webnovel

Gara-gara Telat

Di pagi buta, tepat ketika jam bekernya telah menunjuk ke angka lima, suara nyaringnya berdering begitu keras tak seperti biasanya. Telinga Ali yang merasa terusik langsung bangun seketika. Namun bukannya beranjak, Ali malah mematikan jam itu kemudian kembali bergelut dengan selimut hangatnya. Beberapa menit setelahnya, suara nyaring itu kembali berdering yang hampir membuat telinga Ali hampir pecah. Dengan rasa kesalnya, ia mematikan lagi jam itu kemudian dimasukan ke dalam lemari baju agar suara nyaring itu tak kembali mengganggu waktu tidurnya.

Ali memang baru pulang ke rumahnya satu jam yang lalu dan tentunya, semalaman ia harus begadang untuk menemani teman-temannya yang sedang bermain game di basecamp. Jadi ia benar-benar memanfatkan waktunya tiga jam ini sebelum berangkat ke sekolah.

Dua jam setelahnya, tepat setelah panas matahari menerobos masuk ke jendela kamar, dering handphone miliknya berbunyi. Tangan kanannya mencoba meraba-raba dimana letak ponselny dengan mata yang masih enggan untuk terbuka. Satu panggilan ia matikan lalu kembali tertidur setelahnya. Namun tak lama kemudian, suara itu kembali terdengar. Karena mulai merasa kesal, Ali pun mendudukan dirinya, mencoba mengumpulkan kesadarannya, lalu mengecek ponselnya. Panggilan sebelumny belum sempat ia jawab. Hingga akhirnya ia melihat riwayat panggilan dan terdapat sepuluh panggilan tak terjawab dari Rania. Saat ia akan menelepon balik, notifikasi pesan muncul sehingga membuat Ali mengurungkan niatnya.

-Mine💝-

Al, lo jadi jemput gue gak sih?😡

Ini udah jam 7

Lo masih tidur ya?

Mata Ali langsung membulat seketika. Kepalanya ia pukul beberapa kali. Bagaimana ia bisa melupakan janjinya pada Rania? Pasti setelah ini Rania akan menjadikannya rujak bebek bahkan lebih dari itu. Ohh astaga... Ini benar-benar bencana besar bagi Ali.

Ali melihat jam di ponselnya. Masih ada waktu lima belas menit lagi, ia pun segera pergi ke kamar mandi.

Tepat saat jam di tangannya telah pukul tujuh, Ali akhirnya telah sampai di depan rumah Rania dan benar saja wanita berambut panjang itu sedang berdiri dengan wajah kesal yang terlihat jelas. Lalu, ia pun segera menghampiri Rania.

"hai" sapa Ali ragu

"lo dari mana aja sih? Ini udah jam 7, Al. Kalau kita telat gimana? " tanya Rania kesal

"iya sorry, tadi gue kesiangan"

"pasti begadang mulu kan? Iya kan? "

Di tengah perseteruan itu, Natta dan Renzy datang dari balik pintu. Natta masih mematung di tempat kala melihat Rania masih di rumah dan sekarang pandangannya teralihkan akan sosok lelaki di samping anak perempuannya itu. Ia melihat penampilan Ali dari atas hingga bawah dan berakhir dengan wajah tidak sukanya. Sedangkan Renzy, sedari tadi ia sibuk melihat-lihat dengan wajah kagum motor hitam milik Ali yang terparkir di halaman rumahnya sambil sesekali mencoba menaikinya.

"kok belum berangkat? " tanya Natta

"iya ayah. Mau berangkat kok" jawab Rania

"hallo, Om" sapa Ali lalu berniat menyalami ayah dari kekasihnya itu. Namun Natta sama sekali tak membalas salam dari Ali sehingga tangannya yang terulur ia urungkan.

"dia Ali, Yah" Rania mencoba memperkenalkan Ali

"pacar kamu? " tanya Natta langsung to the point

Rania menganggukan kepala ragu.

Natta kemudian menatap Ali tajam.

"lain kali kalau mau bolos jangan bawa-bawa anak saya, masa depan anak saya terlalu berharga asal kamu tahu" ucap Natta kemudian pergi dan menaiki mobilnya lalu diikuti oleh Renzy.

Kata-katanya menyindir secara langsung tanpa jeda seakan memperlihatkan dengan jelas bahwa ia tak menyukainya. Sungguh sebuah perkenalan yang pertanda buruk bagi kelangsungan hubungannya.

Di tengah pikiran Ali yang berkecamuk, sebuah tangan mungil terulur menepuk bahunya. Ia melihat ke samping dan mendapati Rania yang sedang tersenyum namun tak dapat dipungkiri jika wajahnya menyimpan rasa tidak enak. Entah kenapa rasa yang tadinya kesal berubah menjadi iba.

