webnovel

BAB 6

Riana sangat syok mendengar laporan Niel tentang Lily Sanchez yang dinyatakan telah meninggal dunia, bahkan sudah tiga tahun lamanya?, Ia tidak percaya ini.

" apa kau punya bukti tentang kematiannya? " tanya Riana masih dalam ke tidak percayaan nya.

Niel segera menyerah kan sebuah berkas yang di pegangnya sejak tadi ke hadapan Riana. Riana yang melihat berkas itu segera meraih dan membukanya, ia mulai membaca kalimat demi kalimat yang ada dalam berkas itu tanpa terlewat sedikitpun.

" apa Edgar mengetahui hal ini? " tanya Riana, tiba - tiba saja ia memikirkan Edgar.

" aku yakin dia belum mengetahuinya, karena selama penyelidikan, aku menemukan bahwa Lily Sanchez meninggal karena di jadikan bahan eksperimen oleh Victor Lee " jelas Niel dengan serius.

" eksperimen? " tanya Riana dengan ekspresi bingung.

" iya, eksperimen. Itu karena selama di tahan oleh Victor, diduga Lily Sanchez sering di beri cairan kimia dan itu terbukti dari organ dalam dari Lily yang mengalami kerusakan parah ".

" bagaimana bisa kau mengetahui sedetail ini? " tanya Riana.

" apa kau lupa? sejak lama aku telah menempatkan orang - orang kepercayaan ku di sisi Victor Lee, jadi aku bisa mendapatkan informasi dengan mudah dari mereka. Bahkan aku mendapatkan foto terakhir keadaan

Lily Sanchez dan sudah aku masukan kedalam berkas yang kau baca"

Mendengar penjelasan dari Niel itu. Riana segera membuka halaman terakhir dari berkas yang ia baca, dan benar saja ia melihat foto tubuh Lily yang membengkak dalam keadaan tak bernyawa dan juga foto organ dalam yang rusak parah akibat reaksi kimia.

" aku juga menduga Victor bukanlah seorang pengusaha biasa " lanjut Niel.

" Apa dia seorang ilmuwan? " tanya Riana penuh praduga.

" iya, bisa jadi " jawab Niel.

" Niel, cari lebih detail lagi mengenai latar belakang Victor Lee, baik yang tersembunyi maupun yang tidak, jangan lewatkan apa pun " perintah Riana dengan tegas.

" oke " Niel segera mengangguk mengerti akan perintah yang di berikan Riana.

****

Setelah pembicaraan antara mereka selesai, Riana dan Niel berjalan berdampingan menuju suatu ruangan yang telah di jaga oleh satu pengawal.

Pengawal yang berjaga di depan pintu menyapa dengan hormat saat melihat Riana dan Niel yang berjalan menuju kearah ruangan yang ia jaga.

" ini, dokumen yang kau minta untuk pendaftaran pernikahan mu " ucap Niel sambil memberikan berkas dokumen kearah Riana.

Riana menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam ruangan dan mengambil berkas yang ada di tangan Niel, ia membuka berkas tersebut dan mengecek nya setelah di rasa lengkap ia segera memasukan kembali berkas tersebut ke tempat semula.

" Baiklah " ujar Riana datar, mulai berjalan menuju pintu ruangan.

" oi, selamat atas pernikahan mu, aku doa kan semoga rencana yang kau susun berhasil membalaskan dendam mu " balas Niel menghentikan langkah Riana yang akan membuka pintu.

Riana yang mendengar itu segera menoleh kan kepalanya menatap Niel yang berdiri dengan cengiran tengilnya karena tiba - tiba di tatap oleh Riana.

" hm" balas Riana dengan mengangguk kan kepalanya.

" datanglah besok dengan Sarah, jangan datang sendiri nanti kau dianggap tidak laku " lanjut Riana santai tanpa rasa bersalah.

" sialan " ujar Niel dengan wajah yang di tekuk, apa lagi melihat Riana yang sudah masuk tanpa memperdulikannya.

Niel pun segera pergi dari sana dengan menggerutu dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaketnya untuk menghubungi sang pacar. Sedangkan pengawal yang melihat tingkah Niel hanya menggeleng - gelengkan kepalanya.

Setelah menutup pintu dengan rapat Riana segera membalikkan badannya dan melihat seseorang yang terbaring lemah dalam keadaan koma di atas ranjang dorong. Ia berjalan mendekati ranjang dan melihat banyaknya alat - alat penunjang kehidupan yang tertempel di tubuh orang tersebut.

