webnovel

Erfly, kita harus ke Bali

Alfa sengaja tidak kerumah sakit umum, karena memang tidak ada jadwal hari ini. Alfa masih menikmati teh hijaunya dengan santai didepan TV ruang tamunya, ditemani dengan spaghetti yang baru saja dibuatnya.

Tepat setelah Alfa menghabiskan sarapannya tanpa sisa, Alfa mendapatkan telfon masuk ke HPnya.

"Maaf dokter, saya Nazwa dari rumah sakit DKT", terdengar suara suster yang telah menjadi asisten pribadinya selama melakukan operasi di rumah sakit DKT.

"Iya, ada apa suster...?", Alfa bertanya pelan, badannya sudah siap untuk berlari. Karena tidak mungkin Nazwa berani menghibunginya kalau bukan masalah serius.

"Dokter bisa ke rumah sakit DKT...? Ada pasien yang dokter Firman minta dokter Alfa untuk memerikaanya", Nazwa bicara dengan nada paling rendah.

Alfa melirik jam tangannya, "15 menit lagi saya sampai", Alfa berucap dengan sungguh-sungguh sebelum menutup hubungan telfon.

Alfa bergegas menarik salah satu baju kemejanya dari lemari, kemudian bergegas berlalu menuju rumah sakit DKT secepat kilat.

Alfa turun dari mobil, langsung disambut oleh Nazwa. Kemudian mereka bergegas menuju ICU. Alfa tidak perlu bicara apa-apa lagi, Nazwa langsung mengerti apa yang harus dia lakukan. Secepat kilat, Alfa sudah mengerti apa maksud dokter Firman memanggilnya kali ini.

"Suster... Bisa saya bertemu dengan keluarga pasien...?", Alfa bertanya kepada Nazwa setelah mendiagnosa keadaan pasien dari segala hasil tes dan cek langsung ketubuh pasien.

"Mari dokter, ikut saya", Nazwa mengarahkan Alfa menuju ruang rawat inap.

Setelah mendapatkan izin untuk masuk, Nazwa segera masuk bersama Alfa.

"Iya suster ada apa...?", lelaki setengah baya berdiri menyambut kedatangan Nazwa dan Alfa.

"Saya mengantarkan dokter Alfa yang diceritakan pak Jendral", Nazwa memperkenalkan Alfa.

Alfa segera menjabat tangan lelaki setengah baya itu. Lelaki setengah baya tersebut langsung mempersilakan Alfa untuk duduk. Sedangkan Nazwa tetap memilih berdiri disamping Alfa, menunggu Alfa selesai bicara dengan keluarga pasien.

"Ada apa dok...? Kenapa dokter mau menemui saya...?", lelaki setengah baya tersebut bertanya bingung kepada Alfa.

"Ini soal pasien yang ada di ruang ICU", Alfa langsung ke inti pembicaraan, seperti biasa Alfa bukanlah orang yang suka bertele-tele, karena baginya, semenit sangat berarti bagi kesembuhan pasien.

"Dia putra sulung saya. Kemarin dia diserang perampok yang masuk kerumah mereka, dan... Yang terbaring ini adalah istrinya yang sedang menunggu kelahiran anak pertama mereka", lelaki setengah baya itu bercerita dengan mata sayu mengisyaratkan begitu berat beban yang harus dia pikul.

"Saya harus jelaskan ini, keadaan pasien tidak menguntungkan. Terus terang saya tidak bisa menjanjikan apa-apa setelah operasi nantinya. Bisa saja, pasien akan meninggal dimeja operasi karena pendarahan hebat", Alfa berusaha menggunakan kata sesederhana mungkin agar lelaki setengah baya tersebut mengerti akan arah pembicaraannya.

Lelaki setengah baya tersebut malah tertawa terbahak-bahak, "Pak Jendral tidak salah menilai anda dokter", lelaki tua di hadapan Alfa bicara setelah tawanya reda. "Lakukan dokter. Silakan lakukan operasinya, tidak ada sedikitpun keraguan dihati saya. Saya percaya anda pasti akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan putra saya", lelaki setengah baya tersebut langsung menyetujui operasi putra sulungnya.

***

"Erfly, kamu belum pulang...?", bu Moly entah datang dari mana, tahu-tahu sudah ada dihadapan Erfly dengan mobilnya, saat berbicara bu Moly membuka setengah kaca jendela mobilnya.

"Em... Ibuk, Erfly bisa nebeng ke simpang depan g'ak...? Soalnya Erfly g'ak bawa motor", Erfly langsung bertanya entah dari mana dia punya ide seperti itu.

"Memangnya kamu mau kemana...?", bu Moly bertanya lagi.

"Ngomongin pesanan ibuk ke ketringan", Erfly melambaikan kertas yang di beri bu Moly.

"Ya udah masuk, ibuk antar saja sekalian. Kerumahnya Mayang bukan...?", bu Moly bertanya lagi.

Erfly hanya tersenyum kecut, secepat kilat Erfly sudah duduk dibangku penumpang di samping bu Moly. "Terima kasih buk, Erfly turun di simpang depan saja. Erfly naik ojek saja. Ntar malah ngerepotin", Erfly merasa tidak nyaman merepotkan wali kelasnya.

"Sekalian, ibuk lihat sendiri proses pembuatan ketringannya", bu Moly bicara di sela senyumnya.