"jangan pikirin kata ayah, yah? Ayah emang kayak gitu" ucap Rania dengan senyuman kaku

Ali berusaha tersenyum selebar mungkin menutupi rasa kecewanya. Ia kecewa pada dirinya sendiri. Kenapa ia harus telat dan menjadikan perkenalan pertama nya dengan ayah Rania menjadi perkenalan buruk?. Hatinya terus berkecamuk.

Saat akan berangkat, datang lagi seorang lelaki di balik pintu dengan baju yang rapi dan tas hitam di punggungnya. Ia juga cukup kaget kala melihat Ali dan Rania di depan pintu.

"lohh kamu belum berangkat, dek? " tanya lelaki itu

"iya, kak. Mau kok" jawab Rania

Yah. Dia adalah Randy, kakak Rania yang akan berangkat kuliah. Ia melihat ke arah Ali sejenak kemudiab beralih ke arah Rania dengan tatapan bingung seakan memberi syarat dan bertanya 'siapa dia? '

"dia Ali, kak" Rania yang mengerti langsung memperkenalkan sang pacar pada kakaknya.

"pacar kamu? " tanya Randy

"iya kak"

"ciee yang punya pacar" goda Randy

"hallo, Kak" sapa Ali kemudian

"hai!!! Jagain adek gue yah!! " Ali tersenyum mengiyakan

Berbeda dengan Natta tadi, Randy seakan lebih mendukung hubungan adiknya dengan Ali. Dan hal itulah yang membuat Ali juga kembali bersemangat dan lebih termotivasi agar bisa meyakinkan ayah dari kekasihnya itu.

"itu Kak Randy" ucap Rania setela sang kakak pergi menaiki motornya.

"iyah gue tahu"

"ya udah yuk berangkat, lima menit lagi loh"

"tenang aja, gak bakal telat kok"

Mereka pun segera berangkat.  Dan benar saja perkataan Ali, dalam waktu lima menit mereka telah sampai sebelum pintu gerbang di tutup oleh pak kumis, panggilan seluruh siswa untuk security sekolah.

Saat turun dari motor hitam nya Ali,  Rania yang kelewat takut masih memegang dadanya dan tak menyangka akan mengalami kejadian paling mengerikan dalam hidupnya. Bahkan sepanjang perjalanan ia terus berdoa dalam hati agar Tuhan memberinya nyawa kedua jika ia mati hari ini.

Bagaimana tidak, Ali benar-benar menjalankan motornya seakan berada di sircuit.  Dan saat itu Rania mengetahui jika kekasihnya benar-benar seorang pembalap. Julukan "the real badboy" bukanlah sebuah kebohongan ataupun bualan, melainkan fakta yang sesungguhnya.

"lo gak papa kan? " tanya Ali setelah menyadari kondisi Rania

Bukannya menjawab, Rania malam menatap Ali tajam seakan ingin melahapnya sekarang juga.  Namun yang ditatap malah memasang wajah bingung tak berdosa saking tak peka nya.  "kenapa sih? " tanya Ali

"lo mau bikin gue jantungan? Gimana kalau gue mati? Gimana kalau kita tadi kecelakaan? Gimana kalau gue---" omelan Rania terhenti karena Ali membekap mulut Rania dengan tangan besarnya.

"kita kan udah disini sekarang. Selamat dan sehat wal'afiat" ucap Ali dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin dan wajah tanpa dosanya.

Emosi Rania yang akan meluap bagaikan gunung merapi yang menahan lavanya. Wajahnya yang memerah seperti tomat dan tangannya yang terkepal kuat seakan akan membunuh psikopat yang melarikan diri puluhan tahun.

Teng teng teng tenggggg

Pelajaran akan segera dimulai,  para siswa diharapkan berada di ruangan kelasnya masing-masing.

Teng teng teng tengggggg

Untunglah suara bel masuk berbunyi, jika tidak mungkin Rania benar-benar akan mematahkan tangan lelaki dihadapannya yang sedang tersenyum tanpa dosa ini.

.

.

.

.

.

.

.

Sang raja siang sedang bergembira hari ini. Cahaya nya tak sekalipun bersembunyi meskipun seperempat dari penghuni bumi mungkin menginginkan gumpalan awan datang dan melindungi kepalanya layaknya snowman yang memiliki awan pribadi dari Elsa.

Karena hal itu, semua murid SMA Bakti harus bersusah payah menahan gerah ditubuhnya meskipun mereka kini berada di kantin yang berada di ruang terbuka. Ada juga diantara mereka yang mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengurangi rasa gerahnya. Begitu pun dengan wanita cantik yang duduk sendirian di kursi paling pojok sambil memainkan ponsel. Sejak sejam yang lalu, ia telah duduk disana tanpa berpindah tempat sedikit pun. Bahkan dua gelas es jeruk telah ia habiskan untuk menemani waktu luangnya.

-Alex-

Ran?

-Rania-

Apa?

(send)

-Alex-

Terkait ajakan gw gmn?

