webnovel

BAB 7

Riana berdiri di luar mobil sambil menyenderkan bokongnya. Ia sudah berdiri disana selama satu jam, sejak Edgar mengamuk mengeluarkan kemarahannya. Ia tidak bisa melarang Edgar melakukannya karena menurutnya itu adalah hal wajar yang dilakukan pada saat kita baru saja kehilangan orang yang kita cintai dan sayangi.

Setelah Riana tidak mendengar suara tangis dari Edgar ia pun segera beranjak masuk kedalam mobilnya, ia melihat ke arah Edgar yang sangat berantakan dengan sisa - sisa air mata yang membasahi pipinya.

" Riana, aku sudah yakin ingin menikah dengan mu" tanya Edgar memecah keheningan dengan suara seraknya.

Ia masih betah dengan posisi mata tertutup dan wajah yang menghadap ke langit - langit mobil.

Riana yang mendengar perkataan Edgar. Hanya memberikan senyum tipis tanpa menjawab perkataan Edgar sama sekali.

Sedangkan Edgar yang tidak mendengar balasan dari Riana segera membuka matanya dan mulai menatap Riana, pandangan mereka bertemu hingga beberapa detik lamanya, sampai Riana memutus pandangannya dan mulai memalingkan wajahnya kearah depan.

" sudah tidak ragu lagi? " ucap Riana dengan pandangan lurus ke arah depan.

" Bukan tadinya kau yang ragu?, Bahkan kau menyuruh ku mundur dari pernikahan " balas Edgar masih menatap ke arah Riana.

" aku hanya tidak ingin kau merusak rencana yang telah ku susun, setelah sekian lama saat kau mendengar kabar yang menimpa Ibumu "

" bahkan setelah melihat mu seperti ini aku jadi yakin untuk menyuruhmu mundur " lanjut Riana santai.

Edgar merasa tidak bisa membantah ucapan Riana karena memang itu kenyataannya, namun ia berpikir jika Riana juga sama dengan nya sama - sama emosional jika menyangkut masa lalu mereka.

" besok kita akan tetap datang ke sekolah seperti biasa, kita juga harus bersikap seperti sebelumnya tidak saling bertegur sapa maupun saling mengenal "

" Kita akan melakukan pemberkatan di sore hari, dan mendaftar kan pernikahan kita esok lusa " lanjut Riana.

" baiklah aku mengerti " balas Edgar

Setelah pembicaraan mereka Riana dan Edgar kembali terdiam satu sama lain,

" pulanglah " ucap Riana secara tiba - tiba.

Edgar yang mendengar itu segera beranjak untuk keluar dari mobil, tapi suara Riana tiba - tiba menghentikannya.

" Edgar, kita tidak boleh gagal. Kita pasti akan menghancurkan Victor Lee " ujar Riana dengan menatap dalam mata hitam legam milik Edgar.

" hm, aku mengerti, berhati hatilah saat pulang " balas Edgar seakan tau apa yang di maksud Riana.

Setelah Edgar keluar dari mobil Riana. Riana segera menyalakan mesin mobil dan menjalankan mobilnya dengan perlahan, sedangkan Edgar yang melihat mobil Riana yang sudah tidak terlihat.

Mulai berjalan menuju motor sportnya untuk segera pulang ke rumah Victor Lee, tidak lupa ia menyimpan dua berkas yang di berikan Riana tadi di balik jaketnya. Kemudian segera menancap gas dengan kecepatan tinggi.

****

Pagi hari di rumah kediaman Victor Lee. Terlihat Victor tengah sarapan pagi bersama istri dan kedua anaknya Darren dan Wanda, saat semua orang lagi menikmati sarapan pagi mereka tiba - tiba saja Edgar berjalan melintasi ruang makan, tanpa bertegur sapa.

Ia berjalan dengan ekspresi wajah yang dingin tak tersentuh, bahkan terlihat jelas guratan kemarahan di wajahnya. Saat ia hampir sampai di depan pintu utama, terdengar suara Wanda yang memanggil sambil berlari kecil menyusulnya.

