Erfly terpaksa naik ojek kesekolah, karena motornya dipakai untuk kebutuhan keteringan.
"Dek, motor kamu kemana...? Rusak lagi...?", Gama yang melihat Erfly turun dari ojek di gerbang sekolah bertanya saat melangkah masuk menuju kelas.
"G'ak bang, dipakai buat nganter ketringan", Erfly bicara pelan.
"Cakya g'ak masuk hari ini.. ?", Gama bertanya lagi, karena Erfly naik ojek kesekolah bukannya minta dijemput Cakya.
"Diakan ikut seleksi Paskib bang", Erfly menjawab santai. "Abang, ntar pulang sekolah anter Erfly cari motor ya...?", Erfly mengajukan permintaan.
"Gampang itu, asal di traktir makan siang", Gama nyengir kuda.
"Makan malam sekalian Erfly yang traktir", Erfly bicara pelan, kemudian duduk di bangkunya.
"Mantap", Gama mengacungkan dua jempol untuk Erfly.
"Sekalian, kita ke warung yang samping foto copy dekat simpang itu bang", Erfly bicara antusias.
"Kenapa...?", Gama bertanya bingung.
"Tadi pagi Erfly lihat plang rumah dijual, siapa tahu cocok buat kos-kosan cowok. Kan pas depan sekolahan", Erfly bicara santai.
"Kamu ini dek... ", Gama geleng-geleng kepala.
"Eh, kos-kosan abang apa kabarnya...?", Erfly bertanya pelan.
"Alhamdulillah udah keisi semua dek", Gama mengucap syukur.
"Wah... Curang neh, harusnya abang neh yang traktir Erfly", Erfly protes seketika.
"Tetap kamu dong dek yang harus traktir abang", Gama tidak setuju dengan ucapan Erfly.
"Lho... Kok gitu...?", Erfly bertanya bingung.
"Kan kamu udah dapat pelanggan pertama usaha ketringannya", Gama nyengir kuda.
"Ye...", Erfly menjawab kesal.
Gama malah tertawa renyah.
***
Saat jam istirahat kedua, setelah sholat Zuhur berjamaah di mushalla sekolah. Erfly memutuskan makan soto di kantin bersama Gama.
HP Erfly berbunyi, "Bentar bang", Erfly mengangkat telfon.
"Iya Ko...?", Erfly menjawab pelan.
"Dek, uang ketringan teman-teman Koko mau di transfer atau kamu yang tagih ke rumah sakit....?"
"Transfer aja Ko akhir bulan. Biar gampang hitungannya"
"Iya, ntar Koko kasih tau teman-teman Koko kalau gitu. Kamu masih disekolah...?"
"Iya Ko, ini lagi istirahat siang. Lagi makan soto sama bang Gama"
"Ya udah, salam sama Gama"
Erfly kembali memasukkan HP kedalam kantong celananya. "Salam dari Ko Alfa", Erfly bicara pelan kepada Gama, sebelum memasukkan suapan pertamanya kedalam mulut.
Gama tidak menjawab, hanya mengacungkan jempol kanannya.
***
Sesuai rencana Erfly dan Gama langsung menuju rumah yang dimaksud Erfly. Transaksi akan dilaksanakan keesokan harinya, karena harus menunggu anak yang punya rumah yang berada diluar kota.
Erfly dan Gama langsung menuju Dealer motor, setelah melihat-lihat Erfly menjatuhkan pilihan kepada motor yang sama dengan motor miliknya sebelumnya. Transaksi berjalan lancar.
"Ne bocah punya pohon duit dibelakang rumah", Gama geleng-geleng kepala ketika Erfly muncul dihadapannya.
Erfly spontan memukul lengan Gama. "Apaan sih bang", Erfly bicara kesal.
"Kayaknya rumah tadi g'ak perlu banyak direnofasi bang, paling hanya perlu disekat buat batasan. Itu bisa buat 10 kamar. Ntar... abang perlu cari orang buat bersih-bersih tiap hari aja", Erfly bicara pelan, sambil menunggu surat-surat motor selesai.
"Ada tetangga abang yang baru dipecat dek, sebelumnya dia kerja sama orang Palembang, karena majikannya pindah tugas, sekarang dia nganggur", Gama mengingat-ingat wanita berumur 35 tahun, yang punya 3 anak disamping rumahnya.
"Ya udah, kalau abang cocok mah g'ak apa-apa. Coba aja tanya, dia mau atau g'ak...?", Erfly tidak memperpanjang.
***
Sesuai rencana. Proses jual beli rumah berjalan lancar. Erfly menyerahkan akta rumah ketangan Gama. "Tinggal di isi bang, pesan ke ayah Cakya lagi aja lemari dan tempat tidurnya. Ntar Erfly yang kasih tau papa deh", Erfly bicara pelan.
"Dek...", ucapan Gama terputus karena Erfly sudah menyela.
"Jangan ngomong makasih lagi, Erfly capek dengernya", Erfly bicara kesal.
Gama tersenyum melihat wajah kesal Erfly. "Dek, kita ke lapangan pemda yuk", Gama tiba-tiba memberi ide.
"Ngapain...?", Erfly bertanya bingung.
"Kita jemput Cakya. Sekalian abang traktir makan seafood", Gama menyelesaikan ucapannya.
