webnovel

Bab 17

"Ya," jawabku pelan. Astaga mendengar kalimat vulgar keluar dari mulutnya saja membuat aku bergairah. Dan tak sabar untuk memenuhinya, mengabulkan semua perintahnya. Memenuhi rahimnya dengan sperma panas milikku.

Aku memandang matanya. Kurasa dia tak emosi seperti tadi.

"Bolehkah aku mengajukan sebuah permintaan?" tanyaku ragu. Sejak awal aku sudah sangat ingin mengajukan hal ini.

Aku menatapnya yang mengerutkan kening seolah bertanya dengan apa yang aku inginkan.

"Bolehkah aku bekerja dengan berbagai macam gaya? Standing up , scissors, speed bump, doggie style dan gaya bercinta lainnya?"

Jangan tanya dari mana aku tau banyak gaya bercinta. Semua itu tentu saja aku ketahui dari si mesum Rendi yang memberitahukannya padaku.

"Ya, lakukan apa pun yang membantu pekerjaanmu selagi itu tak melanggar peraturan yang aku berikan. "

"Ya, tentu saja aku tak akan menyentuh tubuh atasmu." Senyum mesumku keluar ketika mendengarnya mengabulkan permintaanku.

Kulihat Bianca mulai berbaring dihadapanku. Mengangkat gaun tidurnya tinggi hingga batas perutnya. Menampilkan paha putih mulus miliknya.

Darahku langsung memanas melihatnya. Membuat aku mengulurkan tangan menyentuh lembut paha itu. Membuat Bianca sedikit menegang merasakan sentuhanku. Gejolak nafsu dalam diriku membuat aku mulai bergerak menciumi kaki jenjangnya.

Aku frustasi karena tak bisa menyentuh bibirnya tak bisa menikmati leher putihnya. Membuat aku dengan ganas mencium dan mengulum paha bagian dalamnya. Meninggalkan jejak disana. Tubuhku semakin panas dan tak sabar. Dengan tergesa aku membuka celana dalamnya melemparnya ke sembarang arah. Dan dengan segera melepaskan seluruh pakaianku. Aku sangat panas saat ini.

Aku meraih kedua kaki Bianca menekuknya di atas kasur dan melebarkannya. Membuat dia terpampang sempurna di hadapanku. Aku menatapnya. Dan terkagum-kagum. Dia cukup halus dan bersih dengan bulu-bulu halus yang membuatnya terlihat seperti milik seorang gadis perawan, begitu polos dan menggemaskan. Membuat aku terbakar gairah dan ingin segera menerkamnya.

Aku mulai mengendus aromanya. Begitu memabukkanku. Membuat aku hilang akan kesadaranku. Dan mulai mengeksplor tubuh Bianca. Menciuminya berkali-kali. Lalu mulai membedahnya. Menyusuri setiap inchi tubuh Bianca dengan lidah basah nan hangat milikku. Berputar-putar bahagia di bagian tersensitifnya. Lalu dengan cepat memasukkannya dalam mulutku. Mengulum dengan gemas daging kecil itu.

Aku mendengar desahan pelan Bianca. Membuat aku semakin bersemangat mengulumnya , bahkan tak jarang aku mengigit Ketika Aku sadar Bianca mulai basah dan mengeluarkan cairan semakin banyak , membuat aku kini beralih menjilat semua cairan yang keluar bahkan memasukkan lidahku. Menikmati rasa cairan yang terlihat menjijikan bagi sebagian orang. Tapi membuatku ketagihan. Rasanya memabukkan.

Desahan panjang Bianca menghentikan segala aktivitasku. Aku mengangkat kepalaku untuk menatap ke arahnya. Dia masih mengatur nafasnya menikmati pelepasan nikmatnya. Aku mulai mensejajarkan tubuhku. Dan semakin melebarkan kedua kakinya. Tanganku mengurut pelan tubuhku dan dengan perlahan mulai memasukinya.

Ini membuatku gila. Penetrasi pertama adalah hal yang paling gila dari semuanya. Sulitnya memasukinya malah membuatku semakin kenikmatan merasakan betapa kencang otot-otot itu menyambut tubuhku. Membuat aku memejamkan mata meresapi semua rasa hingga terbenam seutuhnya di dalam Bianca.

Setelah terdiam beberapa detik aku mulai bergerak perlahan. Membuat tubuh kami saling berjauhan dan dengan perlahan merapatkannya kembali menimbulkan sensasi nikmat dari tubuh kami. Aku melakukan itu terus menerus menimbulkan aura sex yang menguar di setiap sudut kamar ini. Desahan Bianca, geraman nikmatku dan suara decakkan tubuh kami yang berbunyi terus menerus. Seiring dengan hujaman pinggulku pada tubuhnya. Aku mulai menaikkan tempo pergerakanku, membuat Bianca semakin mendesah kencang. Desahannya membuat aku semakin bersemangat. Desahan itu terdengar seperti sorak sorai para gadis cheerleaders yang memberikan semangat ekstra.

Aku menatap wajah memerah Bianca yang begitu bergairah dan di liputi kabut. Melihat wajah itu membuat aku teringat wajah dinginnya. Terlintas sebuah ide jahil di otakku. Aku mulai bergerak pelan. Aku ingin menggodanya. Dan benar, ketika merasakan aku tak menghujamnya cepat Bianca menatap mataku. Terlihat raut wajah tak suka miliknya.

"Kenapa?" tanyaku berpura-pura tak tau. Bukannya menjawab, Bianca seakan menyelidiki wajahku. Mencari tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini.

"Jangan mempermainkanku dan bergerak lebih cepat." Tatapnya marah ke arahku namun aku tak takut karena aku yakin aku bisa menaklukkan tatapan tajam yang bergairah itu.

"Perlahan seperti ini lebih terasa nikmat," ucapku sambil terus bergerak perlahan.

Sebenarnya aku menahan diriku untuk bergerak cepat dan brutal. Tapi mengingat aku sangat ingin melihat wajah memohonnya membuat aku harus menahan gairah tinggi itu.

"Apa yang kau harapkan?" ucapnya tajam seakan mengerti perbuatanku.

"Kau berharap aku memohon dengan wajah memelas memintamu menghujamiku dengan keras dan cepat , begitu?" Tepat sasaran. Aku terkejut karena dia tau apa yang aku pikirkan. Oh tubuhku bergetar ngeri , dia seakan bisa membaca apa yang ada di dalam pikiranku. Kurasa dia memang seorang Putri Es.

Next chapter