" Edgar tunggu!, kau mau ke sekolah kan, aku ikut dengan mu yaa?, soalnya ban mobil ku kempes, aku belum sempat bawa ke bengkel " ucap Wanda sambil berusaha mengimbangi langkah Edgar yang lebar dan cepat.

Edgar sama sekali tidak memperdulikan Wanda yang kewalahan mengikutinya, bahkan ia menganggapnya tidak ada dan tak terlihat. Saat sampai di anak tangga depan rumah Edgar mendengar suara benturan yang sangat nyaring tapi ia tidak menghentikan langkahnya, karena Edgar sudah tau apa yang terjadi di belakangnya.

" Akh, Edgar tolong aku " teriak Wanda kepada Edgar, tapi betapa kesalnya Wanda, karena ia melihat Edgar telah menaiki motor sportnya dan langsung menancap gas dan pergi.

" Argh!!! Sialan! Kenapa susah sekali sih mendekatinya " lanjut Wanda dengan penuh kekesalan.

Wanda pun segera berdiri dan membersikan badannya, ia merasa hidungnya benar - benar sakit karena terbentur lantai marmer yang keras. Darren yang melihat sang adik jatuh pun segera menghampiri dengan nada yang khawatir.

" Wanda! Kau tidak apa - apa ? Tanya Darren khawatir sambil memeriksa tubuh saudara kembarnya itu.

Saat sedang mengecek keadaan Wanda tiba - tiba saja ia di kejutkan oleh darah yang keluar dari hidung Wanda dengan sangat deras.

" Wanda! hidungmu berdarah! " teriak panik Darren.

Wanda yang mendengar itu pun merasa panik dan segera memegang hidungnya untuk memastikan. Dan benar saja, ia melihat tangan yang ada darah dari hidungnya. Ia pun panik luar biasa sambil menahan sakit di hidungnya, Wanda segera berlari tergesa - gesa masuk ke dalam rumah.

Darren yang melihat Wanda masuk dengan tergesa - gesa dan menangis itupun segera mengikutinya masuk kedalam rumah.

****

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kediaman tua Orlando. Fritz juga tengah sarapan bersama istri dan juga anak bungsunya, sambil membahas pernikahan Riana yang akan dilakukan pada sore hari nanti.

" aku tidak menyangka Riana akan menikah secepat ini, bahkan ia memberitahukan kita secara mendadak " ujar Marine lesu.

" kita sudah tidak bisa menahannya, jadi biarkan dia melakukan apa yang dia mau " balas Fritz sambil menggenggam erat tangan sang istri.

" Ayah benar Bu, lagi pula apa yang dilakukan oleh Riana itu tidak salah, dia hanya ingin membalas rasa sakit yang kita alami selama sepuluh tahun ini atas kehilangan kakak dan juga kakak ipar " ucap Niki, yang ikut menimpali.

Marine terdiam sesaat mendengar penjelasan dari sang putri, benar. Ternyata rasa sakit itu masih ada, bahkan masih melekat di hati mereka, sedangkan orang yang membuat mereka seperti ini malah terlihat bahagia dengan kehidupannya sekarang.

" baiklah, aku akan menyiapkan gaun yang cantik untuk cucuku nanti sore " ujar Riana tersenyum anggun dan mulai berdiri dari tempat duduknya.

Fritz dan Niki yang melihat kepergian Marine pun hanya tersenyum tegar dan saling menguatkan.

Sedangkan Marine yang telah sampai di kamar mendiang sang anak Nicho segera masuk kedalam walk in closed dan mengambil gaun pernikahan milik Hana. Tiba - tiba saja wajahnya tersenyum sedih mengingat sang menantu yang berhati lembut yang sangat ia sayangi.

