"Kamu itu sudah kuliah, masa kaca sebesar itu nggak kelihatan! "
Kedua mata bhie membelalakan kedua matanya mendengar perkataan pak alan yang lebih menyakiti perasaannya.
Dia bukannya menolong, justru pergi meninggalkan bhie sendirian menanggung malu.
'Dasar manusia tidak berperasaan!!! '
Bhie menggerutu di dlam hatinya, dia kesal sekali saat ini.
"Kamu sudah membuat kekacauan besar, " ucap pak alan lagi.
"Itu kecelakaan pak, " bhie menarik nafasnya dalam-dalam.
"Lagipula saya yang mendapat malu, kenapa bapak yang dari tadi ngomel. "
"Kamu pikir saya tidak mendapat malu? " tanya pak alan.
"Yang bawa kamu itu kan saya, "
Bhie menggerakkan kepalanya ke arah kanan dan kiri dengan bola mata yang mendelik.
"Tapi kan bapak sudah kabur duluan pas mereka ngeliatin bhie, " ucapnya sambil memberikan tatapan ke arah pak alan.
"Pusing saya kamu dari tadi ada aja jawabannya, "
Bhie tersenyum dengan terpaksa, "saya kan murid bapak. "
Pak alan menggelengkan kepalanya mengawasi bhie yang masih terlihat biasa saja, padahal kejadian tadi sangat memalukan baginya di perhatikan banyak orang ketika menabrak pintu kaca yang tertutup.
Bhie memutuskan untuk berjalan ke arah jendela kamar hotelnya untuk melihat pemandangan sore hari, sambil membayangkan sosok laki-laki yang tadi menolongnya.
"Kenapa bisa lupa lagi namanya, ya. "
Bhie tengah mencoba untuk ingat nama laki-laki itu.
Seorang laki-laki seumuran dengannya, berambut gondrong yang diikat dan berpenampilan keren.
"Kamu bisa berdiri? " laki-laki tu bertanya pada bhie yang masih terduduk di atas lantai karena baru saja menabrak pintu kaca.
"Iya, " jawab bhie pendek.
Dia masih menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena merasa tidak sanggup untuk memperlihatkan wajahnya di hadapan semua pasang mata yang melihatnya kali ini.
"Kamu yakin? "
Bhie merasa laki-laki itu sudah berada di dekatnya sekarang, karena satu tangannya sudah di pegang oleh laki-laki itu.
"It's oke, itu kecelakaan. " ucapnya pada bhie yang masih tertunduk.
"Kamu bukan yang pertama, "
Bhie menganggukkan kepalanya lemas, dia harus berterima kasih pada orang yang sudah membantunya kali ini.
Perlahan dia mengangkat wajahnya, menyingkirkan rambut-rambut yang menghalangi wajahnya dan menoleh ke arah laki-laki yang sudah menolongnya.
"Terima kasih, " ucap bhie dengan senyuman ditambah wajahnya yang memerah.
"Untung kamu cantik, " pujinya setelah melihat senyuman bhie yang malu-malu.
"Tapi memalukan, " jawab bhie.
Laki-laki itu tertawa kecil mendengar jawaban bhie.
"Hallo, saya kendri. "
Laki-laki itu mengulurkan satu tangannya ke arah bhie memperlihatkan senyumanyang membuat wajah kerennya terlihat sempurna.
"Syabhiena, tapi panggil aja bhie. "
Dia menerima uluran tangan laki-laki yang sudah menolongnya.
"Kamu sedang liburan disini? "
Bhie mengangukkan kepalanya, dia baru ingat kalau pak alan sudah tidak terlihat di jangkauan matanya kali ini.
"Maaf, saya harus pergi sekarang. "
Bhie dengan cepat berjalan masuk ke dalam area hotel untuk mencari pak alan yang sudah lebih pergi atau tepatnya menurut bhie adalah melarikan diri karena tidak mau di sangkut pautkan dengna kejadian memalukan tadi.
"Kamu lagi mikirin laki-laki gondrong tadi? "
Bhie yang mendengar ucapan pak alan mengerutkan dahinya, dan lalu berbalik.
Dia memandangi sosok pak alan dengan menyipitkan kedua matanya.
"Maksudnya? "
"Laki-laki keren yang nolong kamu tadi, " jawab pak alan.