"Cakep nih, ayuk", Erfly bersemangat, setelah mengunci pintu rumah, Erfly menyerahkan kunci rumah ketangan Gama.
Erfly sengaja tidak bawa motor hari ini, karena tadi pagi Erfly berangkat sekolah bersama Gama.
Tepat waktu. Erfly dan Gama tiba dilapangan pemda saat seleksi Paskib telah selesai. Cakya langsung menghampiri Erfly dan Gama.
Erfly menyerahkan sebotol air mineral ketangan Cakya. Tanpa basa-basi Cakya langsung minum.
"Kok bisa disini...?", Cakya bertanya bingung.
"Neh... Bang Gama. Katanya kangen sama ponakan paling cool", Erfly nyeletuk asal.
"Apaan sih", Cakya dan Gama bicara hampir bersamaan, dan saling tatap-tatapan.
"Hahahaha.... Bang Gama katanya minta ditemenin makan seafood", Erfly bicara pelan.
"Kebetulan Cakya laper, habis seleksi", Cakya nyengir kuda.
Cakya, Gama dan Erfly menuju ke kafe khusus menjual makanan aneka seafood. Mereka sengaja memesan menu seafood tumpah. Sudah ada kepiting, kerang hijau, kerang darah, kerang bambu, cumi, udang, plus jagung.
Setelah makan Erfly pulang diantar Cakya, sedangkan Gama langsung menuju kerumah tetangganya.
"Cakya langsung pulang dan istirahat", Erfly mengingatkan saat turun dari motor.
"Iya, Erfly juga. Jangan lupa sholat isya", Cakya balik mengingatkan.
Erfly mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Assalamu'alaikum", Cakya bicara sebelum berlalu pergi.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati", Erfly menjawab pelan.
***
Erfly melihat buku tabungannya, "Belum sebulan Erfly udah ngeluarin uang ratusan juta. Segini banyaknya...?", Erfly bergumam pelan.
"Buat... Bayar hutang Mayang 26 juta, terus... Buat usaha ketringan dan beli ganti motor. InsyaAllah muter uangnya sama ketringan", Erfly mencubit-cubit pelan bibirnya.
"Terus... Beli rumah buat kos-kosan putri 250 juta, renovasi dan beli lemari plus tempat tidur habis 40 juta. Belum rumah yang buat kos-kosan putra, karena masih bagus kena 300 juta, paling hanya butuh beli lemari dan tempat tidur aja, terus beli kayu dan triplek buat bikin sekat, g'ak sampe 20 jutaan ntar.
Tapi... G'ak apa-apa lah, ini g'ak seberapa dibanding pengorbanan Asri yang memberikan hidup kedua buat Erfly. Seberapa besarpun uang yang Erfly beri buat Gama, g'ak akan sepadan dengan jantung dan mata ini", Erfly tiba-tiba menangis tanpa dia sadari.
Erfly menghapus kasar air matanya, "Kok malah nangis sih...?", Erfly merutuki dirinya sendiri.
"Mending Erfly telfon papa, biar kos-kosan cowoknya bisa cepat diisi", Erfly menelfon ayah Cakya.
"Assalamu'alaikum, nak... Kamu cari Cakya...?", ayah Cakya bicara bingung karena menerima telfon dari Erfly.
"Wa'alaikumsalam, Erfly nyari papa, kalau nyari Cakya, Erfly g'ak akan telfon papa", Erfly tertawa kecil.
"Ada apa nak...?", ayah Cakya bertanya bingung.
"Erfly mau nyampein pesanan orang yang kemarin lagi yah", Erfly bicara pelan.
"O... Itu, butuh berapa...?", ayah Cakya bertanya antusias.
"Seperti yang kemarin pa, 10 pasang. Nanti kalau udah selesai, papa hubungi bang Gama aja, bang Gama yang tahu alamat dan dititipin kunci rumahnya pa", Erfly bicara lagi.
"Gampang itu", ayah Cakya bicara pelan.
"Jadinya berapa pa...?", Erfly bertanya lagi untuk memastikan.
"Samain aja sama yang kemarin nak, tapi... Papa minta waktu sampai lusa ya. Soalnya papa harus menyelesaikan pesanan untuk yang kawinan lusa katanya", ayah Cakya berusaha menawar.
"G'ak apa-apa pa, kapan papa sempat aja. Orangnya juga g'ak minta buru-buru. Apa Erfly kasih DP dulu pa buat beli bahan bakunya....?", Erfly bertanya lagi.
"Apaan sih pakai DP segala, kayak sama siapa aja. Ntar aja sekalian pas udah diantar nak", ayah Cakya menjawab dengan keyakinan kuat.
"Ya udah kalau gitu. Erfly tutup pa. Terima kasih", Erfly bicara santun.
"Papa yang harusnya ngucapin terima kasih nak udah dikasih kerjaan", ayah Cakya bicara pelan.
"Assalamualaikum pa", Erfly mengakhiri hubungan telfon.
"Wa'alaikumsalam", Erfly menjawab lirih.
***
"Siapa pa...?", ibu Cakya bertanya saat memberikan kopi.
"Erfly, dia mesan lemari dan tempat tidur sepuluh biji masing-masing", ayah Cakya menjelaskan asal.