webnovel

Calon Suami Arsha

Di jam makan siang, Arsha mau tidak mau keluar dari tempat mengajarnya untuk memenuhi ajakan yang diberikan oleh Andra kemarin.

Kini, Arsha telah sampai di tempat yang ditentukan. Cafe dengan popularitas cukup tinggi di Jakarta, baru pertama kali dikunjungi oleh Arsha, perempuan itu cukup kagum dengan interior yang super mewahnya.

Dua menit berlalu, akhirnya yang menentukan janji telah tiba dengan raut wajah yang cukup gusar. Arsha pun tidak tahu apa yang terjadi dengan pria itu.

"Apakah aku membuatmu lama menunggu?" tanya Andra sambil mengambil tempat duduk di hadapan perempuan itu.

"Tidak," jawab Arsha sambil menggeleng kecil.

Sebelum memulai ke inti pembicaraan kali ini, Arsha lebih dulu memanggil pelayan lantas memesan makanan yang ia inginkan, serta yang Arsha inginkan pula.

Sebelumnya, Arsha tampak segan, namun setelahnya perempuan itu mau memesan makanan karena paksaan dari Andra, pria itu mengatakan jika dirinya benar-benar tidak suka ada orang yang menolak niat baik darinya, dan saat itulah Arsha segera memesan makanan karena takut dicap tidak sopan oleh pria di depannya ini.

"Arsha," panggil Andra pada perempuan di depannya membuat sang empu menolah ke arah sumber suara.

"Tolong jujur padaku, apakah aku memiliki salah padamu? Arsha yang aku kenal bukan seperti ini! Atau ... ibuku pernah mengatakan sesuatu yang kurang berkenan?" tanya Andra setelah cukup lama diam membuat Arsha membalas tatapan pria itu, tepat di manik matanya.

"Tidak ada, semua sama seperti dahulu," jawab Arsha dan kembali mengalihkan perhatiannya pada objek lain membuat Andra hanya bisa menarik napas dan membuangnya secara kasar.

Andra sudah siap kembali membuka suara, namun sayangnya, pelayan tiba dan mulai menata makanan yang telah ia pesan ke atas meja yang menjadi penghalang antara dirinya dengan Arsha.

Keduanya pun tampak sama-sama diam karena tengah menikmati makanan. Sesekali Andra melirik Arsha, perempuan itu tampak sangat acuh padanya.

Selesai makan pun, Arsha masih melakukan hal yang sama, diam dengan wajah yang terlihat sangat datar.

"Aku tidak akan memaksamu untuk buka suara. Akan tetapi, aku mohon padamu, tolong jangan menjauh dariku, Arsha. Silahkan berbuat sesukamu, hanya itu permohonanku," ujar Andra dengan suara yang sangat terdengar lembut membuat hati Arsha tersentuh mendengarnya.

Perempuan itu pun kembali mengalihkan perhatiannya pada Andra, ia bisa melihat dengan jelas tatapan tulusnya.

"Memangnya, jika aku menjauh, kau akan kenapa?" tanya Arsha membuat Andra dengan spontan membuang napas lelah.

"Aku pun bingung, berada di dekatmu terasa sangat nyaman, dan jika kamu menjauh ... aku rasa kamu sangat hafal bagaimana rasanya kehilangan kenyamanan," jawab Andra, wajahnya terlihat sangat serius dan tulus membuat Arsha tersenyum halus.

Namun, beberapa saat kemudian, senyuman di wajah Arsha menghilang digantikan dengan raut wajah khawatir.

'Ingat Arsha, kasta kalian berdua sangat jauh berbeda, jangan siksa batinmu dengan berada di dekat seseorang yang terlalu tinggi untuk kamu gapai!'

Arsha terus membatin, ia benar-benar tidak mau jika di masa depan nanti hidupnya tidak bahagia dan tenang hanya karena pihak lain yang terus mengolok-oloki dirinya. Sungguh, hal itu adalah mimpi buruk yang kini mulai memasuki kehidupan nyata Arsha.

"Apakah ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Andra ketika menyadari jika Arsha terlihat sangat kebingungan dan khawatir.

