19 Bab 18

"Jika itu yang kau harapkan maka kau tak akan mendapatkannya. Karena aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan," ucapnya tegas dan mulai mendorong tubuhku berguling. Membuat Gadis itu kini berada di atas tubuhku. Dia mulai bangkit mendudukiku dengan tubuh tetap menyatu.

"Aku mendapatkan apa yang aku inginkan tanpa pernah memohon belas kasihan." Setelah mengucapkan itu dia mengikat tinggi rambutnya, melepaskan dan membuang jauh gaun tidurnya. Dia juga melepaskan bra yang melekat di tubuhnya. Membuat aku bisa melihat dengan jelas dua buah benda putih kencang dan menggoda tepat di dadanya. Membuat aku terpana dan kesulitan menelan salivaku.

"Bukan kau yang menyiksaku tapi aku yang akan menyiksamu. Dan ingat kau tidak bisa menyentuh dua buah dada ini," ucapnya sambil meremas menggoda kedua dada itu membuat aku semakin bergairah dan ingin meraihnya. Merasakan kedua gunung kembar itu di dalam genggamanku, merasakan betapa nikmatnya mengulum puncak Bianca. Dan dengan perlahan Bianca mulai bergerak. Menaik turunkan pinggulnya. Memberikan sensasi tersendiri kepadaku.

Ini begitu nikmat. Dan lihat gadis itu. Dia begitu seksi dengan tubuh putih polosnya. Dan shit dia meremas dadanya sendiri membuat dia terlihat sangat menggoda.

Ini sangat memabukkan dan menyiksaku. Karena dia bergerak perlahan, padahal aku sudah berada di puncak gairah melihat semua gerakkan erotisnya. Aku tak sabar dan tak bisa menahannya lagi.

Aku bangkit terduduk. Meraih kedua bahunya dan mengangkat tubuhnya, melepaskan tubuh kami. Bianca ingin berteriak protes. Namun sebelum aku mendengar protesannya aku sudah membalik tubuhnya membelakangiku. Kuraih bokong sintal miliknya. Dan mulai memposisikan diriku. Dan dengan cepat dan keras, aku sudah memenuhinya dari arah belakang.

Bianca mendesah kencang merasakanku yang semakin membesar dari sebelumnya. Dan dengan cepat aku menghujaminya terus menerus. Bergerak brutal dari belakang. Aku menikmati ini. Akhirnya aku merasakan sensani nikmat gaya ini. Sensasi ketika di dalam tubuhnya. Oh ini begitu nikmat. Dan kudengar desahan Bianca semakin menjadi ketika aku terus menaikan tempo gerakkanku. Sepertinya bukan aku saja yang merasakan sensasi nikmat ini.

Aku juga ikut mendesah dengan semua perbuatan yang aku lakukan. Hingga aku merasakan dindingnya semakin mencengkeramku begitu kencang. Dia akan sampai dan aku pun juga akan sampai. Aku merasakan berada di jurang. Dan aku semakin cepat dan brutal bergerak. Mencengkram erat pantat sintal Bianca. Bergerak semakin cepat dan cepat hingga batas maksimum yang aku bisa. Membuat tubuhku semakin bermandikan keringat. Semakin dekat pelepasan itu semakin aku bergerak cepat , membuat tubuh Bianca bergoyang cukup keras. Bahkan ranjang ini juga ikut berguncang keras akibat pergerakan liarku. Desahan panjangku dan juga Bianca mengakhiri percintaan panas ini. Aku terdiam sambil menembakkan cairan kental dalam tubuh Bianca. Bernafas tersengal-sengal akibat olahraga malam yang baru saja kulakukan.

Bianca juga mulai mengatur nafasnya dia terlihat sedikit lelah tapi aku tau jika dia akan tetap membiarkanku melakukan beronde-ronde percintaan panas malam ini. Dan aku selalu berdoa bahwa tengah malam tak pernah tiba hingga membuatku tak pernah berhenti mengujamnya dengan batang panas nan panjang milikku.

Aku meraih tubuh Bianca ketika sudah melepaskan tubuh kami membaringkannya miring membelakangiku. Sedikit mengangkat kaki kanannya agar aku bisa melakukan penetrasi kembali. Tubuhku kembali bangun mengingat percintaan panas yang terjadi sebelumnya. Dan salahkan tubuh seksi nan menggoda milik Bianca yang membuat aku kembali berdiri. Dan aku kembali menghujaminya dari belakang tubuhnya.

Malam ini aku akan mengabulkan semua fantasi liarku. Mencoba berbagai macam gaya bercinta yang sangat ingin aku coba. Malam ini adalah malam yang panjang. Dan aku berharap jam dua belas malam tak pernah berdenting. Jadi aku tak pernah berhenti bercinta dengannya. Bercinta dengan Putri Es panas, seksi dan mengairahkan seperti Bianca.

.......

Kini aku tengah berkutat dengan laptopku di ruang tengah di apartemen Bianca. Sibuk mengerjakan tugas dari dosenku. Aku melirik ke arah jam di hpku. Jam empat sore. Aku tak sadar aku sudah duduk disini selama dua jam lebih.

Bunyi kunci yang terbuka mengejutkanku. Aku melirik lagi ke arah jam di hpku. Ini masih pukul empat dan Bianca sudah pulang. Ini tak seperti kebiasaannya. Mengapa dia pulang cepat hari ini. Untuk memenuhi rasa penasaranku. Aku bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu apartemen ini.

"Kau sud—" Ucapanku terhenti ketika melihat sesosok wanita yang tak kukenali. Seorang Gadis berambut pendek dengan setelan kerja berwarna biru berdiri di depanku dengan tas dan beberapa barang bawaan lainnya di tangannya. Sama sepertiku, gadis itu juga terkejut melihat keberadaanku. Matanya melotot tak percaya. Dan dalam gerakan cepat dia menjatuhkan semua barang bawaannya dan dengan gesitnya meraih payung yang berdiri cantik di samping pintu. Gadis itu berjalan cepat ke arahku dan—

"Aww..aw... yak hentikan. Mengapa kau memukulku?" Teriakku protes menerima semua pukulan gadis aneh di hadapanku ini.

"Dasar pencuri. Berani-beraninya kau masuk ke apartemen ini!" Teriaknya marah dengan terus memukulku.

Dia bilang apa? Pencuri? Ada pencuri di apartemen ini? Dimana pencurinya? Keningku berkerut bingung. Tunggu. Pencuri yang dia maksudkan adalah aku. Tanyaku tak percaya pada diriku sendiri. Aku mulai mengerti keadaan yang terjadi , Gadis itu menganggapku pencuri yang masuk ke dalam apartemen Bianca.

avataravatar
Next chapter