webnovel

Khawatir

~Apakah ibu boleh meminta tolong? Andra sedang demam tinggi di rumah, dan dia amat sangat bebal untuk mau diajak ke rumah sakit. Tolong bantu ibu agar bisa membawanya ke rumah sakit, mungkin atas perintah darimu, dia akan mau.~

Mendadak hati Arsha merasa khawatir ketika membaca pesan yang dikirimkan oleh Agni, ia benar-benar tak tahu jika pria itu tengah sakit sekarang.

Dengan cepat Arsha meminta izin keluar sebentar pada sang ibu, perempuan itu terlihat sangat rusuh agar bisa cepat sampai di kediaman Andra.

Tak ada hal lain yang dipikirkan oleh Arsha selain memikirkan tentang keadaan pria itu. Padahal, kemarin ia bisa melihat dengan jelas jika pria itu baik-baik saja.

Sesampainya di kediaman Andra, Arsha langsung disambut oleh seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten, ia pun diarahkan untuk menuju lantai atas saja, di mana Andra berada sekarang.

Pemandangan pertama kali yang Arsha lihat adalah sosok wanita cantik tengah memijat kepala seseorang yang tengah bersandar pada sandaran ranjang. Menyadari jika dirinya telah tiba, kedua orang itu pun segera mengalihkan atensi pada ambang pintu, tempat dirinya berada sekarang.

Agni terlihat senang melihat Arsha yang sudah ada di hadapannya.

Arsha pun berjalan mendekati kedua orang itu, semakin dekat ia bisa melihat semakin jelas jika keadaan Andra tidak baik-baik saja, wajah tampannya terlihat sangat pucat.

Andra tentu saja ingin memandang Arsha, namun matanya sangat perih ketika dipaksakan untuk terbuka. Benar-benar menyebalkan.

"Demam sejak kapan?" tanya Arsha yang kini mulai mengambil tempat duduk di samping pria itu, berhadapan langsung dengan Andra yang tengah sakit.

"Sebenarnya, pagi tadi juga dia sudah demam, namun si kepala batu ini tetap memaksa bekerja. Alhasil ... di jam makan siang ia pulang dan demam sangat tinggi seperti ini," jelas Agni membuat Arsha sangat kasihan pada pria itu.

Agni pun bangkit dari tempat duduknya dengan alasan akan mengambilkan air minum terlebih dahulu untuk Arsha. Kini, tinggalah Andra dan Arsha saja.

Tak sengaja punggung tangan Andra dan Arsha bersentuhan, perempuan itu cukup terkejut merasakan suhu tubuh Andra yang sangat panas.

"Kamu harus menjalani perawatan di rumah sakit, demam juga akan sangat berbahaya jika terus dibiarkan," ujar Arsha, terdengar sangat lembut.

Andra yang sebelumnya terus terpejam pun kini mulai membuka matanya untuk melihat sosok perempuan cantik nan halus yang berada di depannya.

"Aku hanya membutuhkan istirahat, tanpa dokter pun semuanya akan baik-baik saja, percayalah," balas Andra yang semakin menunjukkan keras kepalanya.

"Aku tidak akan mau menjengukmu jika masih berada di rumah. Kecuali rumah sakit," ucap Arsha terdengar sangat serius membuat Andra sangat ingin dibawa ke rumah sakit sekarang juga.

"Baiklah."

Arsha tersenyum senang mendengarnya, begitu pula dengan Agni yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar sang anak untuk mendengar percakapan antara keduanya.

Dengan penuh semangat, Agni memerintahkan asistennya untuk menyiapkan mobil yang akan ia gunakan untuk membawa sang anak.

"Kamu harus ikut," pinta Andra membuat Arsha mau tidak mau mengangguk mengiyakan permintaan pria itu.

Andra, Arsha, dan Agni segera melesat ke rumah sakit. Selama perjalanan pun demam Andra semakin parah, pria itu bahkan sampai tak sadarkan diri saking tak kuatnya menahan sakit di kepala.

