webnovel

Bab 2. Anak baru

Kamila mengoleskan masker ke wajahnya, sembari mengobrol dengan Sina yang sudah berada di rumahnya malam-malam. Katanya ingin menginap tapi, entah itu alasan yang benar atau hanya untuk mengintrogasi Kamila perihal Alfa.

"Jadi tadi gimana lo pulang?" tanya Sina berusaha sesantai mungkin.

Kamila yang sudah menyelesaikan maskernya menatap Sina bahagia. Ia yang tadinya berada di meja rias kini dengan cepat naik ke atas kasur dan duduk di samping Sina, membuat kasur itu berguncang dan makanan ringan yang berada di atas kasur itu berserakan.

"Lo nggak akan percaya deh, tadi Alfa baik banget! Pengertian! Ah! So sweet deh!" cerita Kamila kelewat senang.

Sina menggaruk lehernya. "Lo nggak bohongkan? Dia beneran jemput lo kan?" Sina benar-benar ingin memastikan apa yang terjadi dan ragu akan Kamila.

Kamila pun mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sembari berkata, "Suwer! Gak bohong!"

Sina awalnya tidak yakin tapi melihat muka Kamila berseri-seri akhirnya membuatnya percaya. "Yaudah deh, bagus kalo begitu. Tapi lo harus tanya Alfa besok, apa bener dia boncengin cewek?"

Kamila terlihat berpikir. Kenapa ia tidak menanyakannya tadi? Tapi itu tidak penting karena Alfa tidak mungkin menyelingkuhinya. Itulah yang diyakini oleh Kamila.

"Ntar deh nanyanya, lagian gak mungkin juga," balas Kamila sembari menunjukan senyum sombongnya.

"Ck! Tanya aja dulu, jangan terlalu percaya sama Alfa deh Mil, nanti lo bego."

Kamila kaget, apa hubungannya dengan bego?

"Maksudnya?"

"Ntar lo mudah dibego-begoin sama dimanfaatin. Mau lo?"

Wajah Kamila berubah kesal. "Nggak! Alfa gak pernah tuh begoin gue, apalagi maanfaatin. Emang apa yang bisa dimanfaatin dari Mila?"

Sina langsung tertawa. "Bener juga, lo kan gak ada kelebihan yang bisa dimanfaatin, haha."

Kamila merengut, ia mengambil bantal yang berada disisinya dan langsung memukul Sina dengan bantal itu. "Sina rese!" kesal Kamila.

Sina mengaduh, ia ikut membara dan mengambil sebuah bantal untuk digunakan membalas Kamila. "Rasain nih! Enak?" ejek Sina setelah melayangkan dua pukulan.

"Ih! Gak enak tau!" balas Kamila lalu memukulkan bantalnya pada Sina yang disambut pukulan bantal juga oleh Sina.

Kamila duluan yang kelelahan dan alhasil mereka memberhentikan pertarungan bantalnya. Sina tampak masih kuat dengan bantal yang ia papah di pundaknya sedangkan Kamila sudah berbaring pasrah.

"Lemah sih!" ejek Sina dan mendapatkan tatapan marah dari Kamila.

"Enggak tuh! Cuman ngalah doang, kasian sama yang jomblo, tersakiti terus," balas Kamila yang sukses membuat Sina panas sampai keubun-ubun.

"Minta dihajar nih anak, rasain nih!" Sina kembali memukul Kamila dengan bantal.

Kamila tertawa sembari berkata "Udah! Capek Sin! Hahaa!"

"Bodo amat!"

•••

Kamila menuruni tangga dengan cepat dan memasuki ruang makan. Disana telah duduk Sina, mamanya, dan ayahnya. Kamila mengambil tempat di samping Sina.

"Maaf lama," Cicit Kamila, cengengesan.

Kamila merebut Roti yang sedang dioles Sina, membuat sahabatnya itu geram. "Suka banget sih ngerebut punya orang," sindir Sina dan diiyakan oleh mamanya Kamila.

"Abis, kalau Sina yang ngolesin coklatnya banyak. Hehe," balas Kamila, membela diri.

"Serah deh, Mil." Sina mengambil sehelai roti lalu mengoleskan kembali coklat keatas rotinya.

Kamila melihat jam yang 15 menit lagi akan membuat mereka terlambat sekolah. Oleh karena itu, Kamila meneguk jusnya cepat lalu menarik tangan Sina yang sibuk mengoleskan selai.

"Buruan Sin, entar telat!" pekik Kamila histeris.

Sina gregetan. "Yang bikin telat siapa? Ntar deh, gue mau makan dulu."

