Di sisi lain, di sebuah gedung yang sangat besar, telah terjadi peristiwa yang sangat mengerikan.
Pada awalnya suasana dalam gedung sangat meriah, sedang ada pesta di dalam gedung. Orang-orang mengenakan pakaian terbaiknya. Mengobrol satu dengan yang lainnya.
"jadi kapan kalian akan menikah?" seseorang laki-laki bertanya kepada pasangan sahabat lamanya,
"kami berencana menikah bulan depan, tentu saja aku akan mengundangmu. Jadi kau harus datang"
"hahaha, tentu saja aku akan datang, tak kusangka sahabatku akan mendahuluiku" mereka tertawa, bersenang-senang, bersuka cita.
"semoga kau cepat menyu-" belum selesai berbicara, tiba-tiba dia jatuh tersungkur.
Pasangannya yang melihat, panik, tanpa sadar berteriak sangat kencang, cukup keras sampai terdengar di seluruh ruangan. "Gyaaaa"
Suasana dalam gedung mendadak berubah ketika terdengar seorang wanita berteriak, mereka berkerumun ingin tahu apa yang terjadi.
Awalnya mereka mengira orang yang tergeletak di lantai itu sedang mabuk bera hingga pingsan, namun sayangnya anggapan itu langsung terbantahkan. Satu persatu orang dalam gedung terjatuh ke lantai, tanpa mengetahui penyebabnya.
Orang-orang mulai panik, berdesak-desakan untuk segera keluar dari gedung ini. Orang yang beruntung sempat keluar dari gedung. Mereka yang selamat segera menghubungi polisi atas apa yang terjadi pada dirinya.
Mereka yang tidak beruntung terjebak dalam gedung, tidak bisa keluar, saling mendorong, bahkan ada yang terinjak-injak. Sangat mengerikan.
Satu persatu orang yang ada dalam gedung tersebut jatuh tersungkur ke lantai, polisi segera cepat-cepat datang untuk menginvestigasi kasus ini.
Salah satu anggota polisi bernama gaymer bergegas masuk ke dalam gedung, sedangkan yang lain berjaga di luar, mengamankan gedung agar orang lain tidak masuk. Gaymer memperhatikan sekitar, terlihat tumpukan tubuh manusia yang tidak bergerak di lantai. Tidak ada darah, tidak ada pula tanda-tanda kerusakan pada bangunan.
Gedung ini sangat berbeda dengan gedung yang kita ketahui. Kita mengetahui jika gedung adalah sebuah bangunan yang tinggi, namun itu dahulu, puluhan tahun yang lalu.
Gaymer berjalan melangkahkan kaki dengan siaga, memperhatikan sekitar. Matanya yang bersinar tajam seperti mampu melihat apapun. Di sebuah loby gedung Gaymer melihat sebuah benda yang bersinar terang, berwarna hitam yang di lapisi kabut berwarna putih. Melihat ini, Gaymer sama sekali tidak panik, justru sebaliknya, dia tampak sangat tenang seperti sedang tidak melihat apapun.
Benda yang bersinar itu menyerupai black hole, namun berbeda. Normalnya, black hole menarik materi yang ada di sekitarnya. Benda yang ada dihadapan Gaymer sama sekali tidak menarik apapun, justeru sebaliknya, benda itu seperti sedang memancarkan radiasi yang begitu hebat.
Gaymer mendekati objek yang sedang bersinar tersebut, dengan tenang dan lembut, seperti sedang tidak terjadi apapun. dia mengeluarkan sebuah benda di dalam ransel pinggang yang di pakainya. Itu adalah sebuah buku. Buku itu berwarna ungu, terdapat ukiran-ukiran yang mengesankan di sampulnya.
Dengan senyap, Gaymer mengangkat tanganya, mengarahkannya ke benda yang bersinar semakin terang di depannya. Buku yang dia genggam ikut mengeluarkan cahaya ungu, halaman demi halaman terbuka dengan cepat dan melayang dengan lembut.
Radiasi yang di pancarkan objek tersebut semakin menggila, tetapi anehnya Gaymer seperti tidak sedang merasakan apapun. Dia hanya menganggap itu sebagai angin sepoi-sepoi yang sangat sejuk.
Gaymer mengerahkan seluruh konsentrasinya dengan objek benda di hadapannya, lalu mengucapkan beberapa kalimat yang entah dalam Bahasa apa.