Kpn kita bisa jalan?

Gw mau ngjak lo ke suatu tempat

-Rania-

Kmn?

(send)

-Alex-

Ya makanya lo ikut dong

-Rania-

Skrg gw gk bs

(send)

-Alex-

Bsk?

-Rania-

Gk tau, gw kan bimbel

(send)

-Alex-

Pulangnya aja?

Gk bkl lma kok

Gw janji

-Rania-

Gmn bsok aja ya

(send)

-Alex-

Ayolah plisss Ran...

Rania memanyunkan bibirnya malas. Sejujurnya ia ingin menolak tapi ia tak punya alasan yang kuat untuk menolak ajakan Alex. Ketika akan mengetikan sesuatu yang berniat ingin membalas, tiba-tiba suara deheman seseorang mengalihkan perhatiannya.

Cowok berambut sedikit pirang,  dengan kedua tangan di depan dada, dan tatapan tajamnya seakan akan memangsa umpan nya saat itu juga. Kekagetannya semakin bertambah karena Rasti, Nadia, dan Aryo yang juga berada di sana dan menatapnya tajam.  Apa ini? Kenapa mereka seperti ini? Seakan-akan Rania adalah seorang tersangka pembunuhan yang sedang di interogasi oleh empat polisi dan akan dikenakan hukuman paling berat. Apa sekarang dirinya sedang dihakimi juga? Tapi kesalahan apa yang ia perbuat?

"kalian kenapa sih? " tanya Rania setelah sepuluh menit hening tanpa suara di meja itu.

"lo lagi ngapain,Ran?" Nadia balik bertanya

"kok ke sini gak ngajak-ngajak kita? " sambung Rasti

Rania memutar bola matanya malas. Jadi cuma karena masalah sepele seperti ini tapi ekspresi wajah mereka seakan-akan ingin menerkamnya hidup-hidup.

"gue lupa" jawab Rania asal. Padahal ia hanya ingin sendiri saja.

"whatttt???  Lo lupa? Lupa sama kita? " penyakit rempong Nadia kembali kambuh.

Rania tak menanggapinya dan tak mau ambil pusing. Saat tatapannya tak sengaja beradu dengan Ali di hadapannya, Rania justru seakan dibuat mematung dan terkunci untuk tetap menatapnya. Namun rasa bingung masih mendominasi pikirannya karena sikap Ali yang tiba-tiba berubah menjadi dingin sedingin kutub utara.

"lo kenapa? " tanya Rania

"lagi chatan sama siapa? " Ali balik bertanya

Ohh jadi karena itu, kekasih serta semua teman-temannya menatapnya tajam seperti tadi.

"temen"

Aryo buru-buru berkomentar seakan mewakili Ali" temen siapa? " ucapnya

"SMP" jawab Rania tenang karena memang itu kenyataannya

"cowok? " kali ini Ali yang bertanya.

What the hell. Apa dia sengaja ingin mempermalukan Rania di depan teman-temannya?

"udah deh kenapa sekarang jadi lo yang kesel sih? Harusnya gue dong. Lo udah telat jemput gue, bikin gue hampir jantungan, terus sekarang lo, dan kalian semua mau bikin gue kayak ngerasain berada di rumah hantu dengan seribu satu macam hantu yang nongol dan dengan pertanyaan-pertanyaan konyol kalian ini? Kalian mau bikin gue jantungan lagi? " omel Rania. Kini ia tak mau kalah juga.

Dan kini mereka semua terdiam. Terlihat raut wajah bersalahnya. Hahaha Rania ingin tertawa dalam hati. Namun tidak dengan cowok tengil di depannya. Ia masih bersikap tenang tanpa rasa bersalah sedikit pun. Benar-benar tengil kan? Tapi anehnya Rania tetap sayang.

"ya udah gue minta maaf" ucap Ali kemudian

"kok minta maaf gitu sih? Kayak gak ikhlas banget"

"aku minta maaf, sayang" Ali memajukan tubuhnya yang tadinya bersender di kursi menjadi lebih dekat dengan Rania.

"Ekhemm ekhemmm.... Kita dianggap nyamuk nih di sini" sindir Aryo

"serasa dunia milik berdua yahh" sambung Nadia

"apaan sih kalian, ganggu momen romantis aja" ucap Ali kesal kemudian kembali menyenderkan tubuhnya di kursi.

"lagian lo juga sih, pake acara telat segala. Kan gue udah bilang jangan begadang. Kalau Ayah sekali bilang gak suka, susah buat ngeyakininnya lagi" omel Rania pada Ali

"iya sorry, namanya juga lupa"

"makanya pikun tuh jangan dipelihara" sontak Aryo, Nadia, dan Rasti dibuat tertawa oleh ucapan Rania

"awas aja kalau sampe telat jemput lagi" ucap Rania yang lebih mengarah kepada ancaman itu.

"iya" jawab Ali pasrah