webnovel

Berandal SMA inlove

Blurb : Di kehidupan nyata, Brenda dan Gina memiliki nasib kontras. Brenda Barbara terkenal dengan sikap angkuh dan sombong sebagai Ratu sadis sesekolah, sedangkan Gina Stefani hanya siswi berkacamata yang kumuh, jerawatan, penyuka novel romantis. Karena sebuah tabrakan maut, mereka terpaksa merenggang nyawa bersama. Membuat Brenda dan Gina mendadak bertransmigrasi ke dunia novel. Dengan memerankan dua tokoh berbeda. "Selama ini aku gak pernah bahagia, Ka. Prestasiku gak pernah diapresiasi, aku juga gak ada temen. Menurut kamu apa yang bisa aku banggain dari hidup aku yang kayak gini?" Reynand Dirgantara, laki-laki yang menyimpan banyak luka di dalam dirinya. Selalu mendapat peringkat 1 besar, ternyata tidak membuat orang tua Reynand puas. Serta tidak ada satupun siswa-siswi SMA Tunas Bangsa yang mau berteman dengannya. Alasannya, karena Ayah Reynand merupakan seorang koruptor. Gina Stefani Alexander, gadis cantik yang berpenampilan kumuh dan berkacamata yang mau berteman dengan Reynand. Tanpa sengaja, keduanya saling jatuh cinta. Dengan semua masalah yang ada, apakah semesta merestui mereka untuk bersatu? Dan Alter orang yang sangat ingin balas dendam pada Brenda or Choco itu, mempunyai kesempatan dan membuat Choco jadi Babunya Brenda yang dikenal sebagai Ratu sadis, menjadi Choco Valentine. Si tokoh figuran yang lemah dan miskin. Sedangkan Gina dengan bantuan Reynand yang semasa hidupnya sering di-bully, menjadi Cherry Camellia. Si tokoh utama yang sombong dan membully siswa lain dalam novel favoritnya

RinaMardiana_22 · Teen
Not enough ratings
56 Chs

Choco Diperbudak Alter

Selamat Membaca

"Sial, gue lupa pintu ini kadang rusak."

Mendengar seruan dari Alter yang susah payah mencoba membuka pintu gudang, mulut Choco membulat.

"Kita kekunci?!" pekiknya, ikut membantu Alter membuka pintu tersebut. Ternyata memang benar terkunci. "Gila! Gimana ini?! Masa beneran dikunci, sih?!"

Kemudian netra coklatnya beralih terhadap wajah Alter, tatapan Choco berubah curiga dengan memicing sinis. 

"Apa liat-liat?" Alter mengernyit heran.

"Jangan bilang ini salah satu jebakan lo buat gue, hah?! Lo sengaja mengunci gue di gudang sama pasukan geng tai lo itu, 'kan?! Ngaku aja cepetan! Dendam banget lo sama gue?" tuduh Choco.

Bukannya merasa terintimidasi, justru perangai Alter semakin dingin seolah tidak bersalah. Maju mendekati Choco tanpa goyah sekali pun.

"Otak dipake. Kalo gue berencana ngunci lo di gudang, mana mungkin gue juga ikut kekunci di sini," celotehnya menghela napas jengkel. "Lain kali jangan nuduh Tuan sendiri. Jadi pelayan itu harus nurut sama atasan."

Dia tersenyum samar. "Ingat perjanjian kita tadi."

Kedua telapak tangan Choco mengepal emosi, darahnya mendidih serasa ingin meledakkan kepala saking amarahnya di ujung tanduk. Gadis itu membantu, melawan pun sia-sia. Posisinya sekarang sebagai pelayan Tuan Muda itu sesuai kesepakatan.

Menyesal tadi dirinya rela sujud ampun sesembah pada Alter atas permintaan maafnya karena malas dikejar-kejar. Ia malah terjebak dalam sangkar emas Alter.

"Ehm, m-maaf."

Kontan pandangan Luther dan Choco terlempar ke arah laki-laki lugu berkacamata yang tiba-tiba menyala. Farez menunduk gugup hendak berbicara lagi.

"Anu, Choco, pintu gudang ini memang kadang-kadang rusak karena besinya berkarat dan belum diperbaiki. Jadinya sering terkunci sendiri. Itulah kenapa tadi mending dibuka saja biar nggak ada orang mendobraknya."

Penjelasan panjang lebar Farez cukup ampuh, Choco terdiam memahami.

"Oh, gitu toh. Kalo lo sekarang yang ngomong, sih, gue percaya. Makasih pencerahannya. Hehe," komentar Choco, cengengesan.

"Tunggu," sambar Alter tampak bingung memperhatikan Farez.

 "Sejak kapan cowok jelek begini di sini? Dia siapa?"

"A-aku Farez!" Tentu Farez merespons secepat mungkin, dia mengelap tangannya ke celana takut ada kotoran. Lantas disodorkan pada Alter berniat berkenalan.

"Aku Farezka Geovano, kelas 11 IPS 1. Umurku 17 tahun, suka strawberry dan anggur, adikku juga suka! Dia cantik sekali. Oh! Dan hobiku"

"Gue tanya nama lo, bukan biodata," timpal Alter muak, memutar bola mata malas..

Otomatis raut Farez berganti murung bak anak kucing tersesat.Choco menatap prihatin. Kemudian mendorong bahu Alter keras. "Heh, curut! Jangan bikin anak orang ngambek. Lo sendiri tadi yang tanya siapa Farez, wajar dia perkenalan riwayat hidupnya, dong?!"