"Wahai takdir, lahap lah, hancurkanlah, dan selamatkanlah orang-orang yang tidak bersalah"
Buku itu mengeluarkan cahaya yang begitu indah, ukirannya berubah-ubah tak menentu.
Tak lama, keluar kabut hitam menyerupai asap dari tangan Gaymer. Kabut itu segera mengalir seperti air terjun, menyelimuti objek benda tesebut. Seakan melahap kegelapan dengan kegelapan yang lebih dalam, kabut itu melahap benda yang ada di sekitarnya tanpa ampun, namun dengan senyap dan berhati-hati.
Perlahan kabut itu mulai memudar, melahap semua benda yang diselimutinya. Hening. Kejadian tadi seperti mimpi buruk, namun itu nyata.
Gaymer menghela nafas lega, berfikir siapa dalang di balik semua ini. "Sungguh, aku akan menemukanmu pengguna buku kematian. Pasti suatu saat nanti."
Polisi segera mengevakuasi orang-orang yang berada di dalam gedung. Banyak korban yang berjatuhan dalam insiden kali ini, namun masih ada yang selamat.
...
..
.
Ini pertama kalinya aku pergi ke luar setelah mengalami berbagai hal yang tidak terduga, dan melihat kota Eldridia secara langsung, bangunan-bangunan tinggi itu terlihat sangat kokoh. Sekawanan burung merpati berterbangan di antara gedung-gedung yang menjulang tunggu itu.
Saat ini berada di penghujung musim gugur, terlihat daun-daun berwarna coklat kemerahan berserakan di tanah.
Matahari terus naik, tepat di atas kepalaku. Menghangatkan tubuhku di tengah udara yang dingin, mungkin sekitar tujuh derajat celcius.
Aku berjalan di trotoar, terlihat orang-orang yang tampak sibuk berjalan secara tergesa-gesa.
Sepanjang aku berjalan selalu di buat terpana oleh keindahan kota ini, pepohonan terlihat sepanjang mata memandang, membuat udara menjadi terasa segar.
Walaupun kota ini memiliki tekhnologi yang sangat canggih, tetapi mereka sangat ramah lingkungan. Pepohonan di tanam sepanjang jalan, membuat kota menjadi hijau. Dampak positifnya, udara yang aku hirup sangat segar.
Lucia saat ini sedang pergi mencari informasi, ini adalah kesempatanku untuk berkeliling kota.
"Ambulans? Tidak, itu polisi. Tapi ada apa hingga polisi mengerahkan mobil yang begitu banyak" Suara sirine polisi yang saling susul menyusul sangat bising melewatiku. Aku yang penasaran, tanpa sadar mengikuti rombongan mobil polisi itu.
Mereka berhenti di suatu gedung, tak lama menyegel gedung tersebut.
Apakah ada sesuatu di dalam gedung itu?
Aku melihat seorang laki-laki yang memasuki gedung, tapi tunggu!? Tas yang di bawanya itu... Tidak mungkin kan?
Sangat jelas aku bisa melihat aura seperti cahaya yang di selimuti asap berwarna ungu. Itu sama seperti bukuku. Aku bahkan langsung mengetahui setelah melihat ukirannya, mereka memiliki ciri khas yang indah.
Tunggu, aku ingat. Lucia pernah mengatakan jika dia melihat buku lain seperti buku kehidupan yang ku miliki. Kalo tidak salah buku takdir, warnanya ungu, sangat mirip dengan apa yang di deskripsikan Lucia.
Aku mempercepat langkahku, lalu mengendap-endap memasuki gedung tanpa para polisi itu sadari. Aku mengikutinya, tapi cahaya apa itu. Perasaanku tidak enak tentang ini.
Sesuatu yang luar biasa tepat berada di depanku, sebuah menda yang melayang mengeluarkan sesuatu seperti radiasi yang besar.
Tapi anehnya, orang itu terus berjalan seakan tidak terjadi apapun. Dia mengeluarkan buku berwarna ungu yang begitu indah.
Aku menyaksikan semuanya, dugaanku benar, dia adalah pengguna buku takdir.
Terlalu fokus melihat itu, aku tidak sengaja menjinak reruntuhan dan hampir terpeleset.
"Apakah ada orang di sana?!" Sharman menyelidik dengan mata emasnya.