1 LONG TIME NO SEE YOU

After 6 year

___________

Waktu berlalu dengan cepat, sudah tidak terasa enam tahun sudah berlalu. Bagaikan arus air yang sangat deras. Semua berjalan begitu saja. Tanpa terasa juga sudah banyak yang terlewat. 

"Sayang.." Panggil seorang wanita cantik kepada pria yang sedang sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya. Entah sengaja atau tidak, pria itu mengacuhkan panggilan wanita itu dengan sengaja. 

"Kamu selalu saja seperti itu, sibuk dengan pekerjaan, sedangkan aku kamu biarkan sendirian. Aku jadi sedih, kamu seperti sengaja menghindari ku." Wanita itu menghampiri pria yang sedang duduk dimeja kebesarannya dan dengan sengaja duduk dipangkuannya. 

"Yuka, berhenti lah bersikap manja. Kau lihat, aku sedang sibuk membereskan masalah yang kau lakukan." Pria itu tidak mengindahkan Yuka sama sekali. Dia tetap fokus pada berkas yang menumpuk diatas mejanya. 

"Aku melakukan ulah hanya untuk mencari perhatianmu, tidakah kau peka terhadap itu." Yuka berdiri dan menghentak-hentakan kakinya. 

Dominic menatap Yuka dengan tidak suka. "Bisakah kau bersikap dewasa?" Dominic dengan nada keras. 

Yuka tergelak karena Dominic membentuknya. 

"Kau membentak ku? Papa tidak akan suka anaknya dibentak. Lagipula ini sudah tahun keberapa kau bersikap dingin kepadaku. Apa karena istrimu? Ah.. Tidak mantan istrimu, mantan pelacur itu?" Kartu mati untuk Dominic saat Yuka menyebutkan kata Papa. 

Dominic menghampiri Yuka, dia menarik pinggangnya agar lebih memilih dekat padanya. Yuka yang memang selalu menantikan moment bersama Dominic dengan senang hati diperlakukan seperti itu. 

Dominic mendekatkan wajahnya. Yuka tersenyum karena mengira Dominic akan menciumnya. Tapi nyatanya Dominic hanya ingin membisikan sesuatu pada wanita itu. 

"Papa mu memang tidak suka aku memperlakukan anaknya dengan keras, tapi Papa mu juga tidak suka jika perusahan yang aku pegang menjadi kolaps." Dominic menjauhkan diri Yuka. 

Yuka pun kesal, dia menampar Dominic dengan keras sampai cetak tangan nya menempel pada pipi Dominic. Setelah itu berlari pergi. 

Dominic hanya mengusap pipi nya yang terasa panas bekas tamparan Yuka. Ia kembali duduk dikursi kebesarannya dan kembali fokus pada tumpukan kertas sialan itu. 

Tapi baru beberapa coretan tinta tergores dikertas itu, Dominic berhenti. Tiba-tiba sekelebat ingatan bersama wanita itu kembali berputar dikepalanya. Selalu saja begitu, bahkan setiap hari memory bersamanya seolah menjadi gulungan kaset yang terus berputar didalam otaknya. 

"Sedang apa kau." Gumam Dominic. 

Enam tahun berlalu, tapi Dominic tidak pernah sedikit pun melupakan wanita itu, wanita yang bisa dibilang cinta pertamanya, bahkan wanita satu-satunya yang membuat sisi monster ny tertidur dan bahkan memimpikan pernikahan yang sempurna. 

Tapi angan hanya menjadi angan-angan saja, nyatanya takdir berkata lain. Takdir mempermainkan mereka berdua. Dan mengharuskan berpisah dengan cara yang mereka anggap buruk. 

Awal dari perpisahan, Dominic melakukan apa yang disuruh oleh Wilson, kakek yang dia hormati dari awal, tapi malah menikam nya. Bersembunyi dibalik topeng baik hanya untuk mendapat lotre terbesar. Menjadikan Dominic sebagai umpan. Dan Dominic jatuh kedalam perangkap orang tua itu. 

Dominic mengikuti semua perintah Wilson, seperti mendekati Yuka yang memang memiliki akal tidak waras akibat cintanya yang tidak tersampaikan bersama Dominic. Lalu sekarang Yuka sudah pulih dan kembali normal, tapi terkadang sikapnya yang posesif dan ingin mendominasi membuat Dominic ingin menyayat leher wanita itu. 

Wilson mendapatkan kekuasaan dari beberapa perusahaan yang menguasai pasar Asia dan menguasai beberapa perdagangan ilegal. Dan Wilson memperkukuh posisinya sebagai pemegang kekayaan terbesar di Amerika dan orang paling berkuasa di negara itu, bahkan presiden sekalipun. 

Bagaimana dengan Yamazaki? Tentu saja dia lebih dapat melalang buana tanpa ada kendala berkat Wilson dan dia dapat lebih melalang perdagangan ilegalnya disana. 

