1 PROLOG

Ketika cinta kehilangan Rumahnya, maka selama apapun pergi pasti akan kembali. Seperti halnya yang sedang dirasakan oleh seorang gadis yang berusia 17 tahun dan sebentar lagi akan menghadapi ujian semester terakhir di kelas 12 SMA.

Panggil saja gadis itu Rain, ia adalah sosok gadis yang cantik dan pemilik sifat yang ceroboh. Dirinya pandai terjatuh sehingga membuat orang selalu merasa khawatir dan ingin selalu menjaganya setiap saat.

"RAIN, AWAS JATUH!"

Suara itu berasal dari belakangnya, dan saat ini ia sedang berada di Sekolah. Dirinya sangat mengenali siapa yang baru saja meneriakinya sehingga membuat Rain langsung menghela nafas seketika.

Terkadang ia merasa kesal dikarenakan laki-laki tersebut yang begitu over terhadap dirinya sehingga membuat Rain malu.

"Kamu tuh kalau jalan lihat-lihat dong, gimana nanti kalau dahi kamu kena dinding?!"

Seorang laki-laki yang saat ini berbicara kepadanya adalah Rai. Ia adalah orang yang baru saja gadis itu bicarakan dikarenakan sifatnya yang begitu menjaganya setiap kali dirinya hampir celaka. Seperti membaca buku novel sambil berjalan, misalnya.

Rain yang sedari tadi membaca buku novelnya pun langsung mendongakkan kepala. Laki-laki itu menatap sahabatnya yang kini berada di hadapannya dan memandangnya dengan kesal membuat gadis tersebut tersenyum.

"Eh, Rai. Aku kira siapa, kamu kok bisa ada di sini?"

Gadis itu celingak-celinguk melihat sekitaran karena merasa aneh dengan kehadiran Rai yang secara tiba-tiba. Sedangkan laki-laki tersebut yang melihatnya pun begitu merasa gemas dengan tingkah Rain yang begitu ceroboh.

"Rain, come on! Kamu hampir aja celaka, tapi ..." Bahkan, Rai sampai tidak bisa berkata-kata karena gadis di hadapannya saat ini yang begitu terlihat biasa saja membuatnya menghela nafas kasar. "Bisa-bisanya kamu malah nanya ke aku kaya gitu?"

Sementara Rain yang melihat sahabatnya seperti itu pun langsung terkekeh membuat Rai menatapnya begitu terheran.

"Rai, aku gak apa-apa, gak usah lebay deh."

"Kamu pikir aku kaya gini buat siapa?"

"Eum ... buat aku."

"Terus?"

"Ya kenapa kamu tanya kaya gitu?"

"Aku itu sahabat kamu dari kecil, Rain. Udah jadi tugas aku buat selalu jagain kamu, paham?"

Dengan bosan gadis itu pun menganggukkan kepalanya setelah mendengar kalimat bijak yang sudah ribuan kali diucapkan oleh laki-laki itu.

"Kok ngangguk doang?"

"Emangnya aku harus kaya gimana lagi, hm?"

Rai yang melihatnya pun benar-benar dibuat pusing karena sikap dari gadis itu yang benar-benar menyebalkan membuatnya harus begitu extra sabar menghadapi Rain.

"Bilang apa kek, iya gitu."

"Iya, puas?!" ketus Rain.

Laki-laki itu yang mendengarnya pun langsung menghela nafasnya kembali, tetapi kali ini ia sudah begitu gemas sehingga yang dirinya lakukan adalah menyubit pipi bulat dari gadis itu.

"IHHHH RAIN SAKITTT~"

"SALAH SENDIRI KAMUNYA GEMESIN SIH~"

Kemudian Rai pun langsung mengacak-acak rambut gadis itu sehingga terlihat begitu berantakan, dan sekali lagi sudah membuat Rain kesal karena perbuatannya tersebut.

"RAI!" bentaknya.

"Apa?" sahutnya dengan suara yang begitu lembut.

"Jangan acak-acak rambut aku, bisa gak sih?!"

"Enggak bisa," jawab Rai dengan senyuman manisnya.

"Ih, harus bisa pokoknya!!!"

"Enggak bisa, Rain sayang~"

Pada akhirnya gadis itu pun pergi dari hadapan Rai dengan wajah yang ditekuk. Sedangkan laki-laki itu yang melihat punggung Rain yang semakin menjauh, saat ini sedang tersenyum menatap kepergian sahabatnya.

avataravatar
Next chapter