.

Apa yang mau kamu lakukan Puku?

Aku akan menyapa Dokter Zain, bukankah lebih baik kita mendatanginya dari pada mereka membuat kejutan.

Tapi Puku!

Bukankah katamu mereka orang baik? Dan aku juga percaya mereka adalah orang baik, jadi kamu tenang saja ya!!

Baiklah, kamu hati-hati ya Puku. Setelah selesai langsung hubungi aku.

Baiklah!! Zepri jaga Nyonya ya.

Apakah Tuan yakin tidak perlu ditemani?

Nyonya lebih memerlukan kamu dari pada aku.

Baiklah Tuan!! Mohon jaga diri anda Tuan.

Terima Kasih Zepri.

Selamat Pagi Dokter Zain!

Selamat Pagi Putra!

Akhirnya kita bisa bertemu.

Sudah lama aku ingin bertemu dengan kamu dan Imelda tapi aku takut membuat kalian kaget dengan kehadiranku.

Apakah Dokter luang?

Kita bisa bicara di Coffe Shop di depan.

Aku harus memastikan Imelda masuk ke gedung dulu, aku baru bisa pergi denganmu.

Putra mengernyitkan dahinya!!

Kamu pasti bingung!! Aku melakukan ini untuk Zai. Aku berjanji padanya untuk memastikan ini tiap hari, karena Zai sedang bersama ayah sekarang.

Datuk Noer juga di sini?

Ya, beliau kebetulan ada dinas ke sini. Jadi Zai menemani beliau untuk 3 minggu ayah di sini. Dia pun diantar jemput seperti Imelda. Jadi demi membuat hatinya tenang. Tiap hari aku mengirimkan foto Imelda yang masuk ke gedung.

Apakah harus seperti ini dokter?

Ini yang terbaik sekarang!! Ayo... Kita mau kemana?

Pak Asep sudah stand by dan mengantar Putra dan Dokter Zain ke Cafe di depan kampus.

Maafkan atas keputusan terakhir yang saya lakukan dok? Mungkin keputusan saya membuat dokter dan Zai dalam masalah.

Tapi untuk saya saat itu, membawa Imelda pulang ke negara kami adalah keputusan terbaik. Saya tidak ingin, situasi lebih tidak terkendali.

Saya coba memahami keputusan yang kamu ambil. Saya sempat mengalami masa sulit karena Zai sulit dikendalikan. Tapi setelah menjalani therapy dia lebih baik, dan lebih baik ketika saya bawa ke sini.

Apakah Datur Noer mengetahui kenapa Zai dan Dokter ke sini?

Tidak, lebih baik ayah tidak tau. Zai sudah berjanji, jika dia ingin terus berada di dekat Imelda. Dia harus merahasiakan dari ayah, karena ayah bisa saja melakukan hal yang tidak baik pada kamu dan Imelda.

Terima kasih Dokter, saya tidak akan membatasi Dokter dan Zai bertemu dengan Imelda. Tapi saya mohon bantuannya, biarkan Pengawal Imelda tetap mendampinginya, setidaknya itu memberikan rasa aman untuknya dan untukku juga. Tolong beri pemahaman pada Zai, jika Imelda harus terus dalam pengawalan bukan karena Dokter dan Zai tapi kami tidak pernah tau apakah orang yang pernah menculik mereka dulu akan datang lagi atau tidak.

Saya sangat menghargai itikad baik Zai yang ingin menjaga Imelda, tapi saya hanya akan menerima dalam taraf yang wajar. Jika Zai berlebihan, saya bisa membuat Imelda tidak bertemu lagi dengan Zai. Buat saya keselamatan dan kenyamanan Imelda yang utama.

Saya paham maksudmu. Saya akan terus mengawasi Zai, karena saya juga harus mengetahui kenapa Zai sangat ingin menjaga Imelda. Jika sudah tau alasannya, saya akan segera mengambil tindakan untuk ini. Mohon kerjasamanya untuk keselamatan Imelda dan Zai juga. Karena Zai bisa saja tidak terkendali jika dia merasa ada orang yang menghalanginya menjaga Imelda.

Baiklah! Zai bisa bertemu dengan Imelda selama Imelda di kampus dan Imelda menyetujuinya , tidak ada Sabtu dan Minggu tanpa membuat janji dulu. Dan Imelda akan sering ikut kemana aku berangkat. Mohon kamu bisa memberikan pengertian itu ke Zai, karena dilihat dari kita di RS kemarin. Zai akan menemui Imelda setiap hari.

Baiklah! Beri aku waktu 1 tahun. Aku harap kita bisa menjalani ini bersama-sama tanpa masalah. Karena bagaimana pun kita berdua sama-sama memperjuangkan orang penting bagi hidup kita. Kamu menjaga Istrimu dan aku disini menjaga adikku.

Aku setuju!! Kapan aku bisa bertemu Zai?

Aku bisa mengajaknya keluar malam ini, jika kamu dan Imelda ada waktu. Kita bertemu di ChZ Coffe Shop jam 7 malam.

Baiklah, kebetulan itu Coffe Shop punya Chan.

Oh, itu punya Chan? Aku kesana karena Zai sangat suka minum coffe di situ selama Imelda tidak ada.

Sampai ketemu Jam 07.00 nanti malam.

Aku izin pamit, karena harus segera ke kantor.

Baiklah!! Terima Kasih Putra...

Aku senang, akhirnya kamu memilih menghadapi kenyataan ini.

Aku tidak pernah lari Dok, hanya saja aku mencari tempat di mana kira-kira kita bisa bertarung dengan sportif. Kalau di negaramu jelas kami tidak akan menang, tapi setidaknya di sini kami tidak akan menggunakan kekuatan yang akan membuat kalian di deportasi.

Dokter Zain tertawa mendengar jawaban Putra.