Erfly sengaja menoleh ke arah bu Moly agar Cakya tidak sadar kalau dia sudah pulang. Erfly sekuat tenaga menahan tangisnya, agar tidak ketahuan oleh bu Moly.

Bu Moly ikut masuk kedalam rumah Mayang, mengecek sendiri proses pembuatan ketringan. Setelah merasa puas, bu Moly langsung pamit pulang. Erfly mengucapkan rasa terima kasihnya karena sudah diberi tumpangan.

***

Cakya masih mondar-mandir didepan gerbang menunggu Erfly. "Lama banget...? Ngomongin apa aja Erfly dan bu Moly...?", Cakya bergumam pelan, kemudian duduk diatas motornya.

Penjual bakso langganan Cakya mendorong gerobaknya keluar gerbang sekolah. "Lho...? Belum pulang Cakya...?", penjual bakso bertanya heran saat melihat Cakya masih setia bersama motornya didepan gerbang sekolah.

"Belum mas, nungguin Erfly", Cakya menjawab dengan suara paling rendah seperti biasanya.

"Lha... Erflykan sudah pulang tadi, bareng bu Moly", tukang bakso bicara dengan keyakinan penuh.

Cakya mengerutkan keningnya merasa bingung. 'Apa iya, Erfly pulang sama bu Moly...? Kok dia g'ak ngasih tahu...? Terus... Kenapa bisa Cakya g'ak lihat Erfly tadi pulang sama bu Moly...?', beragam pertanyaan langsung menyerbu benak Cakya tanpa permisi.

"Cakya...!", penjual bakso memukul lengan Cakya.

"Hah", Cakya kaget menerima pukulan penjual bakso tiba-tiba.

"Saya pulang duluan", penjual bakso pamit pulang. Cakya hanya mengangguk pelan merespon ucapan penjual bakso.

***

Erfly menyerahkan kertas pemberian bu Moly ketangan ibu Mayang.

"Alhamdulillah...", ibu Mayang mengucap syukur.

"Berarti ketringan kita full sampai akhir bulan", Mayang bicara dengan antusias.

Erfly tidak merespon. Hanya tubuhnya yang berada dirumah Mayang, pikirannya sudah menerawang kedunia antah berantah.

Mayang menatap kearah ibunya yang juga mengerutkan kening tidak mengerti kenapa sikap Erfly jadi aneh seperti ini.

Mayang memukul lengan Erfly, menariknya dengan paksa dari lamunannya.

"Astagfirullah... Kenapa...?", Erfly bertanya dengan terbata-bata.

"HP kamu dari tadi bunyi terus", Mayang bicara kesal, menunjuk kearah HP Erfly dengan kode kedipan matanya.

"Oh... Ya", Erfly memaksakan senyumnya. Kemudian segera mengangkat telfon yang masuk.

"Dek... Kamu dimana...?", terdengar suara Alfa dari ujung lain telfon.

"Erfly... Dirumah Mayang Ko, kenapa...?", Erfly balik bertanya.

"Koko jemput kamu sekarang, ada yang perlu Koko omongin", Alfa dengan segera memutuskan hubungan telfon, sebelum Erfly sempat merespon apa-apa.

Hanya dalam hitungan menit Alfa sudah berada didepan rumah Mayang. Erfly segera pamit kepada keluarga Mayang. Kemudian masuk kedalam mobil Alfa.

"Ada apa Ko...?", Erfly bertanya bingung saat melihat Alfa memasang muka yang serius.

"Erfly, kita harus ke Bali", Alfa mengucapkan satu kalimat, seketika berhasil membuat Erfly bungkam tidak tahu harus merespon apa. Tidak biasa-biasanya orang yang memiliki ketenangan seperti hantu yang ada dihadapannya saat ini menampilkan wajah panik. Yang jauh lebih aneh lagi, tidak biasa-biasanya Alfa menyebutkan namanya seperti ini.

Setelah sekian menit hening. Alfa meletakkan kedua jemari tangannya ke pipi Erfly.

"Dek... Ayah kamu kena serangan jantung, sekarang dirawat dirumah sakit Bali", Alfa menjelaskan kata perkata selembut mungkin, tidak ingin Erfly syok mendengar kabar buruk perihal orang tuanya.

Air mata Erfly mengalir tanpa permisi.

Bagaimanapun Erfly membenci mereka sampai ke tulang belulangnya, tetap saja darah lebih kental dari air. Erfly terpukul mendengar kabar tersebut.

"Kapan kita berangkat...?", Erfly bertanya dengan nada paling rendah, nyaris tidak terdengar oleh gendang telinga Alfa.

"3 jam lagi. Koko udah pesan tiket. Kita akan 2 kali transit, bandara Sultan Thaha Syaifudin Jambi dan Soetta Jakarta. Baru kita langsung ke Bandara Ngurah Rai Bali, nanti setibanya di bandara Bali, Baba yang akan jemput", Alfa menjelaskan panjang lebar. Sudah tabiatnya seperti dokter, selalu menjelaskan secara detail setiap persoalan.

Erfly tidak menanggapi ucapan Alfa.

"Ya udah, Koko antar kamu pulang. Kita langsung ke Bandara Hiang", Alfa membuyarkan lamunan Erfly.