"A—aku, lebih baik aku menyusul Delima juga ke Lampung," ucap Seta Adiprana.
"Sayang!" sahut Anya Triastuti.
"Tidak, sepertinya ini ide yang lebih baik," timpal Seta yang terlihat gelagapan. "Andham benar. Pria itu benar, aku harus menyusul Delima. Putriku membutuhkan aku."
"Sayang!" Anya terpaksa berujar lantang lantas memeluk erat sang suami demi menghentikan kegugupan pria itu sendiri. "Tenanglah! Tenang… jangan biarkan kepanikan melandamu."
"Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan," Seta menyembunyikan wajahnya di bahu sang istri. Tubuh itu bergetar hebat. "Aku tidak sanggup membayangkan putriku akan pergi untuk selamanya, menjadi buih di lautan. A—aku, aku tidak sanggup, Anya."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com