Vina Plot -
"bu vina.. Ibu sudah siuman?", suara yang kudengar pertama kali saat aku membuka mata.
"ehm..", aku ingin menjawab, tapi hanya itu yang keluar dari mulutku. Selang oksigen masih terpasang dihidungku. Aku membuka mataku. Ruangan tempat aku berada sekarang, dibatasi oleh gorden berwarna biru, hanya pas untuk satu tempat tidur dan space untuk perawat atau dokter.
"bu vina, apa ada terasa pusing dan mual?"
"ga ada..", jawabku pelan.
"baik bu.. Ibu vina, operasi ibu sudah berhasil! sekarang ibu sedang berada diruang observasi. Ruang pemulihan untuk pasien pasca operasi. Saya akan melihat perkembangan ibu. Setelah tidak ada masalah, saya akan menginformasikan kepada dokter yang bertanggungjawab, dan ibu sudah bisa kami pindahkan ke ruang perawatan. Jika ibu merasa pusing, mual, atau sakit, segera beri tahu saya. Saya akan ada disini sampai ibu bisa dipindahkan ke ruang perawatan, jadi ibu jangan khawatir dan bisa istirahat dulu sekarang..", perawat itu duduk disamping kananku. Aku tak dapat melihat apa yang dia lakukan, karena aku masih cukup letih untuk banyak bergerak.
Tak ada rasa pening, mual atau pusing ditubuhku. Aku rasa, aku tidur cukup lama dan aku masih ingin tidur. Sepertinya tubuhku lelah
Tapi....
"suster..", panggilku
"iya bu vina, apa ada yang ibu butuhkan atau rasakan sekarang?"
"suami saya.. "
"ibu mau bertemu suami ibu?"
"ehm.."
"baik, bu vina. Akan saya panggilkan. Tapi, karena ini ruang observasi, suami ibu tidak boleh terlalu lama di dalam sini.", perawat itu berdiri dan meninggalkan bilik setelah memberikan aku pengarahan.
Sudah sejak tadi siang aku ingin bertemu suamiku. Masih ada rasa kesal dihatiku dengannya! Dia menghilang disaat aku membutuhkannya. Bahkan, saat aku sudah dipintu ruang operasi, di operasi pertamaku, aku tak melihatnya disana.
Krek
Seorang menarik tirai, dan memasuki bilik observasiku.
"vina sayang..!!", suara menyebalkan itu akhirnya tiba!!! Arghhhh... Aku sungguh kesal, karena aku juga merindukan suara itu!!!
Dia memegang tangan kananku, mencium keningku, dan duduk disampingku. Wajahnya terlihat kelelahan, rangga memakai pakaian hijau seperti dokter dalam ruang operasi tadi. Rambutnya juga ditutup.
"rangga.."
"iya, aku disini sayang. Jangan banyak bicara.. Kau harus istirahat.", katanya lagi.
Beberapa saat kami hanya saling diam. Tapi hatiku sangat nyaman.. Aku memejamkan mataku, walaupun tak tidur. Rangga masih memegang tanganku menciumi tanganku,, dengan tangan satunya kadang mengelus wajahku. Moodnya kini terlihat bagus. Hah.. Pshyco! Tadi pagi dia hampir membunuhku. Sekarang dia sangat manis!!
"ehm.. "
"vina, istriku sayang.. Kamu jangan banyak gerak dulu, jangan banyak bicara dulu. Aku ga akan kemana-mana. Tidurlah.", pintanya kepadaku.
Sebenarnya.. Aku sangat marah dengan rangga. Tapi, kedatangannya disini, membuat hatiku terasa tenang. Rasa hancur saat tak melihatnya dalam beberapa jam, seakan hilang menguap begitu saja. Ada rasa yang aku juga ga tau bagaimana mengungkapkannya. Melihatnya disini, seperti ini, rasanya begitu hangat. Walaupun yang kuinginkan sekarang, berada dipelukannya.. Tapi, begini juga gapapalah, hihi.. Aku senang bisa bersamanya lagi.
Flashback on
Aku masih teringat bagaimana tadi siang. Aku begitu panik dan merasa sendirian. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, mereka melakukan berbagai macam tindakan. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan diriku, tapi tak ada jawaban. Hanya.. Ada kata "Mohon tenang bu vina." Selalu seperti itu, tak ada yang memberikan aku jawaban pasti dan menenangkan hatiku.
Aku terus bertanya, dimana suamiku. Aku memanggil suamiku, meminta mereka semua memanggilkan suamiku, tapi ga ada satupun yang membawanya kepadaku, walaupun aku sudah memohon dan menangis.
"vina, tenangkanlah dirimu!", airin datang menemuiku.. Akhirnya, ada seseorang yang aku kenal menghampiriku.
