Dreeet Dreeet Dreeeet
Suara getaran handphone dikantong rangga. Tapi dia masih diam mematung.
"yaaang!!", panggilku
"ii..iya sayang!!", barulah dia mendekat kearahku dan tidak lagi memandang baju.
"handphone..."
Rangga yang menyadari handphonenya bergetar, merogoh kantong celananya, dan melihat nomor si penelpon
"halo?"
(dia menunggu balasan di ujung sana)
"biarkan, tapi suruh orang terbaikmu terus memantau! Laporkan padaku semuanya!"
Klik
Rangga menutup telepon, dan tatapannya terlihat marah
"yaaaang.."
"eh, iya sayang?", dia seperti banyak pikiran dan kurang konsentrasi.
"baju..."
"oooh, iya.... ", rangga melihat baju ditangannya, mencium keningku, dan mulai untuk memakaikannya.
Tapi, dia terlihat kebingungan.
"yang, ko ga ada underwear?", tanyanya. Ingin sekali aku mencubit pinggangnya.. Kenapa dia jadi se-absurb ini???
"yaaang.."
"ii..iya??"
"pakein aja!!"
Rangga mengerti maksudku, dia mulai memakaikannya sekarang. Tapi ada aja yang dibahasnya.
"sayang kamu pakai cateter?"
"aku ga tau yang.. Masa?"
"iyaa, terus ada selangnya, langsung dipake aja ini celananya?"
"iiyaaa yang..."
"jadi, aku selipin ke atas ya, selangnya"
"iyaa..",
"kasih tau aku, kalau sakit, ya.."
"iyaaaa.."
Rangga mulai memakaikannya. Tapi, Haduuuuh.. Aku sekarang beneran nyesseeel... Harusnya aku lepasin rangga tadi keluar! Gimana aku mau istirahat kalau banyak banget pertanyaannya begini. Untungnya, waktu memakaikan baju, dia ga terlalu bingung.
"sudah sayang! Mmmuaah!", rangga mencium keningku.
Lalu memegang tanganku seperti sebelumnya.
"permisi, pak rangga... Bu vina mau dipindahkan ke ruang perawatan sekarang. Kami mau mendorong tempat tidurnya.", perawat itu memberi pengarahan.
Kemudian, dua orang perawat, satu wanita dan satu pria mendorong ranjangku menuju ruang perawatan. Rangga mengikuti dibelakang mereka, sehingga posisiku yang duduk menghadap belakang. Masih bisa melihat rangga.
Sesampainya dikamar perawatanku, perawat wanita membuka pintu kamar, dan berjalan masuk. Mendekatkan tempat tidur ini ke tempat tidur diruangan ini, untuk memindahkanku
"tunggu!!! Kau mau apa?"
"memindahkan istri bapak ke ranjang ini...", perawat pria itu tampak kaget dengan pertanyaan rangga.
"aku saja..!"
Rangga menggendongku, perawat pria mendorong tempat tidur dari ruang observasi, lalu kembali memegang infus, dan perawat wanita menyanggah kepalaku. Kemudian dia menaruh kepalaku diatas bantal, barulah rangga menaruh tubuhku.
"baik, selamat beristirahat, ibu vina, kalau ada apa-apa, bel yang ini bisa dipencet." perawat wanita menunjukkan bel yang dimaksud."
"baik, terima kasih!", rangga menjawab.
"bapak rangga! Kami permisi.."
"terima kasih!", jawab rangga. Kemudian duduk kembali disamping kananku, dan memegang tanganku kembali.
"yang,,,,"
"hmm.. Iya sayang?"
"kamu belum pulang?", rangga tertawa mendengar pertanyaanku.
"mana mungkin aku pulang, kalau istriku dirumah sakit!", dia mengelus keningku.
"kamu belum makan?",
"jangan khawatir sayang.. Aku sudah makan tadi."
"tadi pagi? Nasi goreng?", tanyaku. Kali ini aku ga kuat menahan tangisku.. Lelaki ini, suamiku, dia sampai ga bisa mengurus kebutuhan dirinya sendiri karena mengkhawatirkanku. Ga ganti baju, ga makan, ga mandi, nungguin aku sampai larut malam begini. Ga tidur.. Dan besok bekerja lagi..
"sayang... Jangan nangis dong.. Aku kan udah disini.. Nemenin kamu!"
"maaa..afiiin aku, yang.. Aku salah udah ninggalin kamu tadi..", hatiku sakit mengingat peristiwa tadi pagi.
"vina, sayang.. Vina istriku.. Udah ga usah bahas yang tadi dulu... Aku beneran gapapa!! Kamu tidur ya, istirahat, biar cepet sembuh, aku mau ajak kamu ke suatu tempat.. Aku yakin kamu suka tempatnya!", rangga membujukku.
