webnovel

Bab 1 FATE

'Dalam hidup kita tidak pernah tau siapa yang akan menetap atau siapa yang akan pergi.

Kadang kala harapan itu berbanding dengan takdir−dan tanpa sadar usaha untuk bertahan akan tetap kalah pada skenario yang Tuhan ciptakan'

****

Siang ini entah sudah yang keberapa kali Agni menghembuskan napas-menatap jengah adu mulut dua orang yang ada dihadapannya yang sejak tadi tidak ada yang mau mangalah-walau Agni juga enggan berkomentar lebih jauh dan berperan sebagai penengah. 

Fey temannya yang memiliki rambut sebahu model blunt bob yang di cat ash grey dengan dandanan nyentrik  tetap ngotot dengan pendiriannya yang ingin melakukan metode presentasi menggunakan prezi, sedangan Tiara−gadis yang lebih feminin dengan rambut hitam legam bebas diurai juga masih belum menyetujui rencana Fey. Menurutnya keynote lebih mudah untuk dia yang menggunakan laptop dengan merek apel digigit. 

"Gue lebih familiar pake prezi Tia, lo ngalah bisa gak sih kali ini aja…pweseee!" terdengar suara Fey yang dibuat-buat seolah telah lelah dengan perdebatan yang terjadi walau dengan konslusi masih belum menyerah atas opininya. Sedang Tiara yang mendegar nada memelas yang sudah pasti dibuat-dibuat itu jelas tidak akan mau mengalah dengan cepat. 

"Ya lo enak familiar lah gue sama Agni gimana? Kita udah lebih sering pake keynote Felicia Gistara Handoyo!" ucapnya menggebu-gebu sambil menyoror asik kepala Fey dengan semangat, yang akhirnya membuat sang korban menggeram marah karena kelakuan temannya yang minus akhlak itu.

For information, Fey lebih tua 5 Bulan dari Tia, jadi tentu saja dia tidak terima dengan adegan kekerasan barusan, baru mau mengajukan protes marah Tiara melanjutkan perkataannya yang ternyata masih to be continue.

 "…Ya gak Ag ?"

Agni yang ditiba-tiba di beri pertanyaan dengan tuntutan jawaban yang sudah masih meminta persetujuan hanya memutar bola matanya jengah.

"Gue 'GAK MAU' ikut drama kalian wahai bawang merah –bawang bombay, sebagai bawang putih yang memerankan pihak prontagonis disini gue memutuskan untuk netral! Jadi silahkan lanjutan adu bacotnya asal sampe adu jotos aja kalau perlu!" jawabnya panjang lebar yang membuat kedua sahabatnya melongo.

Memang kalau memasuki zona absurd sudah tentu Agnia Chandie Lavika tidak akan pernah−tidak membuat lawan bicaranya membuka mulut −terheran dan terkejud?

Sedari tadi mereka bertiga memang sudah berkumpul untuk membicarakan tugas yang baru saja di berikan oleh dosen mata kuliah sejarah psikologi.

Ya, ketiga gadis ini merupakan mahasiswi jurusan psikologi di salah satu universitas swasta yang ada di Bandung. 

Baru saja mereka menyelesaikan masa orientasi kini sudah dihadapkan dengan tugas yang menggunung. Agni, Fey, dan Tiara atau yang sering mereka sapa Tia merupakan sohib kental sejak masih dalam kandungan−ya hal ini mungkin karena memang hubungan antar orangtua ketiga gadis bau kencur ini juga sangatlah akrab, bisa dibilang emak-emak mereka adalah kawan satu geng.

Saking akrabnya ketiganya mendapat julukan 3 serangkai. Itu karena ketiganya selalu terlihat bersama dalam keadaan apapun, bahkan mereka juga memutuskan kuliah di Universitas yang sama dan  jurusan yang sama pula-Psikologi.

Sejak awal, masuk psikologi memang sudah menjadi tujuan Agni dan Tia, sedang Fey yang tak ingin berpisah memutuskan untuk ikut nyemplung dan bergabung bersama keduanya, karena dia sendiri bingung ingin berkuliah dj jurusan apa. Baginya, setiap jurusan sama saja, selamanya dia tetap bisa bermusik di nanapun tak masalah.

Kalau bisa Fey sebenarnya ingin mengambil jurusan kuliah yang sama dengan hobinya yakni modeling, kalau saja hal itu tidak ditentang mati-mati'an oleh keluarganya.

keluarga Fey memaksanya mengambil jurusan manajemen bisnis untuk meneruskan bisnis keluarga. Untung saja keinginannya untuk mengikuti kedua sahabatnya tidak juga ikut ditentang. 

Kembali kepermasalahan awal−dosen sejarah Psikologi yang diketahui bernama Yumna itu hanya masuk 20 menit untuk perkenalan dan penyampaian materi dasar, selanjutnya dia langsung memberikan tugas yang sudah pasti disewoti seluruh penghuni kelas ini walau protesan tidak ditampilkan secara blak-blak'an.