"dimana rangga? Bawa dia padaku, aku mohon..", pintaku pada airin. Tapi dia hanya diam saja. Tak ada jawaban darinya. Berkali kali aku meminta. Tapi tak ada jawaban.
"kumohon airin.. Bawa rangga padaku..", saat itu, aku menangis didepannya dan kepalaku sangat sakit.. darah mengalir dari hidungku cukup banyak.
"vina, tenangkanlah dirimu! Aku mohon... Jangan memperburuk kondisi tubuhmu..", bujuk airin
"bawa rangga kepadaku, aku mohon..", aku memegang tangan airin.. Dan kali ini, dia terlihat sangat mengasihaniku... Sejujurnya, sulit bagiku untuk jauh dari rangga sekarang. Beberapa hari aku bersamanya, aku merasa sulit tanpa rangga
"baiklah, aku coba menghubunginya lagi!!"
"a,,apa maksudmu airin? Rangga tak disini?", airin hanya menatapku sebentar, tak menjawab. Tapi aku sadar, tadi dia bilang akan mencoba menghubungi rangga. Aku tidak bodoh dalam tata bahasa indonesia. Kata kata itu, berarti rangga ga ada disini.. Ga ada dirumah sakit ini, dia pergi.. Rangga pergi ninggalin aku!!!
Saat itu tangisku semakin kencang.
"aku hanya ingin rangga, aku mohon.. Bawa dia padaku.. Hwaaawa... "
"vina, aku mohon.. Kuasai dirimu.. Jangan seperti ini.. berhentilah menangis!! Lihat aku, vina, lihat aku dulu!! Vinaaaa", airin memaksaku melihatnya. Dan aku menatap matanya. Dia terlihat sangat panik dan khawatir padaku.
"vina, dengarkan aku, rangga ada, dia pasti kembali. Saat ini, aku yakin bocah ber EQ rendah itu sedang pusing sendiri mengingat makianku!", airin menjelaskan.
"kk..kau memarahi rangga?"
"tentu saja, adikku itu sangat bodoh! Sekarang, tenangkan dirimu, jangan bahayakan kesehatanmu demi si bodoh itu!"
"tta..pi.. Ini semua bukan salah rangga!", aku menangis lagi.. "dia tidak bersalah, airin.. Ini semua kesalahanku.. Kumohon, carilah rangga untukku.. Aku ga ingin mereka saling memukul karena salah paham!", aku memegang tangan airin, memintanya untuk membantuku
"apa maksudmu, vina?", tanya airin
"a..aku tadi melarikan diri dari rangga.."
"aapaa???"
"aku pergi bersama dennis, karena aku kesal dengan sikapnya yang berubah tanpa ada penjelasan. Aku pergi melalui pintu mobil tempat rangga keluar, saat rangga sudah turun dari mobil ingin membuka pintu mobil disampingku."
"bagaimana bisa kau pergi dengan semua penjagaan yang dibuat rangga?", airin terlihat kebingungan
"kakak tiriku ada disana, diseberang mobil rangga. Dia baru saja mengantar pacarnya bekerja. Pacarnya, adalah karyawan dikantor rangga.. Aku pergi menaiki motornya!", mataku menatap airin saat itu.. "Kumohon airin, rangga sudah memukuli dennis sampai terjatuh, aku ga mau mereka saling bunuh karena salah paham!", tangisku masih belum berhenti.
"baiklah, akan ku cari adikku yang bodoh itu! Kau jangan khawatir, kalau aku tak dapat menemuinya, sandy pasti bisa menemuinya!", jawab airin.
"airin, apa dia aka pergi meninggalkanku, dan kembali pada wanita yang menjambak kepalaku?"
"maksudmu cindy?"
Aku mengangguk.. Sejujurnya, ini yang paling aku takuti.. Rangga meninggalkanku dan kembali pada cindy. Aku.. Lebih memilih mati daripada harus melihatnya bersama wanita itu.
Airin tertawa dan geleng-geleng kepala melihatku
"vina, tenangkan dirimu!"
"bagaimana aku bisa tenang kalau rangga ga ada disini?!", tanyaku mulai panik
"percayalah padaku, rangga sudah melupakan wanita itu! Dan kini, adikku sudah menjadi bodoh karenamu!", tawa airin terlihat diwajahnya, yang membuatku sedikit tenang.
"sekarang, kau sebaiknya melupakan rangga sejenak. Dengarkan aku, kita akan melakukan operasi besar dikepalamu, untuk mengeluarkan gumpalan darah akibat yang dilakukan si bodoh itu! Jadi, jangan lagi kau memikirkannya! Tolong vina, jangan buat dirimu stress karena rangga! Aku dan tim dokter membutuhkanmu dalam kondisi siap untuk menjalankan operasi. Jangan khawatirkan rangga. Sejauh apapun dia pergi sekarang, dia pasti kembali padamu. Hatinya sudah menjadi milikmu. Percayalah padaku..."
