webnovel

Benvolio

Bagaimana jadinya jika dua keluarga dari konglomerat kaya bersatu? Apa jadinya dunia dibuatnya? Yang satu berlatar belakang seorang Mafia paling berbahaya di Italia dan yang satu lagi Kepala jaksa terkenal di Indonesia. Tidak cukup dengan mereka berdua, disini ada agen CIA terbaik di generasinya dan masih banyak orang hebat lainnya yang juga sama kayanya. Benvolio Constanzo, lahir di Indonesia dan merupakan seorang mafia paling berbahaya di Italia. Dia juga pengusaha sekaligus pengacara yang handal. Dia adalah salah satu pemeran penggerak ekonomi dunia. Tunggu apalagi?! ayo ikuti terus ceritanya!

Chasalla16 · Realistic
Not enough ratings
359 Chs

A THREAT (2)

Kazayn dan tim intinya mulai menyusuri lebih dalam pekarangan yang terlihat seperti hutan belantara untuk menemukan Mataya, sembari menunggu kedatangan tim Ahmed dan juga Abby. Dia belum mendapati adanya tanda-tanda kehadiran Mataya hingga saat ini. Dia menyisirkan penglihatan ke sekelilingnya dengan saksama agar tidak ada yang terlewat dari pandangannya itu.

Tak berselang lama, terdengar banyak suara mobil sedan yang berdatangan tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Tim yang Ahmed dan Abby pimpin telah datang di tempat di mana Kazayn melaporkan ditemukannya kalung Mataya dan mobil Mataya yang hangus terbakar.

"Jalanlah terus ke dalam, aku dan timku sedang menyusuri tempat ini lebih dalam tapi kami tetap belum menemukan kehadiran Mataya."

"Ya, aku akan menyusulmu ke dalam pekarangan ini," ujar Ahmed dengan singkat dan nada yang datar.

"Siap, Capt. Aku dan timku juga akan menyusulmu ke dalam pekarangan," ucap Abby selaku wakil divisi tim tersebut.

Kemudian tak butuh waktu lama mereka semua masuk ke dalam pekarangan untuk menyusul Kazayn dan tim intinya dalam mencari Mataya. Hingga akhirnya mereka semua melihat Kazayn dan tim intinya tak jauh dari tempat mereka semua berdiri. Mereka semua segera menghampiri Kazayn dan tim inti tersebut.

Mereka juga sudah siap dengan persenjataan milik mereka masing-masing. Mereka semua dilengkapi dengan rompi anti-peluru yang dipasang di tubuh mereka.

"Apa tidak ada tanda-tanda yang dapat memberikan kita petunjuk lagi untuk menemukan Mataya, Zayn?" tukas Ahmed, menanyakan mengenai tanda-tanda yang mungkin bisa menjadi petunjuk lagi untuk menemukan Mataya.

Kazayn menggelengkan kepalanya. "Sejauh ini aku hanya menemukan kalung dan mobilnya yang sudah hangus terbakar."

Ahmed menghembuskan napasnya berat, wajahnya terlihat sangat gusar. Ahmed sudah sangat frustrasi karena Mataya belum juga dapat dia temukan. Dia sangat khawatir akan kondisi sahabatnya saat ini. Saat dirinya menundukkan kepala, Ahmed melihat banyak sekali bercak darah di tanah yang terlihat sudah samar karena terinjak-injak. "Ada darah di tanah. Coba perhatikan tanah di sekeliling kalian!"

Kazayn dan Abby yang mendengar ucapan Ahmed itu segera memeriksa ke tanah dengan saksama, begitu pula dengan agen-agen yang lainnya. "Astaga aku melewatkan ini saking fokusnya melihat ke segala arah, tapi tanah yang kupijak tidak kuperhatikan," ujar Kazayn merasa bodoh dan teledor karena melewatkan sesuatu dalam pengamatannya.

"Hei, Capt, Tuan Ahmed, lihat itu!" Abby menunjuk banyak jejak kaki yang diikuti dengan lumuran darah berceceran dan terlihat masih segar.

"Darah ini terlihat masih baru dan bukan seperti darah dari binatang buruan. Mungkin saja ini darah Mataya, sepertinya kita bisa mencoba untuk mengikuti jejak tersebut untuk menemukan Mataya."

***

Di sisi lain, Benvolio mengendarai supercarnya dengan kecepatan penuh menuju lokasi yang diberikan oleh pengirim pesan asing melalui smartphonenya beberapa saat yang lalu. Tentu saja dirinya diikuti oleh Pavlo, asisten terpercaya sekaligus tangan kanan dan otak segala rencana Benvolio.

Pavlo mengemudi dengan kecepatan yang sama cepatnya dengan Benvolio---atau bahkan lebih cepat agar bisa menyusulnya---agar tidak kehilangan jejak mobil Benvolio dari pandangannya.

Pavlo mencoba menghubungi Benvolio karena ingin menanyakan kemana tujuannya. Tapi percuma saja, fokus Benvolio sekarang hanya tertuju pada lokasi itu, di mana dia bisa mendapatkan informasi mengenai 'sarang monster' dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Mataya dalam sebuah foto yang dikirimkan oleh pengirim pesan asing beberapa saat yang lalu melalui smartphone miliknya.

"Oh, ayolah Ben, yang benar saja," gerutu Pavlo.

