Ini orang apa setan yah? Dia lumayan ganteng juga kaya Sean, tapi dia aneh tiba-tiba di belakangku tanpa ada suara jejak kaki sedikit pun. Hiih lama-lama aku di sini bisa beneran stroke,' batinku.
"Ah hampir lupa. Kenalkan namaku Emanuel Yoyong, sahabat Sean dan juga sekaligus pemilik tempat ini," sapa Emanuel seraya mengulurkan tangannya.
"Ee namaku Quiena Ning Diesty, senang bertemu dengan Tuan. Ah ya jika boleh tahu kenapa saya bisa ada di rumah Tuan?" tanyaku sembari menyambut uluran tangannya.
"Nona Quiena, sebetulnya saya juga tidak tahu pasti kenapa Nona bisa sampai ada di sini, tapi bisa tidak kalau kita bicara non formal? Yah supaya bisa lebih akrab," ucap Emanuel Yoyong.
"Oh! Boleh-boleh kok, malahan lebih mudah kita berinteraksi. Mmm ... Yoyong, kalau boleh tahu Sean di mana? Soalnya aneh banget dia tiba-tiba menghilang," tanyaku dengan wajah memelas.
'Gila ini perempuan malah panggil gua Yoyong, padahal itukan nama Clan gua,' batin Emanuel yang hanya bisa di denger oleh Author.
"Ciee kangen yah? Padahal baru juga bentar kalian pisah. Mmm ... Aku juga enggak tahu pasti sih kemana Sean pergi, tapi kenapa begitu cemas bukannya dia udah besar dan bisa menjaga dirinya sendiri. Udah jangan khawatir Sean enggak bakalan jatuh ke perempuan lain kok," sahut Emanuel ngga jelas.
"Heh, gua tuh enggak kangen yah! Udah ah males gua dari tadi hadapin orang gila terus-menerus. Kalau gitu biar gua cari sendiri Sean. Bye-bye!"
"Oh gitu ya udah selamat mencari Nona Quiena, hati-hati ketemu setan beneran," ucap Emanuel saat aku sudah melangkah kedepan.
"Apa setan?! Lo enggak tipu gue-"
"Loh di mana Emanuel?" gumam ku saat menoleh kebelakang.
Perasaanku tidak enak apalagi saat mendengar kata setan yang di ucapkan oleh Emanuel lalu sekarang dia sendiri tiba-tiba sudah tidak ada di belakangku padahal aku belum melangkah jauh.
"Aaaa ... kayaknya yang ngomong sama aku beneran setan berwujud manusia!" teriakku sembari berlari tanpa tahu arah.
'Duh sekarang kemana aku harus pergi?' batin.
Aku berlari sekuat tenaga. Namun, aku tidak tahu arah mana yang harus lalui.
"Aduh Sean kemana lagi kok dari tadi enggak keliatan? Mana aku takut lagi rumah besar terus rada serem gini. Ah kesal jadinya," ngomel ku sepanjang jalan mencari Sean.
"Cari Sean yah? Kayaknya dia lagi keluar deh. Kalau enggak salah dia cari gaun pengantin, enggak tahu tuh buat apaan," sahut seorang pria yang tiba-tiba muncul di depanku.
Lagi-lagi aku terus bertemu dengan seseorang secara misterius, pertama Emanuel lalu sekarang dia siapa yang sedang menatap tajam kearahku.
"Ke-ke-napa kamu bisa ada di depanku? Perasaan tadi aku lihat kesana enggak ada orang. Apa kamu juga setan?!" teriakku sambil menunjuk kedepan.
"Apa setan? Sadar, Nona. Ini tuh masih siang mana ada setan siang bolong begini! Kayaknya kamu udah kerasukan deh. Sini biar aku bantu usir semua pikiran jahat yang ada di tubuhmu," ungkap Pria itu yang seenaknya.
"Heh jangan macam-macam yah nanti gua bakalan teriak, mau Lo?! Lagian Lo siapa sih sampai bisa ada di depan gua segala. Jangan-jangan beneran Lo setan yah ngaku deh," paksa ku secara sedikit melangkah mundur.
"Nama kamu kalau enggak salah Quiena ya, istri Sean, benerkan yang aku bilang? Kalau namaku kenalin Edward, sahabat paling baik dan dekat dengan suami Lo." Lagi-lagi sama seperti Pria mesum, ia mengakui aku istri sahabatnya.