Kata-kata airin, membuat hatiku sedikit tenang..
Dreeet dreeet dreeet
Handphone airin bergetar, dan dia tersenyum.
"Lihat, vina! Dia menelponku! Kita akan membuat sedikit drama dengan si bodoh ini!", airin menjelaskan sebelum mengangkat teleponnya.
"halo, dimana kau????", airin me-loud speaker sehingga aku bisa mendengar suara diujung sana.
"aku di source minning company."
"apaaaaa? Apa kau gila??? Istrimu sekarat kau..."
"airin diaaaaam!", suara rangga terdengar sangat marah saat ini.
"dengarkan aku kali ini!", rangga diam sejenak
"lakukan apapun yang terbaik untuk istriku, tenangkan dia untukku, ada yang harus aku lakukan disini untuk melindungi istriku, aku mohon, aku percayakan dia padamu.. Aku akan kembali sesegera mungkin kesana setelah masalah ini kuselesaikan dan aku yakin istriku dan perusahaannya aman!", suara rangga bergetar, seperti menahan tangis.
"tolong.. Aku mohon padamu, jaga vina untukku..", dan dia menangis.. Akupun ikut menangis. Ingin sekali aku memeluknya saat ini. Ada apa dengannya? Ada masalah apa dengan hidupku dan perusahaan?
"baiklah, rangga! Kau lakukan tugasmu, aku akan lakukan yang terbaik untuknya. Operasi akan berlangsung setelah aku menandatangani surat kuasa. Paling cepat, ini akan selesai dalam delapan jam. Berdoalah rangga.. Semoga takdir masih menjadikan kalian berjodoh!",
Klik
airin menutup teleponnya, dan.. Dia tertawa. Sangat lepas dan terlihat senang. Apa dia tidak tahu, kalau rangga pasti sedih mendengar perkataannya itu? Kakak macam apa dia, bermain-main seperti ini dengan perasaan adiknya seperti itu? Bahkan dia tidak memperdulikan sakitnya hatiku mendengar rangga menangis seperti itu... Oh tuhan.. Kini aku merasa bersalah dengan suamiku, andai aku ga pergi dengan dennis.. Rangga ga akan menangis seperti itu! Tapi.. Hatiku juga kesal diperlakukan bagai kursi kosong olehnya.. Entahlah.. Perasaanku campur aduk saat ini.. Mungkin perasaan dan hatiku baru akan tenang bila rangga disini memelukku.
"vina, kau dengar, kan? bagaimana si bodoh itu sangat khawatir padamu?", airin memegang tanganku setelah tawanya berhenti. Dia mencoba memberikan penjelasan dan menenangkanku.
"tapi dia menangis airin..", dan aku coba membela rangga.. Suamiku sangat panik dengan kondisiku, bagaimana aku tidak menangis melihatnya begitu???
"hey... Jangan khawatir, vina!", airin menghapus air mataku dengan tangannya.
"kau jangan khawatir, adikku yang bodoh ga akan melukai dirinya sendiri! EQ nya memang jongkok, tapi IQ nya sangat tinggi! Sekali-kali, kau harus memberinya pelajaran seperti ini, supaya dia ga cemburu buta lagi padamu! Hihi..."
"apa dia juga seperti ini pada wanita itu?", Tiba-tiba aku ingin menanyakan ini pada airin
"maksudmu cindy?", airin bertanya
Aku mengangguk. Tentu saja aku enggan menyebut nama wanita itu!
Airin menggeleng
"rangga tidak seperti itu dengan cindy!", airin tersenyum. "Cindy ga terlalu menyukai rangga, dia sangat mencintai karirnya. Dia wanita ambisius, yang sangat mengejar uang dann ketenaran!", airin diam sejenak, "cindy sangat pandai mempermainkan kebaikan hati rangga. Dia tidak mencintai rangga, kecuali hartanya! Untungnya, Cindy hanya tau rangga dari keluarga cukup berada, tapi sepertinya dia berpikir masa depan rangga suram! bekerja dibengkel kecil dan kost di apartemen dengan biaya dari orangtuanya. Itulah kenapa dia meninggalkan rangga! Dia bahkan mengusir rangga saat rangga menemui cindy di apartemennya yang sedang bersama jeremy, kekasih cindy. Andai dia tahu siapa rangga, kekayaan yang dimilikinya, dan kehidupan glamour yang bisa diberikan rangga, adikku pasti sudah terjebak dengannya seumur hidup! Aku bersyukur rangga menemukanmu!", airin tersenyum, dan memelukku.
