Alfa menyempatkan untuk bertemu dokter Firman, dari suster yang terakhir kali membantunya saat merawat Devi Alfa tahu kalau dokter Firman ada diruang isolasi.
Alfa memutuskan menyusul dokter Firman, sesuai petunjuk suster cantik tersebut.
Alfa melihat ada banyak orang penting yang berdiri diluar ruang isolasi, Alfa memutuskan untuk duduk agak menjauh sendirian. Alfa asik dengan HPnya untuk membunuh rasa jenuh.
"Apa kita tidak bisa mengajukan penangguhan tahanan...? Atau... Mengajukan tahanan kota...?", sayup-sayup Alfa mendengarkan pembicaraan sekelompok orang dilorong ruang isolasi.
"Maaf pak, sepertinya berat", salah seorang menyela ucapan Walikota.
"Kenapa...? Candra sedang dirawat saat ini karena sakit...?", terdengar suara Walikota yang frustrasi.
"Candra masuk rumah sakit karena berusaha untuk bunuh diri, pasti pihak kepolisian tidak mau ambil resiko Candra akan melakukannya lagi", orang yang tadi kembali menjelaskan.
"Lalu kita harus bagaimana...?", Walikota kembali bertanya putus asa kali ini.
"Bagaimana kalau kita mengajukan damai kepada korban...?", lelaki setengah baya tadi kembali memberi saran.
"Dimana saya bisa bertemu keluarga korban...?", pak Walikota langsung menyambar.
"Saya dapat kabar kalau pak Jendral ada disini, anaknya dirawat diruang VVIP", lelaki itu memberikan informasi yang dia dapatkan dari temannya.
"Sinta, beli parsel buah. Kita langsung keruang rawat anak pak Jendral sialan itu", Walikota memberi perintah.
Seorang perempuan muda langsung pergi setelah mengangguk.
***
Dokter Firman akhirnya keluar dari ruang isolasi.
"Bagaimana keadaan Candra dokter...?", pak Wiratama menghampiri dokter Firman.
"Kita harus tunggu hasil cek darah Cakya keluar. Baik saya permisi kalau begitu", dokter Firman langsung meninggalkan pak Wiratama dan rombongan.
Alfa langsung berdiri saat melihat dokter Firman menghampirinya, "Dokter Alfa...", dokter Firman langsung memeluk Alfa.
"Bagaimana kabarnya...?", Alfa bertanya sambil tersenyum.
"Alhamdulillah baik, dokter sendiri bagaimana kabarnya...?", dokter Firman bertanya kembali.
Dokter Firman langsung memberikan isyarat agar Alfa mengikutinya keruangannya. Dokter Firman langsung membuatkan teh hangat untuk Alfa.
"Tiba-tiba rumah sakit jadi rame gini kayak pasar", Alfa bicara sembari menyeruput minumannya.
"Anaknya Walikota lagi dirawat", dokter Firman menjawab malas.
"Em... Tadi Alfa tidak sengaja mendengar nama pak Jendral disebut-sebut", Alfa Mengingat-ingat pembicaraan di lorong ruang isolasi tadi.
"Anaknya pak Walikota punya masalah dengan putrinya pak Jendral", dokter Firman bicara malas.
Alfa hanya mengangguk-anggukan kepalanya pelan, dia tidak mau tahu masalah orang lain.
***
Pak Wiratama masuk kedalam ruang rawat inap Devi, sekretaris dan pengacaranya mengekor dibelakang.
"Apa kabar pak Jendral...?", pak Wiratama berusaha seramah mungkin.
"Duduk", pak Lukman bicara tegas.
Pak Wiratama tersenyum kaku, karena melihat dia kurang mendapat respon yang baik dari pak Lukman.
"Saya dengar anak pak Jendral sedang dirawat, makanya saya datang kesini...", pak Wiratama memberi isyarat agar sekretarisnya meletakkan parsel buah keatas meja.
Pak Lukman hanya memandang pak Wiratama dengan muka bingung.
"Em... Candra sedang dirawat disini. Makanya saya datang kesini untuk mengajak damai, kasian Candra dia butuh perawatan. Kasian dia kalau harus kembali ke rutan"
"Lalu...?"
"Bagaimana kalau kita selesaikan masalah ini secara damai saja pak Jendral, saya mohon kasihani Candra. Dia masih belum dewasa"
Pak Lukman tertawa kecil mendengar permintaan pak Wiratama.
"Kita bertemu besok di ruang sidang", pak Lukman bicara tegas sebagai jawabannya.
"Pak Jendral, Ayolah... Ini hanya masalah kecil", pak Wiratama berusaha mendapat persetujuan pak Lukman untuk menarik laporannya ke kepolisian.
