"Erfly... Ayo balik. Yang lain udah pada masuk semua", Elang berteriak di samping bis, kemudian memukul pelan kaca bis.
"Iya...", Erfly bicara setengah berteriak. "Kang Untung, mas Satia, Erfly balik ya", Erfly langsung pamit. Erfly menyalami kang Untung dan Satia sebelum pergi.
"Hati-hati...", kang Untung dan Satia bicara hampir bersamaan.
"Terima kasih Kang Untung, mas Satia. Erfly pamit, assalamu'alaikum", Erfly bicara pelan.
"Wa'alaikumsalam", kang Untung dan Satia menjawab kompak.
***
Cakya masih tidak mau keluar kamar. Ibunya bahkan sudah kehabisan akal meminta Cakya untuk keluar.
"Ada apa lagi sih sama si abang...?", ayah Cakya bertanya bingung.
"G'ak tahu pa. Kemarin katanya mau ndaki, mama pikir dia akan nginap, tapi... Malah ngetuk pintu jam 1 semalam. Begitu masuk kamar, sampai sekarang malah g'ak keluar pa", ibu Cakya menjelaskan, ibu Cakya sama bingungnya dengan suaminya.
***
Sepanjang perjalanan pulang Erfly berusaha menelfon Cakya. Tapi HP Cakya malah tidak aktif.
Akhirnya Erfly memutuskan untuk menghubungi Gama.
"Assalamu'alaikum bang", Erfly bicara setelah telfon diangkat.
"Wa'alaikumsalam dek, ada apa...?", Gama bertanya bingung, tidak biasa-biasanya suara Erfly panik saat menelepon.
"Abang lagi dimana sekarang...?"
"Dirumah, ini baru kelar mandi dek. Kenapa...?"
"Abang ketemu Cakya g'ak kemarin...?"
"Kemaren dia main ke kosan sih, pas abang disana ada yang masuk baru. Habis itu... Katanya dia mau nyusulin kamu kegunung. Emang g'ak ketemu dek...?"
"Abang bisa cek Cakya g'ak...? Erfly lagi dijalan pulang ini"
"Iya, abang siap-siap dulu. Langsung berangkat habis ini"
"Makasih bang", Erfly menutup hubungan telfon.
"Ada apa...? Dari tadi gelisah banget...?", Elang bertanya pelan saat Erfly menutup hubungan telfon dengan Gama.
"G'ak apa-apa, Erfly istirahat dulu. Capek", Erfly berusaha menghindar dari pertanyaan Elang selanjutnya. Erfly menoleh keluar jendela, pura-pura tidur.
***
Gama sampai dirumah Cakya, disambut dengan pemandangan ibu Cakya yang sedang mengetuk pintu kamar Cakya. Akan tetapi yang di dalam kamar malah tidak bergeming sedikitpun.
"Assalamu'alaikum", Gama mengucap salam sebelum masuk kedalam rumah.
"Wa'alaikumsalam, Gama...", ibu Cakya bicara pelan, kemudian duduk dikursi ruang tamu.
"Kenapa lagi Cakya kak...?", Gama bertanya pelan, sebelum duduk Gama mengambil minum dari galon didekat dapur.
"Dari semalam dia pulang, g'ak keluar-keluar kamar sampai sekarang", ibu Cakya bicara cemas.
"Kenapa lagi ini bocah berdua...?", Gama bergumam pelan.
"Kenapa Gam...?", ibu Cakya bertanya bingung karena tidak mendengar jelas ucapan Gama barusan.
"G'ak kak. Biarin aja, ntar lapar juga keluar sendiri tu anak", Gama menjawab sesantai mungkin.
"Gama ada kegiatan apa hari ini...?", ibu Cakya tiba-tiba bertanya.
"Gama g'ak kemana-mana kak hari ini, ada apa kak...?", Gama bertanya sembari menyeruput minumannya.
"Kakak harus ke toko, ada yang mau nganter barang. Sekalian ngambil setoran toko. Ayahnya Cakya barusan aja ke belakang, katanya ada pesanan yang harus diselesaikan hari ini. Wulan sama Tio lagi keluar, kalau kamu g'ak ada kegiatan, kakak mau minta tolong kamu disini dulu, kakak takut terjadi apa-apa sama Cakya", ibu Cakya menjelaskan panjang lebar.
"Iya kak. Jangan khawatir", Gama memberi jaminan agar ibu Cakya tidak cemas.
"Terima kasih Gam, kakak berangkat kalau gitu, assalamu'alaikum", ibu Cakya bicara pelan.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati kak", Gama mengingatkan. Gama merebahkan diri diatas sofa, menghidupkan TV, menonton siaran acak sebagai penghilang rasa bosan.
***
Erfly dan teman-temannya sampai disekolah. Setelah mengambil barangnya, Erfly berlari kecil menuju arah gerbang sekolah.
"Erfly...!", Elang memanggil Erfly.
"Yah...", Erfly menoleh ke sumber suara.
"Erfly mau pulang...? Bareng Elang saja", Elang menawarkan tumpangan.
"Erfly mau kerumah Cakya, terima kasih", Erfly menghentikan ojek yang lewat. "Erfly duluan. Assalamu'alaikum", Erfly pamit begitu naik motor ojek yang diberhentikannya.