"Bapak cemburu karena saya bicara sama laki-laki gondrong keren, atau jangan-jangan dia itu... "
"Apa? "
Bhie lagi-lagi menyipitkan kedua matanya dan kali ini ada senyuman kecurigaan darinya.
"Dia itu pacar bapak ya? "
"Kalian kan sudah janjian di hotel ini, "
"Sok tahu kamu! " cetus pak alan.
"Dia baru sampai nanti malam, " jelasnya.
"Lagipula laki-laki seperti itu sama sekali tidak menarik, dia seperti orang yang tidak bisa merawat dirinya sendiri. "
"Wow, saya jadi penasaran kriteria bapak itu seperti apa. " ucap bhie sambil mengkhayalkan sosok yang akan ditemui oleh pak alan nanti malam.
"Jangan kecentilan kalau ketemu sama laki-laki, " sindir pak alan.
Bhie seketika tertawa, tapi sebenarnya dia merasa kesal.
"Saya juga kan mau cari pacar, pak. Kalau disini bapak bawa pacar saya juga harus cari pcar biar nggak kesepian, " jawab bhie.
'Rasain! ' celetuk bhie dalam hatinya sambil tertawa.
'Coba sekarang kata-kata pedas apalagi yang keluar dari mulut kamu, ' yang lagi-lagi semua itu hanya bisa bhie dengar sendiri dalam pikirannya.
"Tidak boleh, "
Satu tangan bhie di raih oleh pak alan, dan dia memaksa bhie untuk duduk di sofa.
"Kita buat perjanjian disini, " ucapnya lagi pada bhie.
"Kamu tidak boleh membalas dengan mencari pacar, "
"Tidak boleh pergi ke tempat jauh dengan laki-laki lain, kamu kan tahu ada supir kepercayaannya mama. "
"Yang dia tahu itu kamu istri saya, "
Bhie menghela nafas, "kenapa dari kemarin bapak terus yang buat peraturan. "
Terlihat kerutan di dahi pak alan, "maksudnya? "
"Kenapa bapak nggak pernah tanya permintaan saya, "
"Padahal saya ini istri bapak, walaupun cuma seperti topeng saja. "
"Memang kamu mau minta apa? paling juga belanja dan uang jajan tambahan. "
Bhie tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Saya mau bapak tidur disini, tidak boleh satu kamar dengan pacar bapak! "
"Sampai sebelum satu tahun pernikahan kita bapak cuma jalan-jalan, pegangan tangan, atau kissing. "
"Tapi, " bhie terdiam sejenak.
"Khusus kissing, jangan di depan saya. "
"Bapak tahu saya ini perempuan, kalaupun saya tidak punya perasaan sama bapak tapi kalau lihat adegan romantis nanti bapak juga yang susah. "
"Kenapa? "
"Nanti kalau saya minta kissing juga sama bapak gimana? "
"Bapak kan jelas-jelas nggak suka sama saya, dan lakuin kissing sama orang yang tidak kita cintai itu berat lho, pak. "
"Kayak kamu pernah pacaran aja! " celetuk pak alan.
"Pikirkan baik-baik, pak. "
Suara bhie sengaja di pelankan dengan tatapannya ke arah pak alan dengan maksud untuk meerubah pikiran laki-laki itu.
"Kalau bapak setuju, peraturan bapak tadi pasti saya turuti. "
Bhie tertawa dalam hatinya, dia senang sekali membuat dua sejoli yang sudah lama tidak bertemu dan menahan rindu harus terhalang lagi peraturan bhie.
Mereka memang bisa bersama tetapi tidak bisa melakukan hal-hal yang lebih intim yang selalu di bayangkan oleh bhie.
'Bagamana rasanya mau melakukan sesuatu tapi kamu tidak melakukannya? '
Bhie puas karena seperti itulah dia sekarang setelah bersama dengan pak alan.
"Oke, tidak masalah. "
Bhie menaikkan kedua alisnya mendengar keputusan pak alan setelah dia berpikir lama.
"Saya yang tidur di kasur, kamu di sofa. "
Bhie membelalakan kedua matanya.
"Iya, tidak apa-apa. Saya sudah terbiasa dengan kesusahan, " bhie mengangguk setuju.
Yang terpenting sekarang ini dia tidak mau melihat siapapun bermesraan di depan matanya, karena dia tidak bisa melakukannya.
'Kalau tidak bisa cari pacar lain, kenapa nggak bisa bikin kamu yang jadi pacar aku beneran! ' Ucap bhie dengan penuh percaya diri...