21 WANITA YANG LUGU DAN SENSITIF

"Ahhk! Apa yang sedang kau lakukan, Bos?!" tanya Cheery setengah menjerit.

"Kenapa kau menjerit seperti itu? Memangnya apa yang kau lihat, hah?" Trian balik bertanya, "Cepatlah ke sini!" sambungnya memerintah.

"Untuk apa aku mendekatimu? Kau bisa saja menggodaku seperti tadi! Aku tidak mau!" tolak Cheery dengan mata dan wajah yang ditutupi dengan kedua telapak tangannya.

"Astaga, Cheery... Memangnya apa isi pikiranmu sekarang? Aku sedang berganti pakaian karena kemeja dan jasku terkena tumpahan kopi. Lihatlah itu!" jawab Trian sambil menunjuk ke arah bekas tumpahan kopinya di lantai, "Dan sekarang aku sedang mencari pakaian ganti. Kau letakkan di mana pakaian gantiku? Cepatlah mendekat dan cari pakaianku!" sambung Trian lagi.

Mendengar ucapan sang atasan yang disertai dengan omelan, barulah Cheery mengerti dan merasa malu sendiri.

Cheery mulai berjalan mendekati dan melewati bosnya untuk mencarikan pakaian ganti. Tentu saja, dengan wajah yang masih ditutupi. Hanya sedikit celah yang dibuat jarinya agar ia dapat melihat arah langkahnya yang memang sudah benar.

"Sekretaris sebelumnya selalu meletakkan pakaian gantiku di lemari itu, tapi kenapa sekarang di sana kosong? Apa kau memindahkannya?" tanya Trian yang mengekori langkah Cheery untuk mencari pakaiannya.

"Aku memindahkan pakaian Bos ke tempat yang lebih kering. Lemari itu berada di tempat yang sedikit lembab, aku takut pakaian-pakaian Bos akan berjamur bila lama tersimpan di sana!" jawab Cheery jujur.

Cheery berbalik langkah menuju Trian dengan satu set pakaian kantor milik Trian di tangannya. Entah apa yang ada di pikirannya Cheery saat ini. Ia sudah tidak menutupi wajahnya lagi, tapi bisa-bisanya Cheery memicingkan matanya dan hanya membiarkan sedikit celah untuk melihat langkahnya.

'Wanita lugu... Apa kau tidak pernah melihat pria dewasa bertelajang dada seperti ini? Kenapa wajahmu begitu merah dan memalu seperti itu? Membuatku gemas saja!'

Trian tersenyum dan bergumam dalam hatinya saat memperhatikan tingkah konyol sekretaris anehnya itu.

Jika saja ada orang lain yang mengenali Cheery sebagai pria, maka akan terlihat sangat janggal saat pria itu malu dengan wajah merah saat memandang pria lain bertelanjang dada seperti yang dilakukan Trian saat ini.

Pikiran konyol tentang Cheery langsung buyar di benak Trian saat ia menyadari Cheery nyaris jatuh ke lantai akibat terpeleset sisa tumpahan kopinya tadi.

"Ahkk!" pekik Cheery.

Cheery mengira ia sudah jatuh tapi nyatanya ia selamat karena tarikan seseorang.

Tentu saja bos Cheery yang menolongnya. Tapi posisi mereka saat ini begitu dekat dan rapat saat Trian yang menarik tubuh Cheery ke dalam pelukannya, kini memandanginya dengan intens.

Tangan Trian tanpa perintah mengulur untuk meraih rambut palsu pendek milik Cheery dan menariknya perlahan hingga rambut hitam panjang milik Cheery tergerai.

"Wajah secantik ini dengan rambut panjang yang indah ini kenapa harus kau tutupi?" gumam Trian yang masih lekat memandangi wajah indah Cheery.

"Aku seperti mendapatkan harta karun yang begitu... cantik dan indah... indah sekali..." sambung Trian yang mulai memajukan wajahnya mengikis jarak dengan wajah Cheery.

Cup!

Trian berhsil mendaratkan bibirnya mencium bibir Cheery. Deru napas Trian dapat Cheery rasakan dengan jelas yang entah mengapa malah membuat nalarnya terpengaruh untuk tetap diam dan menikmati sensasi lembut itu. Meski sebenarnya ia sangat ingin menolak perbuatan semena-mena atasannya itu.

Trian yang sudah lama tidak merasakan hasrat kelelakiannya naik, seakan terus ketagihan dengan bibir lembut Cheery yang membakar hasratnya.