Bayangkan, ketila kamu yang sudah bersiap menerima materi nyatanya justru langsung disuruh berpikir dengan pengetahuan minim dan otak yang belum siap untuk dipacu karena kelelahan dan tekanan masa orientasi kemarin.  

Yang membuat Agni lebih jengah adalah, perdebatan kedua temannya yang tak kunjung usai. Lebih jauh mereka justru repot memikirkan bentuk presentasi yang akan ditampilkan pada pertemuan pekan depan.

Padahal menurut-nya, materi untuk presentasi jauh lebih penting untuk dibahas terlebih dahulu sebelum beralih keperkara yang tidak penting-penting amat sebenarnya-contohnya aplikasi apa yang akan digunakan untuk penyampaian materi.

Namun beruntung keduanya, karena hari ini cuaca amat terik diluar sana, dengan keadaan perut  kosong karena lupa sarapan- mood Agni juga ikut buruk, sangat malah.

Jadi untuk ikut dalam adu bacot yang entah kapan akan sampai pada ending Agni jelas menolak!

Kembali memutar bola matanya malas Agni berusaha bersikap bodo amat sekalipun nilainya sedang dipertaruhkan oleh kedua sahabatnya. Kemudian matanya berlaih mengendari seluruh kelas yang kini mulai lapang.

Beberapa teman seklasnya memutuskan untuk melanjutkan diskusi diluar kelas, walau masih ada juga yang terlihat berkerumun dan memutuskan berdiskusi dalam ruang kelas. 

Ah...andai kedua sahabatnya peka, agni lebih memilih melanjutkan diskusi di kantin saja-ditemani semangkuk soto ayam dengan nasi hangat dan segelas es jeruk, membayangkannya membuat Agni jadi tambah lapar dan dongkol secara bersamaan karena angan-anganya akan soto ayam nyatanya harus tertunda dulu hingga episode berdebatan antara Fey vs Tia usai.

'Agni sabar..Agni sabar' begitu terus rapalnya dalam hati. 

Sedang asyik membanyangkan soto ayam bude Ratna langganannya baru-baru ini, matanya terfokus pada seseorang yang duduk sendirian dipojok. Agni berusaha mengenali sosok tersebut walau matanya seolah tidak mau bekerja sama— namun pada akhirnya Agni mengenali sosok itu—dia Alka teman sekelompoknya saat orientasi kemarin. 

Walau satu kelompok mereka tidak banyak berinteraksi, karena Alka telihat seperti arca berjalan yang sangat-sangat tidak tersentuh, dengan hawa keberadaan tipis mirip dengan karakter Tetsutya dalam serial anime favorit Agni 'Kuroko no Basket'.

Gadis yang memiliki rambut sebahu dan selalu diikat satu atau ponytail ini hanya bersuara saat diajak biacara, menjawab saat diberi pertanyaan dan tidak bertanya balik, bahkan tak jarang hanya memberi wajar datar ketika diberi seuntai senyum. 

Agni mengambil keputusan kalau Alka adalah sosok yang pemalu dan pendiam akut—dan Agni yakin kalau dia tidak akan pernah bisa dekat dengan gadis semacam Alka.

Agni adalah tipikal perempuan yang suka ramai, suka berceloteh dan walau terkadang dia punya beberapa waktu ketika moodnya buruk dan berakhir enggan berbicara banyak.

Namun meski begitu, pendiamnya Agni tidak separah Alka tebtu saja— jadi kalau dengan Alka pasti tidak akan bisa dekat atau Agni sangsi mereka bisa menjalin pertemanan-terlalu bertolak belakang. 

Namun pandangan Agni masih tak lepas dari sosok Alka yang sejak tadi berusaha membetulkan letak kacamatanya yang sebenarnya baik-baik saja. Mungkinkah dia belum mendapatkan teman sekelempok? Pikir Agni kemudian.

Niat ingin bersikap acuh nyatanya tubuh dan otak Agni tak sinkron. Secara autopilot Agni berjalan santai mengahampiri Alka.

"Ehemm...hai!" ucapnya begitu sampai di meja depan Alka

Dengan kikuk Agni kemudian duduk di kursi kosong di samping bangku Alka. Sejenak dia bisa melihat gurat terkejud diwajah Alka, mengabaikannya Agni berucap kembali.

 "Gue Agni, lu Alka bener ?"

Mendengar pertanyaan Agni sang lawan bicara hanya mengangguk sekilas, Agni yang bingung  dan sedikit kesal karena lawan biacra yang hanya menanggapinya secara irit berusaha nengontrol emosi dan menaikkan tingkat sabarnya. 

Dia mentap Alka sejenak yang sedari tadi masih sibuk menunduk.