Lalu apa yang Dominic dapat dari itu? Tidak ada, dia mempertaruhkan semua hanya untuk wanitanya. Jean Florence. Apa Dominic sekarang sudah dalam kategori budak cinta? Entahlah. Dominic hanya tidak ingin wanita itu terluka, atau masuk kedalam dunia nya. 

Lalu bagaimana dengan pertarungan ilegalnya? Dominic sampai saat ini masih memegang gelar petarung terkuat, tidak ada yang bisa mengalahkannya. Pertarungan itu Dominic anggap sebagai pengalihan untuk melupakan Jean. Membunuh seseorang adalah sebagai hiburannya. 

Lalu kemana perginya Jean? Dominic sampai saat ini tidak mengetahui dimana keberadaan Jean. Wanita itu menghilang bagai ditelan bumi. Apa Dominic mencarinya? Dominic mencari setiap saat, tapi dengan hebatnya Jean bersembunyi dan tidak ada seorang pun yang tahu dimana keberadaannya. 

Dominic mencari setiap saat, bahkan mengerahkan beberapa detektif untuk mencari keberadaan Jean. Ia hanya ingin mengetahui apakah wanitanya baik-baik saja setelah tidak bersamanya. Setiap malam Dominic datang ke rumah mendiang ayah Jean. Duduk didalam mobil didepan rumah itu, berharap keajaiban Jean datang kerumah itu. Dominic sangat merindukan wanita itu. Anggap itu memang gila, sampai setiap hari menunggu di depan rumah yang memang benar-benar sudah kosong tak berpenghuni. Tapi meskipun dianggap gila, Dominic tetap melakukannya sampai bertahun-tahun. 

Dering ponsel Dominic menginterupsi pendengarannya. Diambilnya ponsel itu dan melihat siapa si penelepon. Tapi Dominic sudah sangat meyakini siapa si penelepon. 

"Anak anda berulah kembali, dan saya yang harus membereskannya. Bisakah anda lebih memberikan dia pelajaran." Kata Dominic setelah mereka mengangkat panggilannya. 

'Kau bukan sedang dalam menggurui ku, Dominic Archer. Itu sudah menjadi tugasmu, seperti perjanjian yang sudah kubuat bersama Wilson.' Yamazaki mengingatkan Dominic jika dialah yang berkuasa, bukan Dominic. 

Dominic hanya mencengkram tangannya hingga kuku-kukunya menancap di kulitnya. 

'Perlakukan dengan baik jika tidak ingin Wilson mencari nya dan menyeret mayatnya untukmu. Ah.. Dan jangan lupa, pernikahanmu akan berlangsung dalam satu bulan. Kau harus menyelesaikan semuanya.'

Tututut... 

Setelah mengatakan itu, Yamazaki mematikan panggilannya. Dominic melempar ponselnya ke lantai hingga berserakan tak berbentuk. Seorang Dominic Archer kini dibawah tekanan dan perintah seseorang. 

Tok tok.. 

Pintu terketuk dan seseorang masuk. 

"Maaf mengganggu anda, tapi sudah waktunya keberangkatan pertemuan penting di Dubai tuan." Delia sekretaris Dominic memberitahu. 

Tanpa mengatakan apapun, Dominic mengambil jas nya dan pergi berlalu tanpa menjawab ucapan sekertarisnya. 

Pertemuan ini adalah pertemuan penting antara perusahaan yang sedang dijapankan Dominic. Dan orang yang ingin dia temui adalah perusahaan terbesar didunia. Jadi Dominic datang sendiri untuk ke pertemuan itu. 

****

Perjalanan cukup memakan waktu banyak. Rasa lelah yang dirasakan mendera tidak pernah Dominic perlihatkan. Dan Dominic harus mendapatkan kerjasama dengan perusahaan itu demi bisa lepas dari Yamazaki dan Wilson. Jika Dominic goal dalam kerjasama ini, maka perusahaan miliknya tidak kalah besarnya dengan yang dimiliki oleh Yamazaki dan juga Wilson. Dan Dominic dapat dengan mudah melepas ancaman itu. 

Dominic sudah sampai di Dubai dan sekarang sudah berada di perusahaan yang memiliki gedung tertinggi didunia. Si sekertaris mempersilakan Dominic untuk masuk, karena sudah ditunggu kedatangannya. 

Setelah masuk, Dominic tidak melihat siapapun kecuali bangku yang membelakangi nya. 

Tapi dia bisa lihat jika ada seseorang yang duduk dikursi itu. Dan Dominic dapat melihat jika yang duduk dibangku itu adalah seorang wanita. Dominic menyimpulkan jika si istri pemilik perusahaan lah yang sedang duduk. 

"Selamat sore, Nyonya. Saya datang-" Belum Dominic melanjutkan ucapannya, kursi itu berputar. 

Jantung Dominic berhenti berdetak sejenak. Tubuhnya membeku melihat siapa yang duduk di bangku kebesaran itu. 

"Long time no see you, Dominic Archer."

______________________

<3 semoga ada yang berbaik hati juga ngasih gift biar aku tambah semangat. Kaya sekarang up lagi :*

avataravatar
Next chapter