"Darimana kamu tahu aku istri Sean? Sejak kapan kami menikah? Tolong kalau kamu ketahui sesuatu ceritakan padaku," tanyaku dengan penasaran.
"Kamu ingin tahu ya? Sangat mudah. Tapi, terlebih dahulu kemari 'lah lebih dekat. Aku janji hanya ingin menceritakan semuanya padamu tanpa sedikitpun ingin menyakitimu," sahut Edward terlihat memang benarb bisa di percayai.
"Apa aku bisa percaya?" tanyaku lebih memastikan.
"Tentu saja, Quiena."
'Sean benar-benar pintar, ternyata benar aroma darah yang sangat ... manis. Mana bisa aku menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Ooh darah manis ayolah lebih mendekat agar aku bisa mencicipi mu,' batin Edward.
Entah aku bisa mempercayai Edward. Namun, keliatannya dia memang pria baik-baik dan tidak terlihat aura mesum darinya. Aku mencoba mendekatinya karena aku sangat ingin tahu bagaimana bisa aku tiba di tempat ini lalu menjadi istrinya Sean.
"Aku sudah mendekat. Jadi tunggu apalagi cepat katakanlah, Edward," pintaku dengan terburu-buru.
"Santai Quiena, masih banyak waktu untuk kita berbincang-bincang. Sebaiknya kamu lebih mendekat lagi soalnya nanti takutnya Sean mendengar hingga berpikir aku mencuci pikiran istrinya," ucap Edward sembari tersenyum.
'Ada yang aneh dengan pria satu ini. Sepertinya dia ingin mengelabui ku. Kamu pikir aku bodoh sampai aku tidak tahu pria hidung belang seperti dirimu ini,' batinku yang sedang berfirasat buruk.
Aku mencoba menuruti apa yang Edward katakan. Semakin aku mendekat semakin aku merasakan ada yang tidak beres dengannya. Kupikir sia-sia berhadapan dengan seorang pria. Dengan cepat aku ingin mencoba untuk berlari. Namun, tanganku sempat ia cekal hingga membuat langkahku berhenti.
"Mau kemana, Quiena? Kenapa begitu takut? Ayolah aku tidak akan melakukan hal jahat, aku hanya ingin mengatakan sesuatu jadi percayalah padaku," ucap Edward yang masih mencekal lenganku.
"Ingin katakan apa, Edward?" sahut Sean yang sudah berada tidak jauh dari tempat kami berdiri.
Betapa senangnya aku saat menyadari kehadiran Sean di antara kami sebab aku sedikit takut jika berhadapan dengan pria misterius seperti Edward. Meski dia berkata teman namun, aku juga sangat takut karena aku merasa aura jahat darinya. Edward dengan cepat melepaskan tangannya dariku.
"Oh hay, Brother! Untung Lo datang. Gua tadi enggak sengaja ketemu istri Lo ini terus dia nanya sama gua kenapa bisa ia tiba-tiba jadi istri Lo. Yah karena itu gua mau jawab eh Lo udah keburu datang. Ya udah kalau gitu gua pamit dulu," ungkap Edward dengan sangat jelas seraya beranjak pergi dari hadapan kami.
Sean hanya mengangguk mengiyakan mendengar ucapan Edward. Ia lalu melangkah lebih mendekat kearahku.
"Hallo sayang. Udah puas jalan-jalan di tempatku? Sepertinya kamu sangat ingin mengetahui banyak hal," ucap Sean seraya merangkul pundakku.
"Siapa juga yang mau tahu banyak hal. Udah deh aku males sama semua ini lebih baik pulangkan aku sekarang ke rumahku!" bentak ku yang tidak ingin lagi di permainkan olehnya.
"Sayang, dengarkan aku. Tidak ada lagi rumahmu diluar sana selain di sini sebab kita sudah menjadi suami istri. Kamu paham?" sahut Sean dengan semua kekonyolan yang ia katakan tanpa sedikitpun ku percayai.
"Jangan ngaco deh. Kita itu belum nikah! Lo pikir nikah itu kaya balik telapak tangan yang langsung bisa jadi. Please pulangin gua sekarang!" pekik ku seraya beranjak melangkah meninggalkan Sean yang masih berdiri di sana.