webnovel

Bab 3. Rokok

Kamila yang masih menelungkupkan wajahnya, merasa bosan. Permasalahannya selalu tentang Alfa. Biasanya Sina yang menasehatinya, tapi kini gadis itu tidak berbicara sama sekali membuat Kamila heran.

"Sin," panggil Kamila, sedangkan ia masih dalam menelungkupkan wajahnya.

"Sin!" panggil Kamila lagi dengan suara yang kencang.

Kamila mengernyitkan dahinya lalu dengan kesal ia bangun dan menatap Sina... Atau lebih tepatnya menatap Aldi, cowok asing yang mengambil tempat duduknya tadi.

Mereka saling bertatapan, melemparkan ekspresi bingung dan heran. Kamila dulu yang berbicara.

"Kenapa lo disini?" tanya Kamila, dahinya mengkerut.

"Duduklah," jawab Aldi kelewat santai untuk Kamila yang sudah badmood.

Kamila memberikan tatapan tidak sukanya. "Gue tau lo duduk. Maksudnya, ini kan bangku Sina," jelas Kamila dengan penuh penekanan.

"Oh."

Kamila terdiam, hanya itu tanggapannya? Setelah ia berusaha mengendalikan emosinya, cowok di depanya itu malah menyulut emosinya lagi, dan lebih besar.

"Ck!" decak Kamila lalu ia memutar kepalanya sekeliling, mencari sosok Sina.

Akhirnya ia menemukan Sina sedang tidur di bangku paling sudut, membuat Kamila berdiri dan mendekati sahabatnya itu. Kamila mengguncang tubuh Sina dengan sesekali memanggil namanya.

"Sin."

"Sin!"

Kamila mengguncang tubuh Sina lebih kuat.

"Sina! Bangun deh!" kesalnya.

Sina mendongakkan kepalanya, dengan wajah kesal yang kentara. "Napa sih?!" Rutuk Sina.

"Kenapa lo nggak duduk disana? Balik gih," Suruh Kamila.

Sina mengedikkan bahunya. "Ku malas akan kebacotanmu," balas Sina dan kembali menelungkupkan wajahnya, lelah menghadapi Kamila.

Kamila menahan tawa mendengar itu, ia mengembungkan pipinya berharap gelak tawa tidak keluar dari mulutnya.

"Bodo amat, gih balik!" bujuk Kamila namun ditanggapi gelenggan ringan oleh Sina, membuat Kamila tidak bisa membujuk Sina lagi dan kembali duduk ditempatnya.

Saat Kamila hendak kembali duduk, ia melihat Aldi merogoh isi tasnya mencari sesuatu yang membuatnya seperti linglung. Kamila awalnya tidak mau bertanya tapi mulutnya memang beda dengan pikirannya.

"Nyari apa?"

"Hah?" bingung Aldi menatap Kamila.

Kamila memutar kedua bola matanya, "Nyari apaan sampe ngerogoh tas segitunya."

Tangan Aldi tertarik ke arah lehernya yang tidak gatal sedikit pun dengan wajah berusaha menutupi sesuatu. "Oh, bukan... Nggak ada kok," jawab Aldi gugup.

Melihat itu Kamila merasa curiga. Ia tidak suka dibuat penasaran seperti ini. Dengan berlagak santai, Kamila menanggapi Aldi, padahal tatapannya tidak berpaling dari Aldi. Melihat Aldi yang krasak-krusuk terus membuat Kamila resah sendiri, ia pun menatap hal lain, dari pintu kelas, jendela, buku, sepatunya dan ... Gotcha! Di dekat sepatunya ada sebungkus rokok. Kamila dengan gaya santai mulai memainkan drama dengan menjatuhkan penanya.

"Duh jatuhkan," katanya yang mana sebagai aktingnya agar bisa mengambil bungkus rokok itu.

Dengan cepat Kamila menyelipkan bungkus rokok itu di kantung roknya dan bersikap biasa-biasa saja. Aldi? Tentunya ia tidak tau, mau dilihat bagaimana pun ia masih mencari di tas dan kolong mejanya.

Tring!

Itu bunyi bel, menandakan istirahat. Kamila langsung berdiri dan meninggalkan kelas dengan cepat bahkan dicurigai oleh Aldi. Kamila menuju kelas Alfa dan akan menceritakan hal rokok itu pada Alfa. Siapa tau itu bisa menjadi topik pembicaraan, kan?

Kamila melihat Alfa yang baru keluar dari kelasnya bersama teman-temannya. Tidak tunggu lama, Kamila sudah berada di samping Alfa dan memberikan Alfa senyum manisnya.

Alfa terkejut melihat Kamila sudah berada di sampingnya tiba-tiba. "Ngapain?" tanya Alfa.

"Mila mau cerita hehe."

Teman-teman Alfa memberikan mereka ruang dengan berjalan lebih cepat ke arah Kantin.

"Cerita apa?" tanya Alfa terlihat tidak tertarik.