"Awalnya saya hanya akan menuntut anak bapak yang terhormat dengan pasal pelecehan, paling dia akan dipenjara maksimal 1 tahun. Tapi... Setelah melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini, sepertinya dia harus lebih lama mendekam dipenjara, berkat ayahnya yang sangat berkuasa dia akan saya tuntut pasal berlapis. Kita lihat apa bapak Walikota yang terhormat bisa membebaskan putranya yang berharga besok disidang", pak Lukman bicara panjang lebar.
Kemudian pak Lukman langsung berdiri dari posisi duduknya, "Sepertinya tidak ada lagi yang ingin saya bicarakan dengan anda, silakan keluar. Putri saya butuh istirahat", pak Lukman bicara acuh, kemudian menuju tempat tidur Devi, merapikan selimut Devi dengan penuh kasih.
Pak Wiratama langsung bergerak ingin keluar dari ruangan rawat inap Devi.
"Satu lagi, bawa kembali parcelnya, sepertinya anak anda lebih memerlukannya. Terima kasih", pak Lukman bicara pelan.
Sinta kembali membawa parcel buah yang ada diatas meja, kemudian mengekor pak Wiratama yang terlihat kesal.
***
Ardi duduk diruang tamu rumah Cakya. Perlahan Cakya keluar dari kamar, dan duduk dihadapan Ardi.
"Bagaimana keadaan kamu...?"
"Alhamdulillah sudah jauh lebih baik bang. Katanya bu Devi dirawat, bagaimana kondisinya...?"
"Besok sudah boleh pulang"
"Alhamdulillah. Ada apa abang kesini...?"
"Besok... "
"Jadwal sidang perdana kasus anaknya Walikota"
"Iyah... "
" Tenang aja bang, Cakya pasti datang"
"Terima kasih Cakya. Maaf kalau kamu harus melewati semua kesusahan ini"
"Santai bang, Cakya juga punya adik perempuan yang seumuran dengan Putri"
"Baiklah, besok akan ada anggota yang jemput kamu"
Cakya hanya mengangguk pelan sebagai tanda setuju.
***
"Ada apa pa...?", Devi bertanya pelan, kemudian berusaha untuk bersandar dikepala tempat tidur.
"Pak Wiratama baru dari sini"
"Kenapa...?"
"Dia menawarkan jalan damai"
"Setelah apa yang dia lakukan...? Hek, orang kaya semua sama saja. Menganggap semua bisa mereka beli dengan uang mereka"
"Sudahlah. Kamu istirahat saja"
***
Gama berbaring disamping Cakya.
"Kamu yakin mau hadir dipersidangan besok...?", Gama bertanya ragu.
"Cakya tidak melihat ada jalan untuk mundur", Cakya menjawab pelan.
"Ini bukan masalah sepele, yang kita lawan ini Walikota. Pengusaha sukses, orang kaya yang punya kekuasaan", Gama berusaha memberikan pendapatnya.
"Kalau terus dibiarkan, dia akan gede kepala dan semena-mena", Cakya bicara santai sambil membaca majalah olahraga yang ada dipangkuannya.
"Gama hanya tidak ingin akan ada masalah baru yang akan muncul karena masalah ini", Gama bicara khawatir.
"Kamu yang diserang bodiguard pak Wiratama, bu Devi yang ditusuk sampai nyaris kehilangan nyawa. Apa lagi setelah ini...?", Gama bicara frustrasi.
"Kita lihat saja nanti", Cakya membalas asal.
***
Alfa duduk diteras rumah Erfly. "Kamu dimana dek...?", Alfa menelepon Erfly.
"Dirumah, ini lagi masak didapur", Erfly menjawab santai.
"Koko diluar", Alfa bicara pelan.
Erfly langsung membuka pintu rumahnya, "Masuk ko, koko udah makan...?", Erfly bertanya pelan.
"Udah tadi di rumah sakit", Alfa menjawab pelan, kemudian duduk di ruang tamu menghidupkan TV.
Erfly kemudian menyusul Alfa dengan sepiring spaghetti buatannya, "Gimana kerjaannya ko...?", Erfly bertanya basa-basi kemudian memasukkan suapan pertama kedalam mulutnya.
"Baik-baik aja", Alfa menjawab santai. Alfa menarik piring Erfly, kemudian memakan spaghetti buatan Erfly.
Erfly menuju kulkas mengambil minuman dingin, kemudian kembali keruang tamu dan menerima piring makanannya lagi dari tangan Alfa.
"Kamu g'ak kesepian apa sendirian mulu dirumah...?", Alfa bertanya tiba-tiba.