"Tidak ada. Dan aku juga memiliki permintaan untukmu," jawab Arsha membuat Andra menatapnya dengan tatapan yang terlihat sangat penasaran tentang permintaan apa yang Arsha inginkan padanya.

"Tolong jangan lebih dari nyaman, dan jangan lebih dari teman."

Andra diam, lidahnya terasa sangat kelu untuk ia gunakan bicara, tangannya yang berada di bawah meja terkepal kuat mendengar permintaan perempuan di depannya.

Melihat Andra yang terus diam, justru membuat rasa bersalah di hati Arsha sangat besar, dan ia sangat ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Andra sekarang juga!

Arsha pun segera melambaikan tangannya pada seorang pelayan, membayar makanan dan minuman yang telah ia nikmati lantas pergi dari hadapan Andra yang masih membisu.

Di pelataran cafe, Arsha bisa melihat dengan jelas keadaan Andra sekarang, pria itu terlihat sangat frustrasi dengan kedua tangan yang mengacak rambutnya sendiri.

Tak ingin membuat hatinya terlalu percaya diri, Arsha pun segera mendekati area parkir dan pergi menggunakan motornya, toh sebentar lagi ia akan kembali mengajar.

Di dalam cafe sendiri, Andra tampaknya masih menikmati kesendiriannya setelah mendengar permintaan Arsha yang cukup kuat membuat hatinya tak karuan. Ia sangat tidak suka mendengar permintaan itu, ia akan lebih menyukai jika Arsha meminta apapun darinya dengan harga triliunan sekali pun! Asal jangan seperti ini.

"Apakah aku terlalu buruk untukmu? Apakah aku sehina itu? Atau ..." Andra menggantungkan penuturannya ketika ia tak sengaja berpikir bahwa Arsha telah memiliki pujaan hatinya sendiri.

Andra memukul meja cukup kuat, hal itu tentu saja membuat perhatian semua orang yang berada di cafe tersebut tertuju padanya. Dengan cepat pelayan tiba dan mengingatkan pada Andra agar tidak membuat kerusuhan di cafe-nya.

Andra yang terlanjur kesal pun segera membayar pesanan makanan serta minumannya dengan sejumlah uang yang cukup banyak. Sengaja ia lebihkan sebagai tanda permintaan maaf jika kelakuannya tadi membuat orang lain merasa tidak nyaman.

***

Di malam yang cukup sunyi ini, Andra sangat kesal pada dirinya lantaran sangat sulit untuk segera istirahat. Segala cara telah ia lakukan agar kedua matanya bisa ditutup dan bergegas istirahat dengan baik. Namun sayang, semuanya gagal dan ia kembali mendapatkan kesadarannya.

Pilihan Andra pun terjatuh untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan saja, ia berharap, dengan mengerjakan sesuatu maka rasa mengantuk itu cepat tiba dan ia bisa istirahat dengan benar seperti biasa.

Andra terlihat sangat serius duduk di kursi kerjanya dengan kedua tangan yang sibuk membuka lembaran berkas serta melihat ke arah komputer miliknya. Semuanya ia coba kerjakan dengan baik dan dihitung secara berulang. Bahkan Andra sampai mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan esok hari saja, seperti menyiapkan hal-hal yang akan ia lakukan untuk meeting, dan menyelesaikan pengecekan pada laporan yang telah anak buahnya berikan.

Tak cukup itu, Andra pun tampak memikirkan desain baru untuk produknya yang akan launching beberapa bulan ke depan, ya ... meskipun ia sudah menyewa jasa desainer ternama, namun kali ini ia sangat ingin memikirkannya sendiri, lengkap dengan hal-hal lain yang harus ia perhatikan seperti campuran benda terbaik apa, dan lain-lain.

Alhasil, bekerja bukan pilihan terbaik untuk membuat matanya cepat mengantuk, melainkan semakin membuat matanya semangat terbuka.

Agam baru bisa tertidur pada pukul 3 pagi, dan pada pukul 6 pagi, pria itu terbangun dengan kepala yang terasa amat sangat menyakitkan. Salahnya sendiri tertidur di tempat kerja, dan tidak memakai selimut seperti biasa.

"Mungkin jika aku sudah memiliki istri, akan ada selimut yang menutupi tubuh ini di manapun aku tertidur," ujar Andra pada dirinya sendiri dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

***