Agni menghela nafas, coba mengerti kalau Alka memang memiliki sifat yang bertolak belakang darinya.

Alka termasuk golongan minimalis soal bicara dan ekspresi. Jadi sekali lagi Agni berusha paham dan coba membuka komunikasi.

"Kok lo sendirian Al, gak gabung sama kelompok atau udah selesai diskusi? Sorry kalo kepo, soalnya gue perhatiin dari tadi lu sendirian aja gitu. Sorry lagi kalau gue banyak tanya atau kepo, gue cuma... Gimna ya aduh...jadi..." 

"Hahaha,.." tawa Alka mambuat Agnia terkejud−padahal dia tidak bermaksud untuk melucu jadi dia bingung kenapa Alka bisa tertawa, ah kalo diflashback memang bicara ngawur Agni tadi sudah pasti memicu hormon bahagia pada diri Alka naik satu tingkat.

Meski sebenrnya Agni hanya takut salah bicara karena biasanya dia selalu blak-blak'an kalo bicara dengan orang lain dan dia juga merasa sedikit awkward pada Alka, sejujurnya.

Masih sibuk dengan keterkejutannya dia mendengar Alka berbiaca lagi, kali ini tidak lagi menunduk justru balas metatapnya,

"Maaf ya Agni. Aku gak bermaksud ngewatain. Untuk pertanyaanya aku jawab satu-satu yah,"

Sepertinya bukan dia saja yang merasa canggung, pikir Agni setelah melihat Alka yang sama kikuknya.

"Pertama, kebetulan aku memang belum punya kelompok. Mungkin karena aku juga gak berusaha nyari dan bingung mau ngajakin siapa. Karena kalau boleh jujur, aku emang enggak akrab dengan teman-temen sekelas." Lugasnya sambil sesekali memainkan jemarinya— yang tidak Alka sadari, semua ini tidak luput dari pandangan Agni.

Sedang Agni hanya mengangguk-angguk paham, namun tidak terlalu kaget juga.

Entah kenapa dia sudah menduga kalo Alka memang belum menemukan kelompok, siapa pula yang beranu mangajak kalo Alka sendiri seperti membangun benteng dengan kalimat mutlak tak langsung; 'Jangan Dekat-Dekat' yang tertera tak kasat mata dijidatnya.

Tentu teman-teman sekelas akan lebih memilih mereka yang sudah akrab atau paling tidak mereka yang berusaha akrab alias kaum-kaum sksd. 

Mengulas senyum Agni kemudia berinisiatif untuk mengajaknya bergabung.

Toh kelompok Agni, baru diisi tiga orang saja— termasuk dirinya. Sedangkan maksimal kelompok yang Agni dengar tadi kalau tidak salah adalah 5 orang, tentu mengajak Alka bukan jadi masalah.

Pemikiran mengenai persetujuan Fey dan Tiara, bisa dia pikirkan belakangan. Dan menurut Agni, tidak mungkin kedua sahabatnya itu tidak setuju kalo Agni yang sudah berucap, mereka tentu tak mau melihat macan mengamuk kan?

Meski ragu, namun pada akhirnya Alka setuju dan menerima tawaran Agni, Alka juga bersyukur karena akhirnya ada orang yang mau mengajak untuk masuk dalam kelompok walau tadi dia sudah psarah kalo memang harjs mengerjakan semuanya sendirian.

"Yuk ikut gue hampirin tu dua orang yang masih asik adu bacot0" ajaknya yang ditanggapi Alka dengan senyum singkat.

Alka menjadi sedikit gugup juga takut dengan ekspresi apa yang akan ditampilkan oleh Tia dan Fey kalau tau dia tiba-tiba ikut dalam kelompok mereka. Walau begitu senyum bersahabat Agni nyatanya mampu membuat keragu-raguan Alka memudar.

Sebelum itu Agni menatap Alka lagi, yang dibalas Alka dengan kerutan heran.

Mungkinkah Agni berubah pikiran? Dan ternyata ketakutan Alka tidak menjadi kenyataan.

"Alka, kita belum kenalan resmi. Kemarin waktu ospek, kita juga gak banyak ngobrol... eh ralat bukan gak banyak tapi emang gak ada ngobrol sama sekali," ucapnya canggung berbalut tawa.

Menyodorkan tangannya Agni melanjutkan—

 "….jadi gue mau ajak kenalan resmi hari ini. Hai Alka, kenalain gue Agni— Agnhia Chandie Lavika ." menanggapi ucapan Agni Alka mengulas senyum tipis tulus sebelum kemudian menyambut uluran tangan agni "Halo Agni aku Alka Avianna,"

Tak ada yang tau kalau ternyata perkenalan singkat itu adalah awal mula dari terjalinnya ikatan antara dua gadis yang nantinya akan saling menguatkan dalam persakitan mereka yang serupa namun berbeda.

Next chapter