webnovel

Tak Ingin Lagi

Sejak kepulangan Aileen semalam, Karin tetap berada di kamar Aileen sampai pagi ini.

Aileen telah banyak bercerita tentang apa yang terjadi, Karin juga sepertinya mengerti dengan apa yang dirasakan Putrinya itu.

"Tak apa Ail, kamu harus bisa bersikap dewasa, hati gak ada yang tahu"

Aileen tak menjawab, tapi Aileen gak suka dengan apa yang diketahuinya itu.

"Kalian berpisah sudah lama, kan kamu sendiri yang bilang, kalau Nio sama Rara itu tetap bersama, iya kan ?"

Aileen mengangguk, memang benar semua itu, tapi bukan bersama untuk pertunangan seperti apa yang terjadi.

"Biarkan saja, semua yang terjadi dalam hidup kita sudah diatur Tuhan, hati mereka pasti terarah karena Tuhan"

Aileen tak percaya dengan itu, Aileen bisa menahan hati untuk tidak suka pada setiap orang yang ditemuinya.

Harusnya mereka berdua juga bisa melakukan hal yang sama, bukan seperti sekarang ini.

"Kamu temui mereka ya"

"Gak"

"Kan kamu yang lihat mereka lebih dulu, kalau mereka yang lihat kamu pasti udah temui kamu"

"Gak perlu"

"Jangan gitu dong, anak mamah gak sulit hati loh, anak mamah baik"

"Kali ini enggak"

Karin menggeleng, kenapa harus dibuat pusing seperti ini.

Perjanjian itu kenapa harus Aileen permasalahkan, apa yang mereka rasakan pasti sudah jalannya.

"Kalau gitu biar mamah yang temui mereka, dimana tempatnya ?"

"Mana tahulah, acaraya kan di gedung bukan di rumah pribadi"

"Gak apa, bisa kok cari indentitasnya disana"

"Ya gak bolehlah mamah, pasti dirahasiakan semuanya"

"Memangnya iya ?"

"Ya iyalah, udah pasti"

Karin mengangguk, baiklah tapi setidaknya mungkin Karin bisa mendapat sekedar kontak ponselnya saja.

Selebihnya akan karin usahakan sendiri nanti, kalau memang sudah ada jalan pembukanya.

"Udahan dulu marahnya, mending kita sarapan dulu ya"

Aileen menggeleng cepat, tidak ada nafsu makan saat ini, Akleen masih saja kesal dengan semuanya.

"Kamu mau sakit ?"

"Enggaklah"

"Ya udah makanya"

"Nanti aja ah"

Aileen kembali berbaring, enggan menuruti apa kata Karin.

Nanti saja kalau memang Aileen sudah lapar, pasti akan makan juga, tanpa harus dipaksa.

"Ya udah biar mamah bawa kesini ya makanannya"

"Gak usah nanti aja Ail keluar, sekarang belum lapar jadi mana bisa makan"

"Bohong sekali kamu ini"

Aileen sedikit tersenyum mendengarnya, intinya memang Aileen malas makan saja untuk sekarang.

"Udah ah cepat keluar, makan dulu nanti papah kamu marah lagi"

"Udah kerjaannya"

"Aileen"

Aileen kembali bangkit dan tersenyum pada Karin, putrinya itu mulai menyebalkan.

"Iya udah sana mamah duluan, Aileen mau ke kamar mandi dulu"

"Gak usah mandi, makan dulu, lama nanti kalau kamu mandi dulu"

"Iya mamah sayang"

"Ya udah sana"

Karin lantas pergi meninggalkan Aileen, untuk makan saja sampai harus berdebat dulu seperti itu.

Aileen menghembuskan nafasnya pasrah, tak ingin memikirkan apa pun, apa lagi tentang dua sahabat di masa lalunya itu.

Aileen ingin tenang, dan bukankah Aileen sudah sangat tenang setelah lama tanpa mereka.

----

"Mana Aileen, kenapa lama sekali"

"Papah makan saja dulu, Aileen lagi di kamar mandi"

"Dari tadi ngapain aja dia ?"

"Ya seperti itu sajalah, anak muda kalau lagi sedih gimana ?"

Tio hanya mengangguk menjawab ucapan Karin, sudahlah bukan mereka berdua juga mengalami muda dulu.

"Ya udah Papah makan duluan, buar nanti Karin nyusul"

Tio kembali mengangguk, belum sempat keduanya melahap makanan, ternyata Aileen sudah datang menghampiri.