Kamila menatap sekeliling dengan was-was. "Ada anak baru bawak rokok, duduk di samping Mila. Tapi rokoknya jatuh, yaudah Mila ambil deh. Ini, di kantong rokoknya," terang Mila dengan menunjuk kantong roknya.

Alfa terlihat geram, ia menarik Kamila ke taman sekolah dan meminta Kamila memberikan kotak rokok itu padanya.

"Lah kenapa? Alfa mau merokok?" tanya Kamila tidak senang.

Alfa menggeleng. "Bukan, mau dimusnahin tuh rokok, ntar ada razia lo yang kena," jelas Alfa dan ia sungguh peduli dengan Kamila.

Kamila menimang tapi akhirnya memberikan rokok itu pada Alfa. Alfa mengambil rokok itu lalu membuang rokok itu di kotak sampah.

"Yaudah, yuk ke kelas lo," ajak Alfa.

Hal itu membuat Kamila bingung. "Untuk apa?" tanyanya.

"Biar lo jauhin tu cowok, udah keliatan gak bener," omel Alfa dan ia terlihat tidak suka.

"Tapi bukannya lo duduk sama Sina?" lanjut Alfa.

Kamila menggeleng. "Katanya gak mau duduk sama Mila. Katanya kumalas dengan kebacotanmu hehe," kekeh Mila membuat Alfa sedikit tersenyum.

"Makanya jangan cerewet," sindir Alfa.

"Nggak kok, cuman suka ngomong aja," balas Kamila.

Alfa menatap Kamila datar. "Ya, Itu sama aja, bodo!"

"Yaudah yuk ke kelas," ajak Alfa lagi dan diangguki oleh Kamila.

Mereka berjalan seiringan sampai menuju kelas Kamila dan tidak mendapati anak baru--Aldi di kelas. Sina juga tidak ada, Kamila menatap Alfa dengan ekpresi tanda tanya.

"Yaudah, nanti aja pulang sekolah," sahut Alfa dan dibalas anggukan oleh Kamila.

"Lo mau kekantin?" tawar Alfa.

"Nggak ah, mau nyari Sina aja," jawabnya dan diangguki oleh Alfa. Alfa langsung saja pergi ke kantin.

Kamila menyusuri koridor sekolah untuk mencari Sina, karena ini jam istirahat pertama jadi tidak mungkin kalo Sina kekantin, sahabatnya itu malas makan dan akan ke kantin kalo udah jam istirahat kedua atau pas jam belajar berlangsung.

Saat ia berjalan ke arah gerbang sekolah ia tiba-tiba dikejutkan dengan Aldi yang menghentikan perjalanannya.

Muka Aldi masam, ia terlihat kesal. "Mana?"

"Apa?" tanya Kamila heran.

Aldi mendengus. "Rokok gue?"

Kamila gelagapan. "Ro-rokok apaaan? Mana gue tau, lagian gak boleh bawa ke sekolah, gue juga nggak merokok kok minta sama gue," balas Kamila dengan gugup.

Aldi menatap mata Kamila namun gadis itu menatap hal lain, tidak berani menatap mata Aldi.

"Bohong lo, kan."

Kamila mendelik. "Ng-enggak, gue beneran gak tau, lagian rokok apaan sih," bantahnya.

Aldi menarik tangan Kamila kuat membuat Kamila tersentak. Aldi membawanya ke tempat sepi, belakang labor biologi. Setelah sampai, Aldi menghentakkan tangan Kamila kasar.

"Ish! Sakit tau!" Ringis Kamila.

"Mana, balikin," minta Aldi.

Dengan mengusap pergelangan tangannya, Kamila menjawab dengan takut-takut. "Udah dibuang," lirihnya tanpa berani menatap Aldi.

"Apa?" tanya Aldi ulang, tidak terlalu dengar.

"Udah dibuang."

"Sialan!" umpat Aldi membuat Kamila kaget.

Kamila menatap Aldi takut. "Lagian, gak boleh bawa rokok apalagi ngerokok." Kamila sedikit mengingatkan Aldi tentang peraturan sekolah karena mungkin saja Aldi tidak tahu peraturan sekolahnya yang ia tempati saat ini yaitu tidak boleh membawa rokok ke sekolah. Lagian Kamila tidak tahu bagaimana sekolah Aldi sebelumnya, siapa tau berbeda.

"Bukan urusan lo."

"Tapikan itu peraturan untuk semua warga sekolah," balas Kamila polos membuat Aldi tambah kesal.

"Argh!" setelah menggeram, Aldi meninggalkan Kamila sendiri.

"Dasar! Dikasih tau malah ngeyel! Rokok gak baik untuk kesehatan tau!" teriak Kamila saat Aldi sudah agak jauh darinya.

"Bodo amat dan bukan urusan lo!" balas Aldi yang ternyata mendengar ucapan Kamila.

"Ck, bego sih." gumam Kamila, lalu berjalan mengikuti Aldi dari belakang.