"kamu makan dulu!", pintaku
"iya, aku makan! Sebentar..", rangga bangun dari kursinya. Membuka parcel buah diatas kulkas, dan kembali membawa sebuah apel.
"ini, aku makan... Kamu tidur ya!", rangga menggigit gigitan pertama apel ditangannya. Perasaanku tak menentu saat melihatnya, dengan air mataku masih mengalir. Lelaki ini.. Dia menjagaku seperti ini.. Melebihi yang dilakukan orangtuaku.. Dan aku tadi pagi menyakitinya.. Membuatnya terluka...
"sayangku vina... Istriku....", rangga duduk dikasurku, "udah jangan nangis terus.. Suamimu ada disini, kamu jangan khawatir, ya.. Aku ga akan kemana-mana..", rangga meyakinkanku, kalau dia ga akan pergi. tapi bukan itu yang aku pikirkan.. Aku sedih melihatnya sekarang.. Dia pasti lelah..
"tidur, yang...", tanganku menunjuk ketempat tidur single bed di sebelah kiriku. Single bed khusus untuk keluarga pasien yang menunggu.
"tenang aja, sayang.. Aku belum ngantuk!", rangga tesenyum padaku. Senyum yang membuat hatiku sakit dan bahagia bersamaan. Sakit karena melihatnya kelelahan seperti ini dan masih berpura-pura untuk menyenangkanku.. Bahagia karena dia mencintaiku...
"sayang, udah ya, jangan liatin aku begitu terus.. Jangan nangis lagi... Ga usah banyak pikiran dulu, kamu harus cepet sembuh!", lagi, rangga menghapus air mataku, mengelus wajahku dan menciumku.
"geser aku ke kiri dikit, yang.."
"oh, iya.. Bentar sayang..", rangga menaruh apelnya dilemari besi disampingku, kemudian tangannya menyanggah kepalaku, mengangkatnya sedikit ke kiri, lalu mengangkat badanku ke kiri sedikit. Posisiku kini, lebih ke bagian kiri tempat tidur dengan tangan kiriku yang masih diinfus, kurang dari lima centimeter sudah kena pembatas kasur dikiriku.
"segini cukup, sayang?",
Aku tersenyum ke rangga.. Menandakan sudah pas.
"sini, yang...", aku mengangkat tangan kananku, supaya rangga memegangnya.
"iya, kamu mau apa sayang?"
"tidur disini!"
"hah?? Tapi nanti kamu sempit!", rangga ga mau melakukan yang kuminta.. Tapi dia juga ga mau jauh dari aku dan tidur di bed untuk penunggu pasien.. Baiklah.. Cuma satu cara membuatnya mau melakukannya!
"sayang, jangan nangis lagi, dong..", pintanya
"aku mau tidur sama kamu yang..", kali ini aku buat sedikit sandiwara dan memaksanya.
Melihatku seperti ini, rangga ga punya pilihan. Dia membuka jasnya, menaruhnya dikursi, membuka dasinya, dan kerah kemeja paling atas. Kemudian menunduk, membuka sepatunya dan kaos kaki, membuka kancing lengan dan menggulung kemejanya, lalu menatapku.
"sebentar, ya sayang.. Aku cuci tangan dan kakiku dulu, nanti aku temani kamu tidur..", rangga tersenyum dan menuju kamar mandi. Ga lama, dia udah keluar lagi, mengeringkan tangan, kaki dan wajahnya dengan handuk, mengambil bantal kasur untuk keluarga pasien, dan berjalan ke tempat tidurku. Dia duduk disebelah kananku, menaruh bantal dibagian kepala tempat tidur dan bersandar disana.
"aku sudah disini.. Kamu tidur ya, sayang..:, pintanya sambil mencium keningku.
"tidur yang.. Bukan duduk!", aku meliriknya
"ehm.. Iya.. Iya.." akhirnya rangga merebahkan badannya dikasur disampingku. Aku cukup puas sekarang. Kututup mataku, supaya rangga berpikir aku sudah mulai kelelahan dan tidur.
Tak perlu menunggu lama, rangga juga sudah tertidur, dengan posisi miring. Tangan kanannya memeluk diatas tubuhku..
Klek
Seseorang membuka kamar tidurku.
"eh, suaminya tidur, bu!", suster masuk kedalam, dan aku masih terjaga. Aku memberikan mimik wajah supaya dia memelankan suaranya. Karena, bayi besar disampingku ini, butuh istirahat. Dia sangat kelelahan.
"tensi dulu, ya bu..", perawat juga memelankan suaranya setengah berbisik, mengerti dengan kode yang kubuat.