Mereka berdua terus mengendarai kendaraannya hingga masuk ke sebuah tempat yang terlihat mirip seperti pekarangan dan juga hutan belantara sekaligus. Tidak ada satu pun penduduk yang bermukim di tempat tersebut---mungkin ada, tapi tidak terlihat oleh mata Benvolio dan juga Pavlo.

"Shit! Apa yang Benvolio pikirkan hingga ingin datang ke tempat seperti ini sendirian? Dia memang jago berkelahi, tapi dia tetaplah seorang manusia. Tubuhnya tetap akan tercecar jika peluru menghujaninya," desis Pavlo kesal sambil mengusap wajahnya yang sudah terlihat kacau.

Pavlo sudah cukup bersabar selama ini dalam melayani Benvolio. Tapi Benvolio seperti tidak pernah menganggap Pavlo ada. Benvolio selalu mengambil keputusan semaunya tanpa berdiskusi terlebih dulu baiknya seperti apa dengan Pavlo. Padahal Pavlo juga memegang peran penting dalam setiap misinya.

Tak lama kemudian, Benvolio menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah gubuk kecil dalam pekarangan yang terlihat seperti hutan belantara itu. Dia memarkirkan supercarnya lalu diikuti dengan Pavlo yang juga menghentikan dan memarkirkan mobilnya tepat di belakang supercar milik Benvolio.

Benvolio turun dari supercarnya dan dia baru tersadar akan kehadiran Pavlo yang mengikutinya sedari tadi. "Kenapa kau mengikuti kesini, Pav?! Aku tidak memberimu instruksi apapun untuk mengikuti! Cepat kau kembali dan jaga Callista!" Benvolio kesal bukan main melihat Pavlo yang mengikuti dirinya tanpa satupun instruksi dari dirinya.

"Callista yang memintaku untuk mengikutimu dan lagi pula … aku adalah 'bayangan'mu, Ben. Aku akan selalu mengikuti dirimu kemana pun kau pergi walaupun kau tidak memberiku instruksi tersebut. Bukankah itu fungsi dan tugas dari seorang 'bayangan' yang sebenarnya?" ujar Pavlo yang memicu perdebatan dengan Benvolio.

"Ya, benar, kau memang 'bayangan'ku yang sangat setia yang kupunya. Tapi, seorang 'bayangan' juga harus tahu kapan harus menyembunyikan dirinya dan tidak mengikuti 'tubuh' pemiliknya, bukan?" Benvolio tidak habis pikir kenapa di saat seperti ini, Pavlo malah tidak bisa mengerti situasi dan keadaan yang sedang dialami.

Tring…

Notifikasi smartphone milik Benvolio kembali berbunyi. Ada pesan teror yang masuk lagi ke dalam smartphonenya.

Benvolio segera membuka pesan tersebut dan dia sudah tahu siapa yang mengirimkannya pesan dan apa yang akan tertulis dalam pesan tersebut mengingat dirinya datang bersama dengan Pavlo.

[Message]

Sudah ku bilang untuk datang sendiri, mafia pembunuh! Dasar pengecut! Sekarang, kesempatanmu untuk mengetahui lokasi pasti 'sarang monster' sudah tidak ada lagi. Jangan salahkan aku, kau sendiri yang melanggar peraturannya! Yang tersisa sekarang hanyalah perempuan yang sedang terluka itu! Mungkin dia masih bisa selamat jika kau menemukannya tepat waktu.

Sayang sekali, padahal aku ingin menghajarmu dengan sepuasnya dan juga menghabisi wanita brengsek yang sok menjadi jaksa yang adil dan menjunjung tinggi hukum.

Ya ... tapi bagaimanapun dia akan menjadi partner projek keluarga Constanzo selanjutnya, bukan? Jadi kurasa melepaskannya saat ini kepadamu bukanlah masalah karena aku bisa memanfaatkan wanita ini lagi ke depannya, itupun kalau kau sempat menyelamatkan nyawanya yang sudah sangat sekarat. HAHAHA SEMOGA BERUNTUNG BRENGSEK! INI SEMUA HANYALAH PERMULAAN, KAU HARUS TETAP HIDUP HINGGA KAU TAHU SIAPA DIRIKU, HAHAHA!!!

-Lake-

"Brengsek! Berani sekali dia mempermainkan diriku! Akan 'kuburu' kau hingga dapat." Benvolio mengepalkan tangannya dan meninju kaca supercar di hadapannya untuk melampiaskan amarah yang sedang membara dalam pikirannya. Tangannya yang dipakai untuk meninju kaca supercar miliknya pun memerah dan mulai mengeluarkan darah.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Ben? Dan apa yang kau cari di tempat seperti ini?" tanya Pavlo yang sedari tadi sudah sangat penasaran dengan tujuan Benvolio dan sama sekali belum tahu situasi apa yang terjadi saat ini.

Benvolio menghela napasnya dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dari emosinya dan juga pikirannya yang sudah kacau balau. Benvolio mencoba untuk tetap tenang dan mengembalikan pikiran kacau nya agar tetap dapat berpikir dengan jernih dan rasional. "Mencari singa yang terluka dan sedang meregang nyawa nya," tukas Benvolio singkat.

*Note*

Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.

Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^

Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^

Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^

Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 21 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^

Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^

Salam hangat

Chasalla

#Jadwal update: Sabtu & Minggu.