Ibu Cakya masuk kedalam rumah setelah mengucap salam. Erfly mengekor dibelakang ibu Cakya.
"Gama... Beneran g'ak apa-apa ditinggal sendirian...?", ibu Cakya tiba-tiba bertanya, karena masih merasa khawatir dengan keadaan Gama yang ditinggalkan dirumah sakit.
"G'ak apa-apa ma, tenang aja. Bang Gama udah ada peri cantik yang bakal jagain", Erfly memberi isyarat OK dijemari telunjuk dan jempol tangannya.
Ibu Cakya hanya mengangguk pelan menuju arah dapur.
"Peri cantik...? Siapa...?", Cakya tiba-tiba berbisik didaun telinga Erfly.
"Astagfirullah", Erfly langsung berbalik karena kaget.
Erfly terjatuh karena merasa kakinya tiba-tiba lemas, dan tidak mampu menopang berat badannya. Beruntung Cakya sigap menangkap tubuh Erfly, kemudian membantu Erfly untuk duduk di bangku terdekat. Cakya berlari mengambil air minum untuk Erfly.
Setelah minum, Erfly menarik nafas panjang mengatur nafasnya kembali.
"Erfly g'ak apa-apa...?", Cakya bertanya cemas.
Erfly memukul lengan Cakya kesal, "Cakya lupa Erfly punya penyakit jantung...!!!", Erfly mengupat kesal.
"Cakya minta maaf, Cakya g'ak bermaksud begitu kok", Cakya mengungkapkan rasa bersalahnya.
Erfly tertawa kecil, sedangkan Cakya malah mengerutkan keningnya. Merasa aneh dengan kelakuan Erfly.
"Erfly g'ak apa-apa kok", Erfly bicara disela tawanya.
"Jail ya kamu", Cakya bersandar di punggung kursi, kali ini Cakya yang merasa lemas dikerjai oleh Erfly.
"Siapa suruh Cakya iseng duluan", Erfly masih tertawa, melihat reaksi Cakya.
"Eh... Ngomong-ngomong, Peri cantik yang ngejagain Om Gama siapa...?", Cakya menatap ke wajah Erfly menagih jawaban.
"Oh...itu. Mayang", Erfly menjawab santai.
"Maksudnya...?", Cakya bertanya bingung karena tidak mengerti.
"Masa yang kayak gini harus dijelasin segala sih...? Mayang itu suka sama bang Gama", Erfly bicara pelan.
***
"Tu bocah emang kayak gitu", Gama bicara santai, dia tertawa renyah melihat ekspresi wajah Mayang yang semakin bingung.
"Kok ada ya di zaman sekarang orang sebaik Mayang...?", Mayang bertanya bingung.
"Erfly itu anak tunggal. Dia lebih sering ditinggal sama orang tuanya. Karena itu... Dia tinggal sama almarhumah neneknya. Dari kecil dia udah dididik untuk peduli sama orang lain, terus... Karena dia tinggal di lingkungan menengah kebawah. Jadi... Dari kecil tu anak udah kebentuk buat peduli sama orang lain. So... G'ak usah heran lihat sikap dia yang kayak gitu", Gama menjelaskan panjang lebar.
Mayang malah manggut-manggut pelan seperti burung pelatuk.
Gama berusaha untuk bangun dari tempat tidur, akan tetapi dia malah terpleset, Mayang sigap menangkap tubuh Gama. "Hati-hati kenapa sih...?", Mayang bicara kesal.
"Gama mau ngapain sih...?", Mayang bertanya kesal.
"Gama... Haus mau ngambil minum", Gama menjawab pelan.
"Tinggal ngomong aja, apa susahnya sih...!!!", Mayang menghardik Gama.
"Galak amat kayak mak tiri", Gama malah nyeletuk asal berusaha bercanda.
"Ntar Gama kenapa-kenapa lagi gimana...? Gama itu baru kelar operasi...!", Mayang melanjutkan omelannya, kemudian menyerahkan segelas air ketangan Gama.
Gama meneguk air yang diberi oleh Mayang sebelum melanjutkan ucapannya, "Segitu pedulinya sama Gama. Emang Mayang siapanya Gama...? Bukan siapa-siapanya Gamakan...?", Gama bicara asal.
"Kalau bener aku peduli banget sama kamu gimana...?", Mayang malah menjawab diluar dugaan Gama.
Gama terkejut mendengarkan ucapan Mayang, "Kenapa...?", Gama melanjutkan pertanyaannya lagi, mengejar jawaban.
"Karna aku g'ak mau kamu kenapa-kenapa. Aku khawatir tahu g'ak sama kamu. Karna aku tu sayang sama kamu", Mayang segera menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, saat sadar dia telah mengucapkan kata yang tidak seharusnya dia ucapkan.
Gama tersenyum penuh arti menatap lekat ke wajah Mayang.
***
Ibu Cakya sudah menyiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa kerumah sakit. "Abang, mama nginap di rumah sakit lagi ya. Kasian Gama sendiri. Abang dirumah aja, kan besok harus sekolah. Sekalian jagain Wulan dan Tio", ibu Cakya memberi perintah.