"baiklah, cukup drama untuk hari ini! aku akan menandatangani surat persetujuan untuk operasimu. Persiapkan dirimu!",
Aku mengangguk.
Airin pergi keluar untuk mengurus operasiku. Saat itu, kepanikanku sudah berkurang. Dan hatiku sedikit tenang walaupun aku ga melihat rangga. Suaranya, sudah menentramkan hatiku. Hanya saja, aku kembali melow dan memang menangis saat memasuki ruang operasi tanpa suamiku.. Hatiku sangat takut.. Takut kalau aku ga akan bangun lagi dan ga akan pernah melihatnya lagi..
Flashback off
"vina.. Vina sayang, kenapa menangis?", rangga mengusap air mata yang mengalir dipipiku.
Aku membuka mataku.. Tadi, Mataku masih terpejam, walaupun aku memang ga tidur. Otakku terus memikirkan kejadian tadi siang, sampai menitikkan air mata.
"rangga..",
"iya sayang, kamu jangan nangis ya, aku kan udah disini!", rangga coba menenangkanku, tapi butiran air mata ini justru semakin deras karena sikapnya sekarang.
"sayang udah dong jangan nangis lagi....", rangga mulai panik
Krek
Tirai terbuka
"pak rangga, mohon maaf, tidak bisa berlama-lama diruang observasi, mohon bapak menunggu diluar.", perawat datang untuk mengusir rangga.
No..no.. Aku ga akan biarkan. Aku pegang tangan rangga makin kencang dengan semua tenagaku yang tersisa.
"rangga, no... Yang, please noooooo...!", kataku dengan memaksakan diriku berbicara sekencang mungkin yang aku bisa.
"vina sayang.. ",
"please yang.. Please.. Hwaaa.. Jangan pergi", aku ga mau rangga pergi, aku ga mau melepaskan tangannya.
"suster, saya tetap disini!"
"taaa..pi pak...!"
"saya tidak akan meninggalkan istri saya!"
"prosedurnya..."
"pergilah! Saya akan menjaga istri saya!"
"mm.. Pak Ra.."
"sudah, biarkan saja, suster! Percuma berdebat dengannya, suruh dia lakukan apa yang harus kamu lakukan!", airin datang dan memberikan izin untuk rangga tetap tinggal.
"apa yang harus kulakukan?", tanya rangga sepertinya dia kebingungan
"katakan apa tugasmu padanya!", perintah airin
"saya harus menggantikan baju ibu vina, pak.. Lima menit lagi, ibu vina bisa kembali ke ruang perawatan!"
"baiklah, berikan padaku!"
Suster itu memberi baju kepada rangga, dan kemudian berpamitan
"vina, kondisimu tidak ada masalah, kamu bisa beristirahat diruang perawatan sebentar lagi. Rangga akan menemanimu. Dan aku akan kembali besok pagi. Tugasku hari ini sudah selesai. Kalau ada apa-apa, hubungi dokter jaga diruang perawatan." airin menjelaskan kondisiku saat ini
Rangga membuka selimutku, dan melihat kedalam dan menutupnya lagi
"airin, kenapa istriku tidak memakai sehelaipun benang??", kali ini nada suaranya sangat marah
"dek, apa kau bodoh?? Tadi vina menjalani operasi!", suara airin pelan, seperti berbisik.
"apa tidak bisa dipakaikan baju? Kan yang dioperasi kepalanya!!!", kali ini aku menyesal menyuruhnya tetap tinggal diruang observasi.. Mungkin airin benar.. Suamiku memang ber EQ rendah.. Aku ingin memberi pengertian padanya, tapi sulit untukku berdebat sekarang.
"dek, mana ada operasi pakai baju??"
"lalu.. Dokter.. Dokter yang menanganinya?", rangga terdiam.. "airin, apa ada dokter pria? Dia.. Melihat istriku tanpa busana! Apa-apaan ini! Kenapa kau berbuat begitu padaku??? Dia istriku, kak!!!!"
"rangga, kami dokter profesional, bukan berotak mesum sepertimu! Sudah, aku mau pulang!!"
"kau mau pulang? Tapi aku be...",
"rangga, ini sudah larut malam. Hampir jam dua belas.. Kasihan jeje dan lily. Mereka hanya tinggal bersama pengasuh. Sandy tidak pulang, masih ada kerjaan yang harus dia lakukan! Arggghh.. Ini semua karena kau!!", airin tampak kesal ke rangga dan rangga hanya diam membiarkan airin pergi. dia sendiri, masih berdiri mematung, dengan mukanya yang masih terlihat bodoh menatap baju ditangannya.