Selesai mengukur tekanan darah, mengganti infus, mengukur suhu tubuhku, dan bertanya kondisiku apa ada pusing, mual dan keluhan lainnya, yang semuanya aku menggeleng, dia akhirnya berpamitan keluar. Menutup pintu perlahan.
Rangga tertidur sangat pulas. Dia benar-benar kelelahan. Menempelkan kepalanya dikasur, tak lama, tubuhnya langsung merespon dan beristirahat. Beberapa hari ini, memang rangga melakukan banyak hal. Hari ini jadwalnya padat, kemarin dia begadang juga untuk menyelesaikan pekerjaannya dan pekerjaan yang seharusnya aku lakukan untuk perusahaanku, jadi wajar dia sangat lelah.
Aku gerakkan tangan kananku perlahan, dari bawah sellimut dan menaruh di atas tangannya yang sedang memelukku. Hangat napas rangga dapat kurasakan dari samping kananku. Aku senang dia akhirnya tertidur disampingku. Mataku juga semakin lelah. tubuhku dari tadi juga ingin tidur lagi, namun kutahan. kini rangga sudah tidur, jadi aku biarkan rasa kantuk menguasaiku dan aku juga memejamkan mataku. Untuk malam ini, aku bahagia karena kami mengakhiri hari ini dengan tetap bersama.
(sementara itu disisi lain di pinggiran kota)
Seorang wanita duduk berhadapan disuatu ruangan bersama seorang pria. Pria itu, baru saja memberikan informasi yang sang wanita menyesalinya. Andai dia tahu lebih awal, pikir wanita itu. Dia duduk dan terlihat begiku kesal, sedih, dan penyelasan yang besar dalam dirinya..
Andai dia dulu bertahan lebih lama, andai dia mempercayai lelaki itu dan mencintainya dengan sungguh-sungguh, andai dia dulu tidak menolak lamaran pria itu, andai dia dulu tidak menyia-nyiakan kesempatannya... Saat ini, dia sudah menjadi nyonya besar! Wanita yang menjadi istri dari lelaki yang merupakan orang terkaya di negeri ini!
Wajahnya tersenyum sinis memikirkan kebodohannya.. Dia sangat kesal, karena dalam waktu sebulan, seseorang mengambil tambang emasnya, berhasil memiliki hati lelaki itu, dan dia? Justru merana!
Tertipu oleh cinta jeremy, yang menjanjikannya untuk menjadi model di hollywood, tetapi sesampainya dia di negeri itu, dia hanya disuruh memuaskan nafsu bejat teman-teman jeremy secara bergilir. Tiap malam, dia hanya sebagai pelampiasan mereka semua. ga ada ketenaran, ga ada kasih sayang, hidupnya hancur!!!
Untung dia bisa kabur kembali ke indonesia menggunakan sisa tabungannya untuk membeli tiket. Memanfaatkan kebiasaan jeremy yang telah dipelajarinya dan kelemahannya ini dia gunakan untuk kabur dan kembali ke negaranya. Jeremy .. Memikirkan nama itu dia semakin tersenyum kecut.
Lelaki itu telah menipunya! Dia mengatakan, pekerjaannya adalah seorang produser film. Tapi nyatanya, di amerika dia cuma tinggal di flat bobrok. Lelaki miskin yang tiap malam menjual tubuh wanita ini pada teman-temannya untuk membeli minuman! Bahkan lelaki itu tidak punya pekerjaan! Dia tidak sendiri dirumah jeremy.
Dia sungguh tidak tahu, kalau lelaki yang setia padanya selama sepuluh tahun benar-benar kaya. Pikirnya, lelaki itu hanya mainannya disaat tak ada yang dia dapatkan. Hatinya sudah dipenuhi berbagai gejolak.. Dia mengutuk kebodohannya sendiri, Wanita itu benar-benar merasa bodoh telah melepaskan rangga!
"bagaimana nona cindy, apa anda siap bekerja sama?", cindy menatap lelaki didepannya. Matanya sudah terpenuhi dengan emosi. Kemarahan, dendam, nafsu, dan ketamakan
"tentu saja! Aku akan lakukan apapun untuk mendapatkan dia kembali!", jawabnya dengan penuh penekanan yang disambut dengan senyuman dan tepuk tangan dari pria didepannya.
"apa yang harus kulakukan?", cindy menatap lelaki yang kini sedang meneguk segelas wine dari gelas kristalnya
"akan kuberitahu nanti! Kau cukup melakukan perintahku!"
"aku sudah tak sabar, aku harus merebut rnagga kembali dari p*l*c*r itu! Aku tidak bisa lama - lama menunggu perintahmu! Kalau kau tidak mau bertindak, aku akan melakukannya sendiri! Kau tidak berhak mengaturku! Aku akan pergi dan merebutnya sekarang juga! A...."
