webnovel

Tom And Jerry

"Baju bapak disimpan dimana? "

Bhie bertanya setelah selesaai makan di tempat mereka singgah setelah menempuh perjalanan jauh.

"Baju yang mana? " pak alan balik bertanya.

"Yang tadi kena iler saya, " jawab bhie malu.

"Mau apa? " lagi-lagi pak alan melontarkan pertanyaan.

"Mau kamu pakai lagi buat lap iler kamu lagi? "

Bhie tersentak, dia malu bukan main mendengarnya.

Mulutnya komat-kamit tanpa suara seperti seorang dukun yang sedang memulai ritual untuk menyantet musuhnya.

"Apa? " suara pak alan menghentikan tindakan bhie.

Bhie mulai merubah wajah kesalnya menjadi gadis manis.

"Mau saya cuci nanti pak, " jawaban bhie geram.

"Tidak usah, nanti kirim ke laundry aja. "

Bhie terdiam, dia kembali kesal setelah mendengar penolakan pak alan.

"Saya juga bisa cuci baju, pak dosen yang kaya raya. " ucap bhie.

"Bapak kan tahu saya orang dari kalangan menengah ke bawah, " lanjutnya.

Bhie hanya tidak mau menghamburkan uang hanya untuk laundry satu baju saja.

"Tidak usah, di laundry saja. " pak alan tetap pada penolakannya.

Bhie masihh terdiam, dia lalu sedikit menjauh ke arah jendela.

Pak alan melirik ke arah bhie, dia melihat wanita itu diam dan lebih memilih untuk melihat ke arah di luar kaca mobil.

"Yang punya kepentingan pergi ke tempat ini saya, " ucap pak alan.

"Tapi saya ajak kamu, " sambungnya.

"Kamu harus ingat, kamu saya ajak untuk jalan-jalan bukan buat cuci baju. "

"Kamu itu istri bukan asisten rumah tangga. "

"Kalau saya bilang di laundry saja, itu artinya turuti dan kamu harus menikmati perjalanan kali ini. "

Bhie memang tengah melihat ke arah lain, tapi dia bisa mendengar setiap perkataaan yang di ucapkan pak alan dengan jelas.

"Pak amir sedang berjalan kesini, " pak alan memberitahukan pada bhie supirnya.

Bhie menoleh ke arah pak alan yang menepuk pelan tempat duduk di dekatnya. Dia mau bhie kembali duduk seperti awal, di dekatnya.

Bhie yang sudah terhasut oleh kata-kata bijak tingkat dewa akhirnya mengalah dan menurutinya.

"Kalau kamu penurut, nanti uang jajan kamu saya tambah. "

"Bapak itu suami atau ayah saya? " tanya bhie.

"Malla selalu cerita kalau dia bersikap baik dan dapat nilai bagus pasti uang jajannya bertambah. "

"Saya tidak pernah punya ayah, jadi sekarang seperti sedang punya ayah angkat. "

"Suami rasa ayah, " sambung bhie.

"Yang bikin kamu cocok jadi anak angkat saya itu karena kamu pintar, dan tidak pernah mengecewakan pihak pendidikan. "

"Kalau dari fisik sama sekali tidak masuk kriteria! "

Kedua mata bhie melotot, mulutnya menganga. Secara tiidak langsung laki-laki itu mengatakan jika bhie sama sekali tidak cantik dan menarik.

Baru beberapa detik yang lalu mereka akur, sudah memulai kembali perdebatan baru.

"Kalau nanti anaknya lahir aku sumpahin anaknya cuma mirip wajahnya saja, tidak dengan sifatnya! " cetus bhie dalam hatinya.

Dia sedang mengumpat kesal, tetapi secara tidak langsung menyadari jika bhie memang mengakui wajah tampan pak alan.

Dia suka dengan wajah tampan itu, tapi sama sekali tidak suka dengan sikap kaku dan dinginnya.

"Dasar kulkas empat pintu! "

"Memangnya kenapa dengan kulkas empat pintu? " pak alan ternyata mendengar umpatan bhie tadi.

"Tidak apa-apa, cuma sudah rusak saja, Jadi dinginnya kebangetan gak tahu ahlak. "

"Nanti kita beli yang baru buat umma di rumah, " tanggap pak alan.