"Tapikan bisa dimobil, yuk pergi. Takutnya, entar pak kumis yang jaga di depan gerbang," kata Kamila yang mana pak kumis adalah guru teladan yang bikin semua murid takut.

Sina langsung menatap Kamila cemas. Dengan cepat ia berdiri dengan roti di tangan kirinya. Iangsung menyalami orang tua Kamila yang mana sudah seperti orang tuanya sendiri.

"Pergi dulu ya tan, om." pamit Sina.

"Ma, pa, Mila pergi dulu ya!" pamit Kamila juga.

"Hati-hati bawa mobilnya ya Sin, Mil." peringat mama Kamila yang dibalas anggukan cepat oleh mereka berdua.

Tidak sampai 10 menit mereka telah sampai di sekolah, itupun dengan ngebut dan untung saja jalanan hari ini tidak macet sehingga memudahkan mereka kali ini.

Kamila yang pertama keluar mobil karena ia melihat sosok Alfa yang sedang membuka helmnya. Tanpa menunggu lagi, Kamila langsung menghampiri Alfa, meninggalkan Sina yang menatap datar tingkah Kamila yang tidak tahan jika melihat Alfa.

"Alfa!" panggil Kamila.

Alfa yang melihat Kamila mendekatinya, mulai memutar bola matanya dengan dramatis. Pagi-pagi sudah membuat gendang telinganya sakit.

"Iya, napa?" tanya Alfa saat Kamila sudah berada di depannya.

Kamila tersenyum lebar. "Masuknya barengan ya," pinta Kamila.

"Nggak!" jawab Alfa ketus.

Kamila langsung merengut. "Kenapa?" tanyanya dengan nada sedih.

"Lo berisik."

Kamila menggeleng kuat bahkan sampai rambut yang ia kuncir kuda ikut terombang-ambing.

"Nggak bakal, janji!"

"Bodo amat! Itu ada Sina, mending temenin Sina, kasihan dia sendirian. Gue duluan ya, bye!" ujar Alfa dan meninggalkan Kamila yang kini merengut kesal.

Kamila menghentakkan kakinya kesal. Perubahan sikap Alfa sangat signifikan, belum sehari, sikapnya sudah berubah. Kalau begitu, kapan mereka bisa jadi pasangan normal seperti yang lainnya? Bahkan ia sudah lupa rasanya pacaran dengan normal.

Sina mendekati Kamila yang menatap punggung Alfa tidak terima. "Udah deh Mil. Cowok kek gitu gak pantas diperjuangin," celetuk Sina membuat Kamila semakin badmood.

"Sina Jahat, nyebelin ih!" ketus Kamila lalu berjalan duluan meninggalkan Sina yang hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya.

Kamila masuk ke dalam kelas dengan mood yang buruk dan mendapatkan seorang cowok duduk di kursinya, membuatnya semakin kesal.

"Awas!" ketus Kamila.

Cowok itu hanya menatap heran, apa maksud gadis di depannya ini bersikap kasar padanya?

Kamila semakin kesal karena cowok itu tidak mengindahkan perkataannya. "Dibilangin awas, itu kursi gue. Cari tempat lain gih!" gerutu Kamila membuat cowok yang berada di sampingnya itu pindah ke kursi tepat di samping Kamila yang mana milik Sina karena tidak tau mau duduk dimana lagi.

Kamila tidak peduli yang penting ia duduk saat ini dan mendengarkan lagu favoritnya sembari menelungkupkan wajahnya di atas meja. Cowok di samping Kamila itu hanya mengedikkan bahu tidak peduli, cewek saat ini memang bar-bar, menurutnya.

Sina memasuki kelas dan menemukan tempat duduknya sedang di duduki anak baru. Sina langsung mendekat.

"Anak baru ya?" tanya Sina.

Cowok itu mengangguk. "Ini pasti kursi lo?" tebak cowok itu.

Sina mengangguk. "Nggak apa-apa, lo duduk aja disini. Gue lagi malas duduk sama bocah labil!" sindir Sina agak keras supaya Kamila mendengarnya, tapi sayangnya volume earset-nya sangat kencang membuat dia tuli dengan sekelilingnya.

"Btw, gue Sina," ujarnya mengenalkan diri dengan tangan yang ia sodorkan pada cowok itu.

Cowok itu berjabatan tangan dengan Sina dan menjawab dengan senyuman, "Gue Aldi."

Mereka melepaskan jabatan mereka dan Sina berkata, "Semoga lo betah sama tu bocah labil." yang dibalas kekehan canggung oleh Aldi.

"Emang labil sama bar-bar keknya," batin Aldi sembari melihat Kamila.