" paman Riana datang " ucap Riana setelah beberapa menit terdiam.

" apa paman tidak berniat untuk bangun? Ini sudah sepuluh tahun berlalu, besok aku akan menikah "

Riana terdiam sesaat sambil mengatur napas dan juga perasaannya sebelum kembali membuka mulut untuk berbicara.

" paman tahu siapa yang akan Riana nikahi? "

" Edgar..., anak paman, aku akan menikah dengannya besok, maka dari itu Riana datang untuk meminta restu dari paman, tolong restui kami"

Riana masih berdiri di tempatnya menatap Levin Sanchez, ia masih berharap Levin segera sadar dan memberitahukan semua hal yang tidak ia ketahui,

" Aku pergi paman " pamit Riana kepada Levin yang masih terbaring di sana.

Tanpa di ketahui oleh Riana, kedua mata Levin yang tertutup mengeluarkan air mata yang perlahan jatuh. Levin Seperti merespon apa yang dikatakan Riana padanya tadi.

****

Riana berjalan memasuki mobilnya dengan mengarahkan ponsel ke telinganya. Setelah beberapa saat panggilan terhubung orang di seberang telepon pun mengangkat panggilan nya.

" halo..., Ini aku, ayo kita bertemu " ucap Riana sambil melirik jam digital yang ada di mobilnya yang menunjukan pukul sepuluh malam.

...

" sekarang, di pinggir danau xx "

...

Setelah mendengar jawaban dari seberang, Riana segera mematikan sambungan teleponnya. Dan mulai menancapkan gas mobilnya untuk segera pergi ke tempat tujuan.

Riana sampai lebih dulu setelah dua puluh menit berkendara, ia mulai berpikir haruskah ia memberi tahukan kepada Edgar bahwa ibunya sudah meninggal tiga tahun lalu. Atau ia tutupi saja semuanya.

Ia tidak ingin gegabah dan menghancurkan semua rencana yang telah ia susun sejak lama. Ketika sedang asik melamun sambil memejamkan matanya tiba - tiba saja ia merasa seseorang masuk kedalam mobilnya tanpa permisi dan ia tahu siapa itu.

" kau sudah lama disini? " tanya Edgar setelah masuk ke mobil Riana tanpa permisi.

Riana yang mendengar pertanyaan Edgar mulai membuka matanya secara perlahan dan menatap Edgar yang ada di sampingnya.

" Edgar, aku mengizinkan mu mundur jika kau ingin. Lakukan sekarang " ujar Riana tanpa memutus pandangannya.

" apa yang kau katakan?, Bukan kah kita sudah sepakat untuk membalas dendam bersama? " tanya Edgar dengan membalas tatapan Riana dalam.

" apa kau berubah pikiran? " lanjutnya tanpa mengalihkan tatapannya.

" aku hanya tidak ingin kau menghancurkan semuanya " balas Riana dengan tatapan datar.

" Riana, apa maksudmu sebenarnya? " tanya Edgar lagi, dengan tidak sabar.

Tanpa menjawab pertanyaan yang Edgar berikan Riana segera memutus pandangannya dengan Edgar dan mengubah posisinya menjadi tegak, tangannya segera meraih dua berkas yang tersimpan di dasbor mobil dan menyerahkannya kepada laki - laki itu.

Sedangkan Edgar langsung mengambil dua berkas itu dari tangan Riana, dan menyalakan lampu penerang yang ada di dalam mobil, Edgar langsung membuka berkas pertama dan membacanya dengan baik hingga pada halaman terakhir, emosinya mulai naik kepermukaan dan rasa marah mulai menyelimutinya.

Edgar mulai menatap Riana kembali dengan tatapan mata yang memerah karena menahan tangis bahkan gerakan dadanya yang kembang kempis karena emosinya yang meluap tidak bisa ia tutupi.

" Tolong katakan ini tidak benar " ucap Edgar setelah berusaha mengeluarkan suaranya.

" itu benar, Ibu mu telah meninggal tiga tahun lalu dengan cara yang tragis " balas Riana dengan tatapan tajamnya.

" Victor Lee telah membohongi mu selama ini, bajingan itu telah membunuh ibu mu " lanjut Riana masih menatap Edgar dengan tajam.

" AKU AKAN MEMBUNUH BAJINGAN ITU "