webnovel

BULAN DAN BINTANG.

Bulan Wibowo gadis berumur 24tahun harus menikah dengan Bintang Alfahrie selaku bosnya di kantor. Hal itu karena perjanjin persahabatan atara Wibowo ayah Bulan dan Anas Alfahrie ayah dari Bintang. Perjodohan sempat mengalami penolakan dari kedua belah pihak yaitu, Bulan dan Bintang. Hal itu karena masing-masing memiliki kekasih. Namun mereka berhubungan dengan jaral jauh. Sekuat apapun mereka menolak pada akhirnya mereka menikah juga. Namun belum belum genap satu tahun pernikahan mereka selesai, Bulan memilih pergi meninggalkan Bintang, karena kekasih Bintang datang dan mereka merencanakan pernikahan. Tanpa sadari waktu yang singkat membuat benih-benih cinta muncul dalam hati mereka. Kenyamanan yang di berikan Bintang saat Bulan terpuruk membuat benih-benih cinta itu tumbuh.

endah_febrianti · Teen
Not enough ratings
368 Chs

Hasrat tak terduga.

'trrrt... trrrt....'

Ponsel Bintang berdering di pagi hari, Bintang masih tertidur dengan pulas. ia meraba-raba mencari ponselnya.

"Hallo."

"Sayang, kamu sudah bangun?" tanya seseorang penelepon itu.

"Belum, kamu kenapa telepon pagi-pagi?" tanya Bintang dengan suara seraknya.

"Iya, aku tidak bisa tidur," jawab Sandra dengan manja.

"Apa kamu sakit?" tanya Bintang

"Tidak, aku hanya ingin dengar suaramu." Sandra menggoda Bintang.

"Kamu harus tidur, sayang." Bintang bangun dari tidurnya dan menuju balkon.

"Iya, kamu jangan lupa makan ya. Love you," kata Sandra sebelum menutup teleponnya

"Ya, Love you too," balas Bintang.

Panggilan mereka sudah selesai, Bintang menoleh ke arah balkon Bulan ia melihat Bulan duduk dengan menikmati segelas teh sembari memainkan ponselnya, sesekali bibirnya tersungging membentuk senyuman indah, di tambah angin di pagi hari menyibak rambut Bulan membuat Bulan tampak sempurna, wajah yang hanya di poles dengan lipstick membuatnya telihat lebih segar.

Bintang terpana melihat Bulan, ia duduk di balkon kamarnya namun tatapannya mengaraj ke arah Bulan, bahkan matanya tidak mau berpaling sedetikpun. sesaat ia melupakan Sandra dan memuji dirinya yanh beruntung memiliki istri tidak rewel ataupun neko-neko.

'Trrtt .... trrrt ..."

"Sial." umpat Bintang yang kaget karena ponsel yang ia genggam bergetar dan membuyarkan pemandangan indahnya. entah ia merasa kesal saat melihat Bulan terganggu.

"Kenapa sih Raka ini." gumam Bintang sebelum menjawab panggilan Raka.

"Hallo." Bintang menjawab dengan nada kesal.

"Kenapa lo kesal?" tanya Raka yang merasa suara Bintang lebih berat.

"Gara-gara lo imajinasi gue buyar," Sahut Bintang dengan sesekli melirik Bulan.

"Hayo, Lo pasti lagi berkmajinasi aneh-aneh." Ledek Raka.

"Dahlah, Lo telepon gue ada apa?" tanya Bintang.

"Tiket kita jam 1 siang," jawab Raka.

"Oke, Lo cepet kesini beresin barang-barang gue," kata Bintang.

"Lo punya tangan, kenpa nggak Lo sendiri sih? padahal juga sudah punya istri." Keluh Raka.

Mendengar jawaban Raka, Bintang seakan mendapat sebuah lotre ia sangat senang tanpa alasan.

"Tut.. tut.. tut.." panggilannya di akhiri oleh Bintang tanpa ada kata apapun.

Bintang masuk kedalam kamar dan segera mandi, tidak lupa ia mengirim pesan pada Raka, ia melarang Raka datang ke kamarnya dan tidak perlu membereskan barangnya.

Raka yang membaca pesan Bintang merasa aneh dan mengernyitkan dahinya. namun ia tidak memikirkan terlalu lama, ia membalas pesan Bintang dengan sopan.

Tiga puluuh menit kemudian, ia sudah selesai mandi, ia memgambil ponselnya dan berjalan ke arah Balkon, namun saat melihat kearah balkon kamat Bulan ia sudah tidak ada di sana, Segera Bintang meneleponnya dan tak butuh waktu lama untuk tersambung dengannya.

"Lo, bisa ke kamar gue?" tanya Bintang saat Bulan sudah menjawab panggilannya.

"Baik," jawaab Bulan dengan sopan, ia segera berjalan menuju kamar Bintang saat panggilannya terputus.

Tok... tok... tok..

Bulan sudah sampai di depan pintu kamar Bintang, dan Bintang tidak menunggu lama untuk membuka pintu itu.

"Kenapa, Pak?" tanya Bulan saat sosok pria tinggi dengan kulit putih membuka pintu.