Bhie terkejut dan hampir saja tawanya akan lepas dari mulutnya yang sudah dia tahan dengan sekuat tenaga.

"Ternyata dia emang aneh! "celetuk bhie dalam hatinya seraya tertawa dengan senang.

"Ada yah orang ganteng tapi aneh, " lagi-lagi bhie bicara dalam hatinya.

Wajahnya terlihat mesem bicara sendiri dalam hatinya.

"Hati-hati nanti kamu jadi gila kalau senyum-senyum sendiri! " celetuk pak alan.

"Mending tidur lagi aja, "

Satu tangan pak alan meraih kepala bhie dan membuatnya bersandar di bahunya.

"Jangan bergerak sedikit pun kalau kamu mau bisa belanja apapun, " gerutu pak alan.

Dia bicara pada bhie tapi kedua matanya terlihat jelas sedang mengawasi supirnya.

Bhie tahu pak alan sengaja melakukan itu agar orang kepercayaan mama mertuanya akan melaporkan hal-hal yang menguntungkan.

Karena jika pak alan mendapatkan laporan baik, bhie juga yang akan bisa merasakan kebahagiaannya karena uang jajannya akan bertambah.

"Kamu mau tidur di mobil terus atau masuk ke hotel? "

Bhie mendengar ada suara yang mengajaknya bicara dan tubuhnya yang berguncang.

"Kita sudah sampai atau istirahat lagi di tempat makan, pak? "

Bhie sedang mengumpulkan semua nyawanya yang ikut tertidur beberapa waktu lalu.

"Ini kartu akses kamar kamu, " ucap pak alan.

Satu tangannya menempelken sebuah kartu di kening bhie.

"Nggak usah di jidat juga, pak " gerutu bhie.

"Kamu itu pelupa, jadi semuanya harus disimpan disitu. "

"Kalau kamu lupa bawa kartunya kamu nggak bisa akses di lift hotel ke kamar kamu, ini otomatis. "

"Jangan bilang kamu belum pernah nginap di hotel seperti itu! "

Bhie menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena sebenarnya memang dia belum pernah tahu ada hotel seperti itu.

Dia pernah berada di hotel bagus ketika ada undangan acara pelatihan gratis dari kampus.

Pak alan melihat ke arah jarum jam di tangannya.

"Sekarang kamu istirahat dulu, nanti jam tujuh kita pergi "

"Kemana, pak? " tanya bhie.

"Nggak usah tanya-tanya, ikut aja. "

Bhie berpikir sejenak sebelum bicara kembali.

"Saya bukan anak kecil, jadi harus tanya mau kemana. Kalau tiba-tiba di bawa ke tempat aneh atau dikenalkan dengan orang aneh saya kan tidak bisa menyelamatkan diri... "

Bhie tidak melanjutkan kata-katanya karena kedua mata pak alan sudah menatap dengan tajam ke arahnya.

Kedua mata itu melihat bhie dari ujung kepala sampai kaki.

"Mustahil ada yang mau sama kalaupun aku tawarkan, tidak ada yang menarik sedikitpun. "

Dia lalu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke lobi hotel.

"Belum tahu aja kalau aku ini cantik! " celetuk bhie seraya mengikuti langkah pak alan.

Sambil terus menggerutu dia berjalan dengan membawa tas pakaian miliknya.

Tapi sama sekali tidak melihat pintu kaca yang ada di hadapannya, bhie kalah kuat dengan pintu kaca tersebut dan dia ambruk.

"Mending mati aja deh! "

Bhie merasa wajah dan seluruh tubuhnya memanas, dia tahu pasti semua yang ada di hotel akan melihat ke arahnya dan menertawakan kelakuan bhie sekarang ini.

"Bhie, bodoh memalukan! " dia marah pada dirinya sendiri kali ini.

Mempertahankan posisi jatuhnya karena terlalu malu untuk membuka mata dan melihat ada berapa banyak orang yang memandangi dirinya.

"Kamu bisa bangun? "

Ditambah lagi ada suara laki-laki yang bicara begitu dekat dengan bhie sekarang ini.

Bhie bisa merasakan punggung tangannya di sentuh seseorang.

Karena bhie terlalu malu dia enggan untuk membuka kedua matanya sebelum dia merasa siap untuk mendapatkan malu...