"Da-datang bulan?" tanya kak Riki.
Dari raut wajahnya itu aku tahu betul bahwa dia terkejut. Bukankah sudah jelas? Ya, maksudku wajar jika-
Aish, masa bodoh lah. Rasa sakit di perutku benar-benar membuatku malas menjawab pertanyaan.
"Maaf ya, Den. Memang saya kadang suka heboh kalau non Rista datang bulan. Soalnya dulu pernah pingsan," jelas bibik.
Aku menggembungkan pipi. Melirik kak Riki rupanya laki-laki itu sedang menatapku sambil terkekeh geli.
Ini masih begitu pagi, dan aku sudah membuat keributan. Dia pasti merasa sedikit kesal, kukira demikian namun kekehan geli itu jelas menandakan bahwa kak Riki tak masalah.
"Ada lagi yang dibutuhkan selain handuk hangat sama kunir asam ini?" tanyanya.
Ragu-ragu aku mengatakannya. "Pembalut, kakak bisa beliin nggak?"
Wajahnya memerah, bibik juga terburu-buru menjawab bahwa dia saja yang membelikannya. Namun karena terlalu malam maka kak Riki yang pergi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com