"Wa'alaikumsalam", Elang menjawab dengan nada kekecewaan.
***
Cakya akhirnya keluar kamar saat jam menunjukkan pukul 10. Cakya menuju galon, dan meminum segelas air.
"Kata kakak kamu g'ak keluar kamar dari semalam...? Bukannya kamu bilangnya mau ndaki, kok balik semalam...?", Gama bertanya asal.
Cakya tidak merespon malah duduk disamping Gama. Ikut menonton TV.
"Assalamu'alaikum", Erfly muncul dari daun pintu rumah Cakya, dengan tas ransel yang masih di pundaknya, badan Erfly hampir tenggelam dengan besarnya ukuran ransel yang dibawanya.
"Wa'alaikumsalam, dek...?", Gama spontan mengambil ransel yang masih dipinggung Erfly. Meletakkan disamping sofa ruang tamu.
Cakya tidak bergeming dari posisi duduknya.
"Gama keluar dulu, mau beli rokok", Gama sengaja meninggalkan Cakya dan Erfly, agar mereka lebih leluasa menyelesaikan masalah diantara mereka berdua.
Erfly perlahan duduk disamping Cakya. Masih terlihat jelas raut muka Cakya yang tidak bersahabat.
"Kata kang Untung dan mas Satia, Cakya ke gunung semalam, terus pulang lagi. Kenapa g'ak nemuin Erfly...? Kan Erfly sama teman-teman kemping di pintu rimba...?", Erfly membuka topik pembicaraan.
Cakya tidak merespon ucapan Erfly. Erfly menggoyangkan lengan kanan Cakya pelan, "Hei... Erfly nanya sama Cakya...", Erfly masih bicara dengan nada pelan, berusaha meredakan amarah Cakya.
Cakya langsung menepis kasar tangan Erfly, kemudian berdiri bermaksud ingin pergi meninggalkan Erfly.
"Cakya...!!!", Erfly menarik lengan Cakya, hingga Cakya menoleh, saat ini Cakya hanya berjarak beberapa centi meter dihadapan Erfly.
"Cakya kenapa...? Erfly tanya lho...? Kok diam aja...? Kenapa semalam Cakya g'ak nemuin Erfly, malah langsung balik gitu aja...?", Erfly mulai tidak sabar menghadapi sikap Cakya yang dingin.
"Buat apa...? Kamu lagi asik-asikan sama ketua Osis...!!!", Cakya berteriak meluapkan emosinya.
***
Gama menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan Cakya. Gama memilih duduk diteras dekat pintu, lebih memilih mengawasi Erfly dan Cakya yang sedang bertengkar hebat.
"Ada apa sih...? Kenapa Cakya bisa seemosi itu...?", Gama bergumam pelan.
Gama memutuskan menghisap rokoknya, sembari mengawasi pertengkaran dua sejoli yang ada di balik pintu.
***
Erfly tertawa kecil melihat Cakya cemburu.
"Kok malah ketawa sih...? Kamu pikir ada yang lucu...?", Cakya sewot. Mukanya merah padam menahan amarah.
"Kenapa...? Cakya g'ak suka Erfly ngobrol berdua sama Elang kayak semalam...?", Erfly masih berusaha bercanda, Erfly sengaja menanggapi kemarahan Cakya seperti ini, berharap amarah Cakya bisa segera mereda.
Cakya mendorong tubuh Erfly hingga terpojok ke dinding, selangkah lagi Erfly mundur tubuhnya bersandar kedinding.
Cakya mengayunkan tinju kanannya, dan mendaratkan tinjunya kedinding, tepat hanya beberapa centi meter dari telinga kiri Erfly. Erfly kaget, spontan langsung menatap kepalan tangan kanan Cakya yang mendarat dengan kekuatan penuh di dinding.
Belum juga selesai rasa kaget Erfly karena gerakan frontal Cakya barusan, Cakya memberikan kejutan yang kedua.
"Iya, aku g'ak suka lihat kamu sama dia. Dan itu sakit...!!!", Cakya berteriak dengan nada paling tinggi.
Erfly langsung mundur satu langkah, muka Erfly pucat pasi menerima amarah Cakya.
Gama mematikan rokoknya yang baru dihisapnya beberapa kali. Gama berniat melerai pertengkaran dua sejoli ini.
"G'ak usah marah-marah kayak gini bisa g'ak sih...?", Erfly bicara dengan nada yang paling rendah.
Cakya berniat ingin meninggalkan Erfly, meredakan amarahnya. Baru juga selangkah Cakya meninggalkan rumah. Erfly tiba-tiba pingsan, beruntung Gama cekatan menangkap tubuh Erfly, hingga tidak membentur sofa.
"Erfly...!!!", Gama berteriak panik.
Cakya berbalik karena kaget mendengar teriakan Gama.
"Bawa ke dalam...!!!", Gama memberi perintah kepada Cakya.
Cakya tidak merespon, hanya berdiri diam mematung menatap Gama dan Erfly.
"Cakya...!!! Kamu dengar g'ak sih...? Bawa ke dalam...!!!", Gama berteriak membuyarkan lamunan Cakya.
Cakya langsung mengangkat Erfly masuk kedalam kamarnya. Membaringkan Erfly keatas tempat tidurnya.