webnovel

BULAN DAN BINTANG.

Bulan Wibowo gadis berumur 24tahun harus menikah dengan Bintang Alfahrie selaku bosnya di kantor. Hal itu karena perjanjin persahabatan atara Wibowo ayah Bulan dan Anas Alfahrie ayah dari Bintang. Perjodohan sempat mengalami penolakan dari kedua belah pihak yaitu, Bulan dan Bintang. Hal itu karena masing-masing memiliki kekasih. Namun mereka berhubungan dengan jaral jauh. Sekuat apapun mereka menolak pada akhirnya mereka menikah juga. Namun belum belum genap satu tahun pernikahan mereka selesai, Bulan memilih pergi meninggalkan Bintang, karena kekasih Bintang datang dan mereka merencanakan pernikahan. Tanpa sadari waktu yang singkat membuat benih-benih cinta muncul dalam hati mereka. Kenyamanan yang di berikan Bintang saat Bulan terpuruk membuat benih-benih cinta itu tumbuh.

endah_febrianti · Teen
Not enough ratings
368 Chs

Kabar buruk!

HALLO READERS!!

Sebelum lanjut baca, please ramaiin kolom review ya, kalian tahu nggak review kalian itu bisa buat Author seneng loh, jadi bisa semangat nulisnnya. berarti kita nulis nggak sia-sia kalau kita tahu ada pembaca yang nungguin kita updae. so luangkan waktu buat kasih review. terima kasih.

****

Bulan berjalan keluar dari kamar Bintang, saat tanganya memegang gagang pintu tubuhnya di tarik Bintang.

"Lan, jangan jauh dari aku. aku merasa sepi tanpamu," bisik Bintang.

"Bin, ini terlalu jauh, aku takut kita akan terjebak dalam hubungan ini," ucap Bulan dalam pelukan Bintang.

Bintang memang bimbang, tapi hasratnya tida bsa di bendung lagi, Bulan pasrah saat tangan Bintang mulai masuk kedalam bajunya, begitu pula bibirnya mulai menyentuh pundaknya.

***

Di kamar Raka mendapat kabar bahwa Sandra sedang mengurus kepulangannya ke indonesia. hal itu di ketahui dari teman Raka yang tinggal di swiss dan kenal dengn Sandra.

"Ya sudah gue kasih tahu Bintang dulu," ucap Raka melalui panggilan dengan temannya.

"Jangan, Sandra bilang dia ingin member kejutan pada Bintang," sahut teman Raka.

Mendengar jawaban temannya, Raka bagaikan buah simalakama, jika dia kasih tahu Bintang akan membuat kecewa Sandra. jika tidak di kasih tahu bagaimana dengan Bulan.

"Ka,"

"Hallo." suara dari ponsel Raka beberapa kali yang tidak mendapat jawaban dari Raka karena ia bingung dengan sikap ia selanjutnya.

"RAKA..."

"Eh i--iya," jawab Raka dengan terbata-bata.

"Lo kenapa?" tanya teman Raka.

"Nggak apa-apa, gue prepare dulu mau balik k jakarta," ucapnya sebelum menutup teleponnya

Setelah mematikan panggilannya, Raka membereskan barangnya, dan mencoba menghubungi Bintang namun tidak ada jawaban dari Bintang, ia mencoba beberapa kali tetap tidak ada jawaban. ia memutuskan melanjutkan untuk merapikan barangnya dan menemui Bintang setelah ia selesai.

****

Bulan merapikan pakaiannya dan rambutnya sebelum peergi dari kamar Bintang, begitu juga Bintang ia memakai pakaiannya.

"Lan," panggil Bintang.

"Ya!" Bulan menoleh kearah Bintang.

"Kamu menyesal?" tanya Bintang dengan memeluk pinggang Bulan.

"Entahlah, di lain sisi aku takut, tapi disisi lain aku nyaman dan suka," jawab Bulan sembari memainkan rambut Bintang

"Takut?"

"iya, aku takut jika aku terjebak dalam hubungan ini terlalu dalam, sedangkan aku tahu hatimu bukan untukku sepenuhnya."

"Aku akan pertahankan hubungan ini."

"Bagaimana dengan dia?"

"Sandra?"

"iya." Bulan mengangguk

"Aku akan mencoba mencintaimu, dan akan membuatnya mengert suatu hari nanti."

Bulan tidak menjawab, ia tida ingin terlalu berharap dengan ucapan BIntang, karena ia tahu Bintang sangat mencintai Sandra. ia hanya mengangap apa yang dia lakukan dengan Bintang hari ini sebagai kewajiban dia melayani suami.

Tok... tok. tok...

Suara pintu itu membuat Bintang melepaskan pelukannya, dan Bulan merapikan pakaiannya. bintang menoleh ke arah Bulan untuk memastikan Bulan sudah selesai merapikan pakaiannya.

"Kenapa?" tanya Bintang saat membuka pintunya.