Duduk di tempatnya dan langsung mengambil bagiannya.

"Apa kabar kamu ?"

Aileen menoleh dan tersenyum, tentu saja Aileen baik-baik saja.

"Ok"

Mereka lantas menikmati hidangannya, Karin sedikit heran dengan Aileen saat ini.

Waktu di kamar Aileen masih saja murung dan kesal, tapi sekarang mendadak terlihat baik bahkan sangat baik.

"Aileen mau pergi sama Rasya ya hari ini"

"Mau kemana ?"

"Ke Butik Rasya, Aileen mau beli baju disana"

Tio tampak melirik Karin, rasanya semakin dekat saja mereka berdua.

"Boleh gak ?"

"Boleh, kenapa juga gak boleh, tapi Rasya harus jemput kamu kesini"

"Tentu saja"

Tio mengangguk, Aileen senang dengan jawaban Tio.

Dengan begitu, Aileen bisa mendapat hiburan sesaat ketika berada di luar rumah.

"Berangkat jam berapa Ail ?"

"Sebentat lagi"

"Masih pagi loh"

"Iya memang, kebetulan Rasya mau pergi ke salah satu Butiknya, jadi sekalian saja Aileen ikut"

"Berapa Butik dia punya ?"

Aileen menggeleng, sampai sekarang Aileen tidak pernah bertanya tentang itu.

Lagi pula untuk apa menanyakan hal itu, biarkan saja kalau pun memang mau dtaang kesana, pasti hanya ke satu Butik saja.

"Rasya udah pergi ?"

"Udah, lagi di jalan mau kesini, tadi pas Aileen telepon ternyata Rasya memang udah pergi dari rumahnya"

"Kamu mau pergi tapi gak mandi"

"Kan mamah yang bilang gak usah mandi"

"Ya kan cuma buat makan buat buat jalan"

"Biarinlah sama aja kan"

Tio dan Karin mengangguk, terserah sajalah yang penting Aileen bisa kembali baik lagi.

Bisa melupakan pertemuan yang sampai membuatnya menangis semalaman, dan kalau memang dengan pergi bersama Rasya bisa membuatnya baik, tak perlu lagi ada yang lainnya.

Ditengah ketenangan mereka menikmati makanannya, dari luar terdengar bunyi klakson.

Aileen tersenyum begitu saja, membuat dua orang di dekatnya juga ikut tersenyum.

"Permisi"

Aileen semakin menunjukan senyum lebarnya.

"Udah sana, kenapa malah senyum-senyum seperti itu"

Aileen lantas bangkit dan berlalu meninggalkan keduanya, Aileen membukakan pintu dan kembali tersenyum melihat Rasya.

"Sepagi ini"

Aileen mengangguk pasti, Rasya juga turut mengangguk.

"Kamu belum mandi"

Aileen menggeleng cepat, bukankah itu memang kenyataannya.

"Ya udah ayo berangkat"

"Aku bawa tas dulu ya"

"Mamah sama Papah kamu ada ?"

"Ada lagi makan, mau masuk dulu"

Rasya mengangguk, tentu saja Aileen mempersilahkan.

Keduamya berjalan menemui Tio dan Karin disana, Rasya tersenyum dan menyalami keduanya.

Aileen membiarkan Rasya bersama orang tuanya, Aileen lergi ke kamarnya untuk membawa tas.

"Mau kemana pagi-pagi seperti ini"

"Aku mau ke Butik, tapi Aileen minta ketemu, jadinya aku ajak aja ke Butik, kan sama aja ketemu"

Tio mengangguk, berarti memang Aileen juga menerima Rasya dengan baik.

Sambil menunggu Aileen kembali, ketiganya terlihat berbincang hangat.

Rasya juga mengajak mereka untuk ikut, tapi rupanya Tio dan Karin memang ada acara sendiri.

"Bawa Aileen pulang dengan keadaan yang lebih ceria lagi, sepertinya Aileen sudah tenang"

Rasya tersenyum mendengar ucapan Karin, Rasya sempat menanyakan tentang apa yang terjadi semalam pada Aileen.

Rasya penasaran dengan lasan sebenarnya, tapi sayang .... baik Tip atau Karin enggan menjelaskan pada Rasya.

Mereka meminta agar Rasya bertanya langsung pada Aileen saja, agar tidak ada salah paham nantinya.