556 Pembongkaran (1)

Ding!

"Hm?"

Helina yang sedang duduk dengan Victoria dan Charlotte tiba-tiba menemukan bahwa ponselnya berdering.

Bukan hanya itu saja, hologram May muncul secara langsung dan dengan senyuman lebar dia berkata: "Mama, Kakak memanggil semuanya ke sisinya sekarang~"

"Samael memanggil kami lagi? Biar kutahu dulu, siapa saja yang dia panggil?"

May menoleh ke arah dua Milf lainnya disana dan mengangkat bahunya malas: "Kakak memanggil semuanya, seharusnya itu termasuk kalian berdua bukan?"

"May sudah menghubungi Ririca, Tilina, Kakek, Nenek, dan yang lain. Kurasa mereka sudah dalam perjalanan sekarang..."

Helina menghela nafas mendengar ini, dan dia mengelus pelipisnya seolah dia kesakitan saat ini.

"Terakhir kali anak itu memanggil semuanya untuk masalah kehamilan Lilith dan Yegudiel, sekarang apa lagi masalahnya."

"Tunggu! Apa, tadi yang kau katakan? Kehamilan? Apakah Yang Mulia....memiliki pewaris?"

Mendengar pertanyaan Victoria dan tatapan cemasnya, Helina diam-diam meliriknya tapi tidak mengatakan apapun pada akhirnya.

Malahan dia berkata, "Bahkan jika benar, keduanya tidak akan memiliki warisan apapun pada Inggris."

"Tentu saja itu akan terjadi, toh keduanya memiliki warisan yang lebih besar bukan? Selain itu, bukankah Mama lebih penting dalam hal pewarisan ini?"

May memaksudkan bahwa putra dan putri dari Lilith dan Yegudiel pada akhirnya akan mewarisi Surga dan Neraka Samael, jadi apa arti Negara Inggris ini bagi mereka?

Selain itu, jika menyebutkan nama Ahli Waris, maka jangan lupakan Helina...

Bahkan jika satu janin di perutnya adalah milik dirinya sendiri, May yang terimut di Dunia...Tapi janin yang lain entah itu laki-laki atau mungkin perempuan masih memiliki peluang atas Tahta Samael di Inggris!

Helina yang mendengar ini hanya tersenyum dan menarik pipi May, tapi sayangnya itu hanya hologram dan tangan Helina menembus sosok kecil May disana.

Pada akhirnya Helina menggelengkan kepalanya dan berdiri, "Kalau begitu tunggu apa lagi, Raja kami sudah memberikan perintah, sampai kapan kalian akan terus menikmati teh pagi ini?"

Victoria dan Charlotte melihat Helina yang tersenyum indah disana dengan mata rumit.

Jangan mengira keduanya adalah vas dari Raja Tua itu. Baik itu Victoria ataupun Charlotte, keduanya bahkan telah lebih banyak makan garam bahkan dibanding Helina di depan...

Dilihat dari emosi dan perubahan wajah Helina, keduanya jelas melihat sesuatu.

Tapi untuk saat ini, mereka hanya bisa berdiri dan mengikuti belakang punggung indah Helina di depan.

Di sisi lain, Samael sedang duduk sambil mengetuk dudukan tangan disana beberapa kali dengan jarinya sambil menutup matanya.

Bahkan jika ada suara terus menerus akan pintu terbuka disana, Samael masih tidak membuka matanya dan terus seperti itu.

Tivania duduk disampingnya, dan tentu saja Sophie juga ada disamping Samael melihat kerumunan wanita disana dengan bingung.

Kakek Henry dan Nenek Haura juga sudah ada disana dibantu beberapa pelayan disana, dan keduanya...

Tidak, bukan hanya dua orang tua ini saja, tapi semuanya, seperti Kim, Riana, Kat, Bing Bing, Lola, dan semua wanita Samael, pandangan mereka tertuju pada enam saudari cantik yang berdiri diam dibelakang Samael.

Bagaimana mengatakannya, dilihat dari pakaian putih panjang mereka yang tipis namun anehnya menghalangi untuk melihat bagian dalam tubuh mereka, ditambah wajah yang tidak kalah dengan sosok Samael...

Semuanya tidak bisa menahan diri untuk mengingat kembali adegan saat Samael dinobatkan!

Suasana sangat hangat sebenarnya, tapi tatapan curiga dan aneh dari sekitar sebenarnya membuat setiap orang disana agak aneh.

Akhirnya, Kakek Henry disana tidak bisa menahan diri untuk bertanya: "Apakah ini masih belum dimulai?"

"Ibu belum datang, dan gadis kecil itu juga belum datang kesini." Samael mengatakan ini.

Kakek Henry ingin menanyakan satu hal lagi, tapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apapun lagi karena Nenek Haura memberinya tatapan halus sambil menggelengkan kepalanya.

Clack...

Kebetulan pintu saat ini terbuka, dan sosok Finri muncul sambil menarik Daisy dan Iris disana!

Sudut mulut Freya berkedut melihat kedatangan gadis ini, terutama melihat dua gadis kecil asing yang tidak dia tahu.

Sebenarnya dia punya firasat buruk mengenai tambahan dua gadis ini, dan jika benar itu terjadi..

"Sudah berkumpul."

Lamunan Freya dipotong oleh Samael yang akhirnya menegakkan tubuhnya disana, dan tatapannya tertuju pada Finri disana.

"Sayang, apakah keduanya temanmu?"

"Ya! Kakak memanggil Finri bukan? Sungguh, Finri baru kembali dari kab...maksudnya dari bermain! Jadi aku ajak saja Daisy dan Iris kesini, boleh kan?"

Daisy dan Iris agak tidak nyaman sekarang, karena keduanya masih tidak percaya bahwa Finri benar-benar seorang Putri Kerajaan asli.

Ditambah sekarang, sepertinya ini adalah pertemuan yang penting karena banyak wajah disana sangat serius?

Iris menarik lengan Daisy dengan tidak nyaman, dan ini diperhatikan oleh Samael sekarang.

Dengan lembut dia tersenyum dan berkata, "Daisy dan Iris, kan? Pertama, terima kasih karena telah berteman dengan adikku, karena kepribadian Finri agak tidak tepat, jadi banyak gadis seumurannya menjauhi dirinya."

"Jadi, aku sebagai Kakak Finri berterima kasih karena mau berteman dengannya."

"Ahhh, apa maksud Kakak dengan itu!"

Finri memeluk dua kaki Samael dengan mulut menggembung, dan Samael hanya mengelus rambutnya tapi tatapannya masih tertuju pada keduanya.

"Baiklah sayang, jangan bicara lagi. Tapi untuk sekarang, Daisy, Iris, bisakah kalian pergi dulu? Freya, tolong."

"Dimengerti, Yang Mulia."

Freya memandu kedua gadis kecil itu dengan tenang, dan Finri ingin mengejarnya, hanya saja tangannya ditahan oleh Samael disana.

Samael menggelengkan kepalanya dan berkata, "Hanya sebentar Finri, setelah semuanya selesai, kau bisa bermain lagi dengan keduanya."

"...Benarkah?"

"Kakakmu berjanji atas nama Michael dan Lucifer!"

Samael tersenyum indah, tapi untuk keenam saudari dibelakang, mereka masih menaham diri untuk tidak tertawa!

Mereka sangat tahu, bahwa Samael sebenarnya bersumpah atas namanya sendiri!

avataravatar
Next chapter