PRAAAAAANG
Lelaki itu memecahkan gelas kristalnya dan datang ke arah cindy, hampir mencekek lehernya
"jangan berteriak, mengancam dan mengaturku seperti itu! Kau disini, karena aku menyelamatkanmu dari neraka kemarin! Kau disini, tidak punya hak untuk bicara! Kau harus mengikutiku, karena aku penjaminmu! Ikuti aku, dan kau selamat!", kemudian lelaki itu melepaskan cengkraman dari leher cindy,
"uhuk..uhukk...", cindy mencoba bernapas kembali setelah dia sempat Kesulitan bernapas.
"bawa wanita ini, kurung dia di gidang belakang, telanjangi dia, jangan beri sehelaipun benang menempel ditubuhnya., jangan beri makan dan minum sampai aku menyuruh kalian! Ikat dia disana!"
"a..apaaa? Kau tidak bisa melakukan itu! Lepaskan aku! Aku tidak akan mau menjadi g*nd*kmu!", cindy mencoba melepaskan diri dari beberapa laki-laki bertubuh besar suruhan lelaki dihadapannya.
"kau sudah berani berkata kasar dihadapanku, dan aku bisa lakukan apapun! Aku harus nemberimu sedikit pelajaran, supaya kau tidak menjadi pembangkang, cindy! Dan satu hal lagi, aku tidak akan bermain denganmu, wanita kotor! Barang rongsokan dan bekas! Cuih!", lelaki itu kemudian pergi meninggalkan ruangan setelah meludahi wajah cindy dan orang suruhannya langsung menarik paksa cindy.
"lepaskaaaaaaaaan", cindy menjerit sekencang mungkin. Tapi tentu saja tak ada yang mau menolong dan mau menyelamatkannya.
(Diwaktu yang sama, di sebuah kamar apartemen)
"apa panasnya sudah turun?", seorang wanita hanya menggeleng. Wajahnya terlihat khawatir dan sangat cemas.
Seorang lelaki mendekati tubuh mungil anak itu. Mengukur suhu tubuhnya dengan tangannya.
"kita harus membawanya ke dokter! Persiapkan kebutuhannya!", pinta lelaki tersebut.
Tanpa berkata apapun, sang wanita berdiri, membuka lemari bergambar tokoh disney cars, mengambil sweater sang anak, kaos kaki, baju ganti, dan menutupnya kembali.
Dengan sabar, dikenakannya sweater dan kaos kaki ke tubuh sang anak. Kemudian menyimpan baju gantinya di dalam tas bergambar tokoh disney yang sama, cars.
"apa sudah siap?", sang wanita mengangguk.
"papa...",
"iya vido, papa disini..", lelaki itu segera memegang tangan anak kecil bernama vido dan mencium keningnya
"papa, papa jangan marah lagi sama mama..."
"enggak, vido, papa ga akan marah lagi sama mama.. Vido, sekarang kita harus ketemu om dokter dulu, ya.."
"vido ga mau, pah. Sakit tangan vido ditusuk jarum kalau ketemu om dokter.."
"tapi, vido katanya mau main bola sama papa dilapangan? Kalau vido ga ketemu om dokter, kita ga bisa main bola..", lelaki itu membujuk.
Anak itu diam
"vido mau main bola sama papa?"
"mau pa!"
"kalau gitu, ikut papa ke dokter ya??"
"iya pa, tapi papa harus cium mama dulu!", lelaki itu terdiam. Kemudian tersenyun pada vido
"baiklah kalau itu mau vido!", dia memegang tangan wanita yang duduk disamping vido, dan mencium dahinya.
"terima kasih, papa! Vido mau ketemu om dokter!", kata-kata vido memberikan rasa senang pada sang lelaki dan wanita.
"vido tunggu sebentar ya, papa harus ambil barang yang tertinggal dikamar papa.. Setelah itu, nanti papa langsung gendong vido. Kita kerumah sakit!", vido tersenyum dan menangguk.
Klek
Pintu terbuka
"mau apa kau mengikutiku kesini?"
"kak doni, aku.."
"hentikan!", suara laki-laki itu pelan, seperti berbisik, tapi penuh penekanan. "hanya ada satu orang yang boleh memanggilku seperti itu! Bukan kamu, wanita licik yang menghalalkan segala cara untuk menjebakku!",
Wanita itu menangis dengan perkataan lelaki yang dipanggilnya doni.
"berhenti menangis! Aku tak ingin menyakiti vido! Asal kau tahu, yang membuatku bertahan dengan segala kepura-puraan ini, hanyalah vido!"
Klek
Doni keluar dari kamarnya meninggalkan wanita yang masih menangis, dan masih coba menahan suara tangisnya supaya vido tidak mendengar tangisannya.