"Erfly yang nganter mama, sekalian Erfly ngambil tas langsung pulang", Erfly meraih HPnya yang berada diatas meja.
"Lho... Erfly g'ak mau disini dulu...?", ibu Cakya menggoda Erfly.
"Apaan sih ma", Erfly bergelantungan di lengan kiri ibu Cakya. Kemudian berlalu dari hadapan Cakya dengan buru-buru, Cakya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan pacarnya yang aneh.
***
Mayang masih tak bergeming dari posisinya, demikian juga Gama masih terpaku mematung berusaha mencerna ucapan Mayang barusan.
Tiba-tiba pintu ruang rawat inap Gama dibuka, suster muncul dari balik daun pintu. "Kita cek dulu ya", suster itu menghampiri Gama. Kemudian langsung mengecek tensi, dan tes lainnya.
Setelah selesai melakukan tugasnya, suster cantik itu langsung minta izin meninggalkan ruangan. "Suster Rima...?", Alfa berpapasan dengan Alfa yang berjalan menuju ruangannya.
"Dokter... Saya bisa ngomong sebentar...?", Rima bertanya penuh harap.
"Ada apa suster...?", Alfa menatap kearah Rima, menghentikan langkahnya.
"Sebenarnya... Sudah lama saya mau ngomong ini sama dokter", Rima memulai dari bahasa basa-basi.
"Yah...", Alfa menyilangkan kedua lengan tangannya didada menunggu ucapan Rima selanjutnya.
"Sebenarnya... Saya... Suka sama dokter", Rima berusaha keras menyelesaikan ucapannya.
"Hah...?", Alfa kaget mendengar pengakuan Rima.
"Saya sudah coba berkali-kali buat menghindar dari dokter. Tapi... Semakin saya menjauh dari dokter, saya makin g'ak bisa pungkiri. Saya... Udah jatuh cinta sama dokter", Rima akhirnya menyelesaikan ucapannya.
Alfa menggaruk dagunya pelan, mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan.
"Dokter sendiri bagaimana...?", Rima kali ini mengejar jawaban.
"Dokter Alfa, ada pasien gawat...!!!", Kahfi langsung menarik tangan Alfa ke ruang UGD.
"Ih... Resek nih Kahfi...!!!!", Rima mengupat kesal karena merasa digantung oleh Alfa. Rima mau tidak mau mengikuti Kahfi dan Alfa menuju UGD.
Alfa tidak memberikan kesempatan untuk Rima bicara kali ini, dia sibuk dengan pasien yang datang. Melakukan pertolongan pertama, bahkan melakukan jadwal operasi maraton selama 8 jam tanpa jeda.
Setelah melakukan operasi Alfa menuju meja resepsionis, "Maaf suster yang jadwal jaga malam ini...?", Alfa bertanya, saat tidak melihat Rima dimeja resepsionis.
"Iya dok, malam ini jadwalnya saya yang jaga", suster cantik belia itu tersenyum menjawab pertanyaan Alfa.
"Bukan jadwalnya suster Rima ya...?", Alfa kembali bertanya.
"Seharusnya jadwal suster Rima. Berhubung minggu lalu saya tidak bisa masuk, karena ada keperluan, jadi... Saya minta digantikan sama suster Rima dok", suster muda itu menjelaskan panjang lebar.
"Ya udah, terima kasih suster", Alfa bicara sesaat sebelum pergi.
Kahfi langsung merangkul Alfa, menarik Alfa ke kantin rumah sakit.
"Ada apa kamu nyari Rima...? G'ak biasa-biasanya...?", Kahfi mulai angkat bicara saat suapan pertama masuk kedalam mulutnya.
"G'ak apa-apa", Alfa berusaha menghindar.
"Tapi... Kalau aku perhatiin, kayaknya tu anak aneh akhir-akhir ini", Kahfi tiba-tiba mengangkat topik pembicaraan yang menarik.
"Aneh gimana...?", Alfa bertanya asal.
"Kayaknya dia suka sama kamu", Kahfi bicara pelan, memasang muka serius menatap ke wajah Alfa.
Alfa tersedak karena kaget mendengarkan ucapan Kahfi, dengan segera Alfa minum. "Maksudnya...?", Alfa bertanya bingung, kembali memastikan ucapan Kahfi sebelumnya.
"Iya, dia kayaknya suka sama kamu. Terus... Aku juga lihat, kayaknya dia cemburu setiap kamu ngomong soal Erfly didepan dia", Kahfi menyelesaikan ucapannya dengan mulut penuh makanan.
"Erfly...?", Alfa kembali memastikan.
"Iya, udah beberapa kali aku perhatiin. Dia selalu masang muka judes ke Erfly, baik itu ketemu langsung, atau... Cuma dengan kamu ngomongin Erfly, atau... Juga telfonan", Kahfi kembali mengingatkan sikap Rima yang selalu kesal, kalau sudah berhubungan dengan Erfly dan Alfa.
"Lha... Erfly kan adek angkat Alfa...? Kita kan g'ak ada apa-apa...?", Alfa protes tidak setuju.
"Menurut kamu...!!! Lha... Menurut dia...?", Kahfi bicara kesal.