"Ada yang mau gue bicaraain." Raka segera masuk ke kamar tanpa di persilahkan oleh BIntang, dan ia kaget melihat Bulan yang duduk di atas tempat tidur "Loh nonya," ucap Raka dan menghentikan langkahnya.

"Ya Mas, saya hanya membantu pak BIntang merapikan pakaiannya," ucap Bulan di iringi senyum yang manis.

"Oh, kalau begitu saya akan kembali lagi nanti." Raka hedak pergi namun di tahan oleh Bulan.

"Tidak mas, saya sudah selsai kok, jadi mas di sini saja, saya yang pamit." Bulan melangkah pergi dan saling menatap Bintang saat melewati pintu kamar Bintang.

"Tidak lihat, tidak lihat." Raka menutup matanya aat melihat Bulan pergi dari kama Bintang dan Bintang sudah menutup pintunya.

"Apa sih, Lo?" tanya Bintang dengan wajah merah merona.

"Habis ngapain Lo?"

"Lo nggak denger dia tadi bilang apa?"

"Nggak yakin," goda Raka.

"Lo, mau bicara apa?" tanya Bintang untuk mengaihkan pembicaraan Raka.

"Ngaku dulu, habis ngapain lo?" dessak Raka

"Apa sih, Ka?"

"Nggak malu apa sama matahari, segitu ngga tahannya untuk sampai di rumah." Raka msih meledek Bintang.

"Raka !!!"

"Oke-oke." Raka mengangkat tanganya tanda ia menyerah dengan tatapan Bintang.

"Gue mau ngomong soal Sandra."

"Kenapa dia?"

"Lo tahu Dona?"

"Ya," Bintang mengangguk.

"Dia tadi telepo gue," ucap Raka.

"Ngapain malam-malam telepon Lo? di swiss lagi malam loh ini."

"Dia ngasih informasi ke gue."

"Jangan-jangan Lo ada sesuatu sama Dona?" ledek Bintang.

"Ini menyangkut Lo,"

Mendengar ucapan Raka, raut wajah Bintang menjadi serius.

"Sandra ada rencana pulang, Bin."

"Kapan?"

"Gue ngga tahu pastinya, tapi Dona bilang dia suah mulai mengurus kepulangannya ke kampus dan tempat kerjanya."

"Cari tahu secepatnya."

"Okee, tapi Lo harus pua-pura tidak tahu tentang ini, karena Dona berpesan kalau sandra ingin memberimu kejutan."

"Ini bukan kejutan lagi, ka. tapi shock terapi."

Raka menyudahi pembicaraannya, ia tahu dia harus mencari informasi lebih lanjut. sedangkan Bintang mulai khawatir dengan Bulan, entah fikirannya menuju ke Bulan saat mendengar Sandra hendak pulang.

****

Sedangkan Bulan yang berada di kamar menyiapakan kopernya sebelum chek out, namun hatinya merasa bahagia untuk sesaat. senyuman tidak lepas dari bibirnya, bahkan ia senyum-senyum sendiri saat mengingat Bintang.

'BRUKK'

karena terlalu lengah Bulan terjatuh karena tersandung kopernya.

"Aduh," pekik Bulan kesakitan dengan memegangi dengkulnya.

"Ngapain sih disini ini." umpatnya pada koper yang membuatnya tersandung.

"nggak bisa banget lihat orang bahagia sebentar, Sialan." Bulan menendang koper itu.

"Aduh...," pekik Bulan, karena menendang koper tanpa sandal ataupun sepatu.

Bulan menuju balkon dan menikmati angin yang melintasi wajahnya dengan lembut. i menoleh ke aarah kamar Bintang dan ia melihat Bintang sedang duduk dengan raut wajah yang serius, bahkan ia tidak menyadari Bulan sedang memandanginya dengan dalam.

Bulan menyudahi menatap Bintang, ia memilih masuk kedalam kamar dan mengganti bajunya, karena Raka sudah mengirim pesan untuk segera ke lobby 30 menit lagi, Raka memakai kaos kuning dengan celana sobek-sobek yang tidak tembus dan tas kecil yang melengkapi fashionnya, dengan rambut yang digerai Bulan terlihat sangat mempesona. wajar jika seorang Johan enggan melepaskan gadis secantik Bulan, namun karena kebodohannya ia kehilangan emas asli demi emas campuran yang hanya terlihat mengkilat sesaat dan hitam jika sudah lama di pakai.

30 menit kemudian Bulan sudah ada di Lobby, ia menunggu Bintang dan Raka yang belum menunjukkan batang hidungnya,

"Katanya 30 menit kemudian tapi belum datang juga," gumam Bulan saat menunggu Bintang lebih dari 15 menit. Ia sangat risih menerima tatapan dari beberapa lelaki yang melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, Bahkan ada orang berjas dengan umur yang lebih tua dari Bulan menatap dengan tatapan aneh, seakan-akan merendahkan Bulan.

Setelah menunggu cukup Lama, Raka dan Bintang keluar dari lift dan menghampiri Bulan yang menunggu sedari tadi.