webnovel

2. Berangkat

Esok harinya, saat matahari mulai bersinar begitu cerah, birunya langit melukiskan cakrawala. Felicia sudah bersiap untuk menikmati liburannya.

"Aku berangkat sekarang, Ma!" teriak Felicia pada ibunya yang masih berada di dapur.

Sang ibu langsung menghampirinya dengan tatapan seolah tak rela jika anak gadisnya akan menginap bersama teman-teman kuliahnya. "Hati-hati, Sayang. Jangan nakal! Mama sudah menitipkanmu pada Ryan," ujar ibu dari Felicia.

"Felic bukan anak kecil lagi," sahutnya sambil memberikan sebuah kecupan di pipi sang ibu. Gadis itu langsung berjalan cepat menuju ke rumah Ryan yang berada tepat di samping rumahnya. Kebetulan sekali, ayah Ryan adalah kakak laki-laki dari ibunya Felicia.

Sampai di depan rumah sepupunya itu, Felicia langsung bersemangat saat melihat teman-temannya sudah berada di sana. "Hai..." sapanya dengan senyuman cerah khas perempuan lembut yang terlihat cukup manja. "Kalian sudah ngumpul di sini, di mana Ryan?" tanyanya sambil melihat ke sekeliling.

"Tau! Sampai jamuran kita menunggu si Playboy itu," kesal Leo sambil melirik perempuan di sebelahnya.

"Kenapa jadi nglirik gue?" ketus Andrea yang merasa jadi tersangka karena sejak tadi terus menggerutu.

Felicia justru senyum-senyum melihat kekesalan Andrea dan juga Leo. Padahal yang lainnya pada sibuk dengan ponsel masing-masing. "Tenang saja, semua. Aku akan segera menyeret Ryan ke sini," hibur Felicia sebelum berjalan memasuki rumah besar dan mewah milik keluarga Ryan.

"Tante ... Ryan di mana?" teriak Felicia pada sang nyonya rumah yang tak lain adalah tantenya sendiri. Hubungan mereka cukup dekat, tak jarang Felicia sering menginap di rumah itu. Apalagi saat ayah Ryan sedang dinas di luar kota, Felicia akan menjadi anak perempuan kesayangan di rumah itu.

Mendengar teriakan yang sangat dikenalnya, wanita itu langsung meletakan buah yang baru dipotongnya lalu segera menemui Felicia. "Mau berangkat sekarang juga?" tanya ibu Ryan pada keponakannya.

"Mereka sudah tak sabar menunggu putra kesayangan Tante itu," gerutu Felicia sambil merengek manja pada tantenya.

"Susul saja di kamarnya, Ryan juga sudah mandi tadi," balas wanita yang terlihat begitu lembut dengan wajah sangat keibuan.

Felicia langsung berlari ke kamar Ryan di lantai atas. Tanpa permisi ia langsung menerobos masuk ke kamar sepupunya itu.

"Apa-apaan, Kamu!" teriak Ryan sambil memakai kaosnya dengan sangat terburu-buru. Dia merasa malu saat Felicia masuk tanpa permisi.

"Bisa punya malu juga kamu, Ryan! Biasanya juga gak tau malu," sindir Felicia sambil menatap sinis sosok lelaki di hadapannya. Dia bisa melihat jika Ryan pasti sangat bingung memilih pakaian yang akan dibawanya. Terlihat dari kamarnya yang dipenuhi dengan banyak baju yang berserakan. "Bawa baju seperlunya, tak perlu berlebihan," tambahnya sambil memasuk beneran pakaian ke dalam tas ransel milik Ryan.

Dengan sangat bersemangat, Felicia benar-benar menyeret Ryan untuk keluar dan segera berangkat. "Ayo kita berangkat sekarang!" serunya begitu berdiri di antara teman-teman yang lain.

"Supir kita sudah sangat siap," goda Felicia pada Ryan.

"Cepatlah bawa barang kalian ke bagasi!" cetus Ryan sambil berjalan ke tempat di mana mobilnya terparkir.

Setelah berpamitan pada ibunya Ryan, mereka semua langsung masuk ke dalam mobil. Ryan duduk di kursi kemudi dengan Alan berada di sebelahnya. Di kursi tengah ada Likha, Andrea, Kina dan Felicia. Sedangkan di kursi paling belakang diduduki oleh Azzam, Leo dan Alvin yang berada paling pinggir. Selama perjalanan, mereka semua asyik bercanda sambil saling meledek satu sama lain. "Paling enak yang bawa pasangan ya... pas udara dingin bisa berpelukan," cetus Kina sambil mempraktekkan sebuah pelukan pada Felicia yang duduk di sebelahnya.

Mereka langsung bersorak sambil menatap ke arah Likha dan Azzam. "Ciee.. ada yang udah deg-degan duluan," ledek Felicia sambil tersenyum melirik pasangan kekasih itu.

Ketika semua orang sedang tertawa bersama dalam suasana yang bahagia. Tiba-tiba saja, terdengar suara decitan rem mobil yang cukup keras. Ryan langsung menghentikan mobilnya dengan sangat mendadak.

"Ada apa, Ryan?" tanya Alan dengan wajah panik.

"Sepertinya aku baru saja menabrak sesuatu." Ryan menjawab pertanyaan Alan dengan wajah takut dan juga sedikit pucat. Dia masih merasa linglung karena merasa baru saja menabrak seseorang.

"Lebih baik kita memeriksanya!" ajak Azzam pada teman-temannya yang lain. Mereka pun mulai keluar untuk melihat sesuatu yang baru saja ditabrak oleh mobil itu.