"Masuklah," jawab Bintang "Aku ingin minta tolong untuk bereskan barang-barang saya." Bintang menujukkan beberapa barang yang sengaja ia keluarkan agar Bulan mau membereskannya.

"Tapi, bukankah ada peraturan saya tidak boleh memegang barang pribadi anda?" tanya Bulan dengan formal.

"Emmm ini sudah dapat ijin, lagi pula sudah dari kemarin kan lo pegang-pegang barang pribadi gue, bahkan aset pribadi gue lo juga berani pegang," jawab Bintang.

Bulan mengeryitkan dahinya saat mendengar jawaban Bintang, "Aset pribadi apaan coba?" batin Bulan sembari menatap aneh Bintang.

"Lo jangan mikir aneh-aneh," ucap Bintang saat menerima tatapan aneh dari Bulan.

"Lah, anda bilang aset pribadi apa pak? mobil?" tanya Bulan.

"Bukan, Lo kan sudah berani rangkul gue, peluk gue, mukul-mukul bahu gue itu kan aset pribadi," jawab Bintang dengan menatap nakal pada Bulan. dengan reflek Bulan memukul bahu Bintang.

"Nahkan, nahkan." Bintang nenunjuk-nunjuk bahu yang di pukul Bulan.

"Itu contoh," elak Bulan.

Seketika canggung mereka hilang, Bintang merasa nyaman saat berada di dekat Bulan, begitu pula Bulan, ia dengan mudah melupan sakit hati karena Johan,

Bulan mulai merapikan barang-barang Bintang, satu per satu ia lipat dan masukkan kedalam koper, saat merapikan dasi yang ada di atas meja, Bulan melihat dompet Bintang terbuka dan ada sebuah foto gadis bersama Bintang, Bulan melihat foto itu dalam-dalam, ia merasakan ada sebuah cinta yang besar antara Bintang dan gadis itu.

"Mungkin ini yang namanya Sandra." batin Bulan, namun Bulan merasa ada yang aneh dengan hatinya, ia merasa sedikit kesal tanpa alasan saat melihat foto Bintang.

Bulan mengabaikan perasaannya dengan melanjutkan pekerjaannya. sesekali Bulan melihat Bintang yang duduk di balkon menunggu pekerjaannya selesai. ia sangat senang dengan hadirnya Bintang ia bisa membuat Bulan tenang dan melupakan semua kejadian menyakitkan yang ia alami.

"Kenapa lu lihat-lihat gue?" tanya Bintang saat mempergoki Bulan menatap Bintang dengan senyum-senyum sendiri.

"E---enggak, siapa juga yang lihat kamu," jawab Bulan dengan terbata-bata,

"ngaku aja, lo mulai baper ya?" goda Bintang.

Bintang mendekati Bulan yang tidak menanggapi godaannya, Bintang menjatuhkan diri di atas tempat tidur dan menatap dalam Bulan yang sedang memasukan barang-barang Bintang ke dalam koper.

"Lan, lo nggak mau beli oleh-oleh?" tanya Bintang untuk mencairkan suasana.

"Nggak," jawab Bulan dengan singkat.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa, nggaak ada yang ingin di beli."

"hmm." Bintang terlihat kecewa dengan jawaban Bulan.

"Sudah selesai." Bulan menutup resleting koper dan memindahkannya dari tempat tidur Bintang.

"cepat banget?" tanya Bintang yang tidak rela kebersamaannya dengan Bulan berakhir.

"iya kan sudah semua," jawab Bulan.

"Sini dululah, temanin aku dulu." rengek Bintang.

Bulan tidak menolak karena ia juga sebenarnya ingin bersama Bintang untuk sesaat, karena bersamanya membuatnya lebih tenang. diam-diam Bulan mulai mengagumi pribadi Bintang.

Bulan duduk di sofa dan melihat film kesayangannya, sudah dua hari ia melewatkan film korea yang sedang di gandrungi para wanita. melihat Bulan senyum-senyum sendiri dengan filmnya, Bintang mendekatkan dirinya pada Bulan.

"Kenapa?" tanya Bulan

"Mau ikut nonton."

Karena melihatnya melalui ponsel, jadi Bulan dan Bintang terpaksa duduk lebih dekat, aroma shampo Bulan mengganggu Bintang, ia mengciumi rambut Bulan yang sedang di gerai.

Tiba-tiba hasrat tak terduga mengusai Bintang, ia memeluk Bulan dan mencium bibir Bulan, seketika Bulan kaget dan hampir lupa untuk bernafas.

"Lo kenapa sih?" tanya Bulan sembari mendorong tubuh Bintang.

"Maaf... maaf..."

Bintang menjauhkan dirinya dari bulan.

"Lo boleh pergi sekarang."

Bulan enggan berdiri, ia mengingat statusnya dengan Bintang, ia merasa serba salah dalam situasi ini.

"Mungkin ini saatnya, toh aku memang istrinya. jika dia menginginkannya dia berhak mendapatkannya." batin Bulan.

"Lo kenapa masih disini? kembali ke kamarmu dan bersiaplah, kita berangkat jam 12 ke bandara," ucap Bintang yang melihat Bulan masih duduk di sampingnya.

Bersambung....