Meskipun Arsha terlihat tenang, namun di dalam hati dan pikiran perempuan itu sangat tidak sabar untuk segera sampai di rumah sakit agar Andra segera mendapatkan perawatan dari dokter.

Arsha keluar dari mobil lebih dulu ketika sudah berada di depan ruang IGD, ia membantu sekuat tenaga para tim medis yang mengeluarkan Andra dari mobil.

Selagi menunggu hasil penanganan dokter, Agni dan Arsha memilih untuk duduk terlebih dahulu pada ruang tunggu.

"Apakah Andra pernah seperti ini sebelumnya?" tanya Arsha pada Agni, wajah perempuan itu terlihat sangat khawatir melihat kondisi Andra yang cukup menakutkan di matanya.

"Belum pernah, karena biasanya dia tidak akan keras kepala jika hendak di bawa ke rumah sakit. Saya sangat yakin jika tifusnya kembali kambuh," jawab Agni membuat Arsha semakin tak karuan.

Tak lama setelah itu, dokter pun keluar dan mengatakan jika Andra membutuhkan perawatan di rumah sakit sampai beberapa hari ke depan. Saat itu pula Agni segera menyetujuinya dan meminta pada dokter agar sesegera mungkin memindahkan anaknya ke ruang rawat.

Arsha terus mengikuti ke mana perginya Andra, melihat pria itu yang masih tak sadarkan diri, tentu saja membuatnya semakin khawatir meskipun sudah ditangani oleh dokter.

"Kemarin malam dia sangat sulit untuk tertidur, bahkan ia baru saja tertidur jam 3 pagi, kembali bangun jam 6 pagi, itupun keadaannya sudah sangat memburuk. Dan ya ... saat inilah ia tumbang," jelas Agni dengan kedua mata yang berfokus pada sang anak.

"Kalau boleh tahu, ada apa dengan Andra sampai sulit tertidur seperti itu?" tanya Arsha membuat Agni tersenyum kecil mendengarnya.

"Mungkin ia sedang memikirkan sesuatu yang serius, dan ibu yakin jika yang sedang ia pikirkan bukan tentang pekerjaan. Karena biasanya pun dia akan meminta bantuan ayahnya jika sedang mengalami kesulitan di perusahannya," jawab Agni, wanita itu pun tentu saja bingung dengan apa yang terjadi pada anaknya.

Arsha tentu saja merasa bersalah, ia hafal betul frustrasinya Andra kemarin, dan ia sangat takut jika hal itulah penyebab Andra sampai seperti ini.

Di tengah percakapan kedua perempuan itu, tiba-tiba saja Andra tersadar dari tidurnya, pria itu tampak kehausan membuat Arsha dengan cepat mengambil segelas air minum serta membantu Andra untuk duduk terlebih dahulu.

"Ada hal lain yang kamu butuhkan?" tanya Arsha pada Andra yang dibalas gelengan kepala oleh pria itu.

"Ah tunggu sebentar," ujar Arsha yang setelahnya perempuan itu pergi, keluar dari ruangan Andra entah akan ke mana.

Beberapa saat setelah itu, pintu kembali terbuka dan menampilkan Arsha dengan kedua tangan yang tampak sibuk membawa sesuatu. Perempuan itu membawa air hangat menggunakan wadah berukuran sedang, lengkap dengan handuk kecilnya.

"Mungkin dengan ini kamu akan merasa jauh lebih baik," ujar Arsha dan bergegas mengompres pria itu dengan sangat baik.

Tanpa keduanya sadari, Agni tersenyum senang melihat perlakuan baik Arsha pada anaknya. Hal seperti ini bukanlah yang pertama kali ia lihat, terlebih lagi ketika mengingat sang anak sudah 3 kali bergonta-ganti pasangan. Namun, melihat Arsha, hatinya merasa jauh lebih tenang dan senang, perlakuan baik perempuan itu terlihat sangat tulus tanpa ada campuran genit sedikit pun pada Andra.

Batin Andra sendiri kini sangat senang, ia benar-benar berbunga mendapat perlakukan baik dari Arsha. Perbincangan kemarin terasa hilang begitu saja dari pikiran Andra.

***