Hisapan lembut, gigitan kecil, dan lumatan nikmat dihujani Trian pada bibir mungil milik Cheery.

Tentu saja Cheery bereaksi saat tubuhnya memang sudah bertahun-tahun tidak merasakan ciuman panas seperti itu.

Tubuh Cheery meremang, napasnnya ikut memburu kencang, dan nalarnya kini sudah dikendalikan dorongan nafsu kewanitaan yang merindukan sentuhan pria.

Cheery mendesah meski hanya bibirnya yang dikulum oleh Trian. Tanpa ia sadari, Cheery mulai membalas lumatan bibir menggoda atasannya itu.

Trian tersenyum senang saat apa yang dilakukanya saat ini membuat Cheery melayang.

Trian yang merasa sudah cukup memberikan sedikit sensasi nikmat pada Cheery, menghentikan ciuman mereka dan menjauhkan wajahnya dari wajah Cheery yang memerah bak tomat rebus dan dengan mata yang masih terpejam.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini, Cheery? Kau bertingkah seperti kau adalah wanita kuat yang melindungi dirimu dengan penampilan pria, tapi nyatanya kau salah,"

"Kau adalah wanita muda yang lugu dan sensitif. Aku tahu dari caramu menikmati tiap sentuhan bibirku,"

"Apa kau sama sekali tidak pernah berciuman? Ekspresimu seperti gadis yang masih perawan, apa kau tahu?"

Setelah memberikan hadiah kecilnya pada Cheery, Trian seperti tidak ingin berhenti menggoda sekretarisnya itu.

Cheery sangat malu dan bergerak memberontak melepaskan dirinya dari rengkuhan Trian.

"Apa kau tidak merasa malu sudah melakukan hal tadi padaku?!" omel Cheery sembari mengelung rambutnya yang tergerai tadi.

Cheery mendengkus kesal saat meraih rambut pendek palsunya, "Dasar pria brengsek! Bisa-bisanya dia menciumku!" gerutunya pelan.

"Hei, aku mendengar gerutuanmu!" ucap Trian yang setengah tertawa dan mulai memakai pakaiannya yang sempat terjatuh di lantai.

"Aku memang pria brengsek. Karena hal itu, kan, kau berpenampilan seperti itu saat mendaftarkan dirimu menjadi sekretarisku?" tanya Trian setelah mengakui sifat brengseknya.

Cheery yang kesal tidak ingin menganggapi ocehan Trian yang ia tahu, pasti tidak akan baik untuknya nanti.

Baru saja Cheery selesai membenahi pakaian dan penampilannya, ponsel di saku celana Cheery berdering.

"Hallo, Sayang?" jawab Cheery langsung. Nampak senyum Cheery langsung mengembang saat menerima telepon saat ini.

Namun lain hal pada Trian. Ia memicingkan matanya karena curiga dengan siapa Cheery bicara.

'Apa itu kekasihnya? Cih, dia tidak selugu pikiranku!' batin Trian mengejek Cheery berdasarkan kesimpulannya sendiri.

"Baiklah, mama akan datang ke sekolahmu secepatnya. Jangan khawatir berlebihan. Mama akan segera ke sana, Sayang!" ucapan Cheery kali ini lebih membuat Terperangah.

'Mama? Bahkan kau sudah memiliki anak, tapi reaksi tubuhmu seperti gadis lugu layaknya perawan!' batin Trian bergeming.

Setelah Cheery selesai dengan panggilan teleponnya, ia berbalik badan dan mendapati Trian memandangnya dengan tatapan berbeda.

"Kau punya anak?" tanya Trian singkat.

"Ya, aku memliki seorang putera!" jawab Cheery cepat, "Bos, apa kau akan segera berangkat? Bisakah aku mohon izin untuk meninggalkan kantor juga? Aku harus pergi ke sekolah anakku, Bos!" sambung Cheery bertanya.

"Pergilah!" jawab Trian singkat.

"Tapi, Bos! Bagaimana dengan temanmu yang akan datang ke kantor? Sedangkan aku tidak di sini?" Cheery bertanya lagi.

"Jangan pikirkan itu. Kau pergi saja! Aku akan menelepon temanku untuk tidak datang hari ini!" jawab Trian bernada malas, "Lagipula moodku sedang tidak baik!" sambungnya bergumam dan membuat Cheery bingung.

'Syukurlah, aku selamat! Terima kasih, Keanu. Kau adalah penyelamat mama...' Cheery tersenyum dalam hati karena senang dirinya tidak harus bertemu dengan Vano. Setidaknya tidak untuk hari ini...

avataravatar
Next chapter