" Hana, keinginan mu tercapai, putrimu akan memakai gaun pernikahan mu, di hari pernikahannya juga. Tolong restui mereka " ucap Marine sambil menghapus air mata yang tiba - tiba saja jatuh.

Setelah beberapa menit berada di kamar sang putra Marine segera keluar dan mengunci pintu kamar itu, ia ingin pergi ke butik langganannya untuk mengecilkan beberapa bagian pada gaun Hana, agar muat di pakai oleh sang cucu.

****

Sedangkan di pantai yang sepi terlihat seorang gadis remaja berumur delapan belas tahun sedang duduk merenung di pinggir pantai. Ia berada di sana sejak pagi buta dengan menggunakan seragam sekolah.

Setelah beberapa saat ia berdiri dan beranjak pergi dari sana, ia berjalan sambil melihat jam yang ada di tangannya dan segera masuk kedalam mobil, perlahan mobil yang ia kendarai berjalan meninggalkan pantai tersebut.

ORLANDO HIGH SCHOOL

Mobil Riana melewati gerbang sekolah, dan para murid yang mengenal mobil itu adalah miliknya segera saja menghindar. Saat sampai di parkiran sekolah Riana segera mematikan mesin mobilnya, dan segera turun dari mobil.

Tidak sengaja mata Riana menangkap sosok Edgar yang juga baru datang, Riana segera memalingkan wajah sebelum Edgar juga melihatnya. Ia pun berjalan santai menuju kelasnya begitupun dengan Edgar.

Mereka benar - benar menepati kesepakatan untuk tidak saling mengenal ataupun menyapa dalam lingkungan sekolah. Ketika Riana masih berjalan tidak sengaja telinganya mendengar sesuatu tentang dirinya dan Edgar.

" gila, kau lihat tadi? Edgar dan Riana benar - benar serasi ya?, tapi sayang mereka tidak ada hubungan apa - apa, jangankan hubungan, saling menyapa pun tidak " ucap seorang gadis yang berjalan beberapa meter di depan Riana.

" kau benar, kalau di pikir - pikir Edgar dan Riana tidak pernah terlihat saling menyapa, jangankan mereka berdua sama murid yang ada di sekolah ini saja jarang banget " jawab lawan bicaranya.

" Iya, padahal mereka itu sebenarnya dekat banget "

" maksud kamu? "

" Coba kamu pikir, mereka berdua kan ada di ekskul yang sama, mulai dari bela diri, berkuda, anggar, dan memanah, bahkan rangking mereka pun berurutan. Edgar di rangking pertama dan Riana di rangking kedua "

" Woah, kalau mereka ada sesuatu, akan gempar sih "

Pembicaraan mereka terus berlanjut sampai Riana masuk kedalam kelasnya.

****

Pada saat jam makan siang, semua murid yang ada di sekolah Orlando High School dikejutkan oleh pemberitaan mengenai jatuhnya perusahaan Glay Grup, mereka semua berpikir Riana benar - benar tidak memberi ampun kepada orang yang sudah berani mengusiknya.

Bukan hanya itu, bahkan sekarang Aron Glay sudah resmi menjadi buronan negara, karena keterlibatannya terhadap beberapa kasus mulai dari, memanipulasi pajak, terlibat dalam perdagangan manusia, penganiayaan terhadap pekerja hingga masih banyak lagi.

Sudah di pastikan mulai saat ini perusahaan Glay Grup benar - benar akan karam.

Riana berhenti membaca artikel yang memuat berita mengenai kehancuran Glay Grup dari ponselnya, ia segera menghubungi Niel untuk membuat perintah.

" halo, aku ingin kau menangkap Aron Glay sebelum polisi yang menemukannya lebih dulu " ujar Riana memberi perintah.

" dan bawa dia ke markas " lanjutnya lagi.

Tanpa menunggu balasan dari Niel Riana langsung mematikan ponselnya secara sepihak. Matanya menatap jauh ke depan dengan tatapan tajamnya yang menghunus.

" setelah itu giliran mu Victor Lee... "