Alter menepuk bahunya yang menjadi bekas dorongan tangan Choco. Laki-laki itu tersenyum singkat. "Kenapa? Kok jadi lo yang sewot? Lo suka sama dia?"

"S-suka?!" 

Kini giliran Farez tiba-tiba menyahut tergagap. Mulai melirik Choco yang mimiknya terlihat sulit diartikan secara lisan. Di tengah situasi hening dan sepi dalam gudang temaram itu, pintu terbuka secara mendadak dari luar sampai suaranya nyaris memecah gendang telinga. Baik Farez, Choco, maupun Alter serempak menengok ke asal suara. Dua bawahan Alter dari geng Dark Zelox, Regan dan Ethan, langsung masuk setelah mati-matian membuka pintu gudang. Wajah mereka memerah sebab letih. 

"Widih, ada acara apaan kumpul di gudang?" celetuk Regan meledek, meskipun tahu Alter terkunci.

"Lagi tumpengan kali," canda Ethan.

"Bacot." Alter menggertak, sebelum benar-benar hendak keluar meninggalkan tempat sempit tersebut, matanya melirik Choco. 

"Lo, ikut gue."

Lamunan Choco buyar, setelah beberapa menit tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Ia mengangguk mengiyakan ajakan Alter.

"Baik, 'Tuan'."

"Dan lo," tunjuk Alter terhadap sosok Farez yang langsung terbujur kaku. 

"Jangan sampai gue liat lo deket sama milik gue. Paham?"

***

"Pelayan! Bersihin sepatu gue."

"Pelayan! Mana jus jeruk gue?!"

"Woi, Choco! Beliin semua anak buah Dark Zelox nasi goreng Bi Rina."

"Punya kaki lambat banget kayak keong."

Jujur saja, menurut Choco, cogan alias cowok ganteng itu memang bagus di tampang doang. Sisanya nol besar. Dari awal ia mengutuk tindakan para kaum good looking karena selalu semena-mena terhadap kaum kentang seperti dirinya. Lihatlah, ia diperbudak oleh kawanan geng DARK ZELOX yang diketuai si cowok angkuh itu. Alter Jaydeniel Sebastian. Selama beberapa jam berturut-turut, Choco disuruh bak pembantu. Harus membersihkan sepatu Leather, mengerjakan PR Alter, membuat surat izin tidak masuk, dan segala macam tetek-bengek lain.  Sekarang, ia dibawa ke kantin untuk membeli berbagai makanan. Sedangkan anggota inti Dark Zelox seperti Alter, Regan, Ethan, Lucas dan Zidan, berkumpul ramai di salah satu meja.

"Nasgor sudah datang, Tuan-tuan!" pekik Choco sedikit terpaksa. Meletakkan lima piring nasi goreng super pedas di meja mereka.

"Hmm, baunya enak juga." Regan meresapi bau yang menyengat hidungnya itu. 

"Thanks, culun. Lo baek bener."

"Kali-kali kerja di rumah gue aja lah jadi ART," timpal Lucas tertawa.

"Gak sekalian lo jadiin istri aja, Cas?" gurau Ethan.

"Ihh, ngeri bor. Cewek spek gembel gini kurang cocok jadi istri sultan. Hahaha." 

Giliran Zidan yang buka suara. Tergelak bersama lucas sambil pukul-pukul meja.

Harga diri Choco benar-benar direndahkan oleh para cecunguk ini, jiwa Glenda yang berada di dalamnya sudah meronta-ronta ingin meracuni pakai sianida. Memangnya siapa juga yang mau bersama mereka? Level Glenda bertubuh Choco itu terlalu tinggi.

"Ck, jus gue abis." Alter berujar, isi gelasnya telah kosong. Dia mendelik pada Choco. "Beliin gue jus lagi. Pake duit lo."

"Tapi duit gue—" Omongan Choco terpotong lebih dulu saat Alter menyela.

"Kenapa? Lo gak punya duit? Miskin," hinanya, sontak cowok-cowok yang duduk bersamanya mengudarakan gelak tawa menggelegar.

"Apa?! Miskin?!" Choco menjerit tak terima.

"Udah, lah. Terima faktanya aja lo beneran miskin. Salahnya dimana?" Regan membela Alter.

"Dasar anak beasiswa."

"Payah."

"Anak pemulung."

Makian dan cacian begitu meremukkan hati Choco. Dengan emosi membara serta mata memerah, ia berlari ke warung untuk membeli jus jeruk Alter. Sebenarnya Choco mau kabur, kalau bisa. Tapi ia bukan tipe orang ingkar janji.Tadi di gudang, kan, Choco sudah sepakat untuk menjadi pelayan Tuan Muda apapun resikonya.Di sisi lain, anggota inti Dark Zelox masih saja terdengar tawanya. Termasuk Alter, terkekeh pelan merasa puas.

"Parah, pren. Anak orang dibikin kena mental," cakap Ethan.

"Besok-besok si Choco buat gue aja, lah. Barang bagus begitu mending gue kerjain aja tiap hari," seloroh Zidan.

"Nanti, kalo gue udah bosen make dan dia gak guna lagi," balas Alter tanpa dosa.

"Ogah. Sama aja gue mulung barang bekas."

Regan merangkul bahunya bersahabat. "Sob, ada tawaran nanti malam. Jam sembilan katanya kita ke arena, balapan sama geng sekolah sebelah. Hadiahnya, sih, ditanggung mereka."

"Siapa?" tanya Alter bingung.

"Geng RAVELION. Ketuanya yang pernah lo kalahin tahun lalu."

Alter mendesis. "Matthew?"

"Yep."