9 Failed Missions

Ketika kamu berkata 'tidak apa-apa'... aku tahu kenyataannya adalah kau butuh sandaran. Tapi, apa daya? Bukan aku... melainkan dia.

•-----•

"Gimana caranya biar kesempatan ini nggak sia-sia?" gumam Daniel dari dalam kamarnya.

Pemuda itu kini tengah mondar-mandir tak jelas, sambil memikirkan berbagai cara agar ia bisa kembali dekat dengan Sejeong.

"Kapan lagi ya 'kan? Orangnya udah di depan mata, masa gue sia-siain?" monolognya sambil berhenti tepat di dekat jendela kamarnya.

"Gue harus ngelakuin sesuatu!" pekiknya tertahan.

Sedang di sisi lain, lebih tepatnya di ruang belajar. Renjun dan Hyunjin tengah bimbingan dengan Sejeong. Di mana Jaemin dan Jeno? Entahlah...

"Gimana Jun? Udah paham belum?" tanya Sejeong sambil membolak-balikkan buku catatannya.

Renjun mengangguk sambil mencatat semua materi yang baru saja diajarkan oleh Sejeong.

"Kamu gimana Hyun?"

"Saya udah ngerti bu, tapi nggak ada cara cepetnya ya? Kayak cara buat deketin seseorang gitu bu..." jawab Hyunjin, yang membuat Sejeong mengernyitkan dahinya. "Gimana maksud kamu Hyun?"

Hyunjin menyengir dan melirik Renjun. "Nggak apa-apa bu. Cuma, saya punya temen yang suka sama cewek tapi dia nggak ada kemajuan sama sekali bu..."

Renjun yang merasa pun akhirnya meletakkan penanya dan menatap Hyunjin dengan tatapan menelisik. "Apa lo?" ucapnya tanpa suara.

"Pura-pura jutek dan cuek, tapi sebenernya perhatian banget bu. Ntar kalau cewek itu direbut orang, baru deh gigit jari hhh," lanjut Hyunjin.

Sejeong mengangguk dan melirik ke arah Renjun, kemudian ia tersenyum memaklumi. "Iya ibu paham kok."

"Terus temen kamu itu masih nyuekin cewek yang dia suka?" lanjutnya bertanya.

Hyunjin mengangguk cepat. "Bahkan dia sampe nyuruh itu cewek buat nggak suka sama dia. Munafik 'kan bu?"

Sindiran tepat sasaran bung!

Renjun langsung terbatuk-batuk.

"Lo kenapa Jun?" tanya Hyunjin dengan sengaja. Ia terkekeh melihat reaksi Renjun.

Sejeong segera memberikan segelas air untuk Renjun. "Ini minum dulu Jun."

Renjun mengangguk dan meneguk air tersebut. "Makasih bu."

"Lo mah Hyun, temen lagi keselek malah cengengesan!" protesnya sambil meletakkan gelas di atas meja.

Hyunjin menggedikkan bahu. "Lah, lo keselek kenapa coba?" Pemuda itu terus saja memancing Renjun agar menceritakan masalahnya.

"Itu... gue... hmm anu..."

"Kenapa Jun?" tanya Hyunjin.

Sejeong mengangguk. "Iya, kamu kenapa? Cerita aja sama ibu, Jun."

"Hhh... iya deh bu. Yang barusan Hyunjin ceritain itu, saya bu."

"Saya suka sama Naira bu, tapi saya nggak mau Naira kenapa-kenapa," lanjut Renjun.

Sejeong mengernyit heran. "Emang kenapa Jun? Ada yang nggak suka?"

"Begitu deh bu. Renjun 'kan penggemarnya banyak. Kalau ada yang tau dia punya pacar, pasti pacarnya diteror bu."

"Alay lo Hyun!" protes Renjun.

Sejeong tersenyum. "Nikmati masa muda kalian. Tapi ingat, jangan sampai melewati batas ya."

"Tuh dengerin Jun!" sambar Hyunjin.

Tiba-tiba terdengar suara riuh dari pekarangan samping rumah.

"JENOOO! GILA LO YA! SINI NGGAK!" teriak Jaemin sambil mengejar Jeno yang berlari ke arah ruang belajar.

"Bu, tolong saya dong. Jaemin mau nerkam saya bu!" oceh Jeno sambil memasang wajah paniknya.

Hyunjin tertawa terbahak-bahak. "Anjir, nerkam?"

"Diem lo ah!" protes Jeno.

Sejeong hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Ya ampun Jeno."

Baru saja Jeno ingin berlari ke arah tangga, tapi terlambat karena Jaemin sudah ada di belakangnya.

Jaemin menarik kerah baju Jeno. "Sini lo sipit! Balikin nggak hp gue!"

"Nggak ada sama gue!" jawab Jeno.

"Oooh, mau gue kelitikin hah?!" ancam Jaemin.

Jeno meronta-ronta seperti cacing kepanasan. "Iya-iya, lepasin dulu buruan!"

"Nih!" Jeno memberikan ponsel pada Jaemin.

"Berisik dah lo berdua. Ada apaan sih emangnya?" tanya Renjun.

Jeno menggedikkan bahunya. "Jaemin aneh, masa gue nggak boleh pinjem hpnya."

"Lah iya Jen! Praivesi woy!" sambar Hyunjin.

Pemuda pemilik mata sipit itu menyengir lebar. "Ada games baru, gue mau minta hotspot hehehe."

"Yailah Jen! Wifi gratis di rumah gue!" pekik Renjun.

Ia tak habis pikir, mereka sudah berteman lama tapi masih saja Jeno lupa akan hal sekecil itu.

"Jun, ibu permisi mau ke kamar mandi bisa?" tanya Sejeong.

Renjun beranjak dari duduknya. "Bisa bu, tinggal lurus aja terus belok kanan, nah dipojokan ada kamar mandi."

"Oke, makasih Jun."

Sejeong melangkahkan tungkainya menuju kamar mandi. Selepas itu, Renjun langsung menginterupsi sahabat - sahabatnya.

"Guys! Gimana sama rencana kita?" tanya Renjun.

Hyunjin menepuk kedua tangannya. "Lanjut! Lo panggil bang Daniel gih!" jawabnya.

"Ayo, gue ikut aja." Jeno mengangguk menyetujui ucapan Jaemin.

Renjun langsung berlari menuju lantai atas, kamar kakaknya.

Di depan pintu kamar. "Bang! Bu Sejeong mau pulang! Lo nggak mau nemuin dulu bang?"

Daniel yang awalnya sedang tiduran di sofa, langsung beranjak bangun dengan terburu-buru sampai hampir terjatuh.

"Kesempatan nih!" gumamnya.

"Iya Jun. Tunggu sebentar!" teriak Daniel sambil berkaca untuk merapikan tatanan rambutnya.

Oke, gue udah tampan! Batinnya.

Cklek!

"Cepet banget Jun belajarnya."

Renjung mendengus. "Lama kali bang. Lo ngelamunin bu Sejeong terus 'sih, jadi nggak sadar waktu."

Tepat sasaran. Daniel hanya menyengir lebar dan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Tau aja lo bocah!" jawabnya.

Mereka berdua akhirnya menuju lantai utama.

Daniel melirik ke kanan dan kiri ruangan belajar tersebut. "Lah, di mana Seje?"

"Duduk aja udah. Gue mau ke kamar dulu. Bisa berantakan kamar gue sama Jeno dan Jaemin!" jawab Renjun.

Ya, Hyunjin, Jaemin dan Jeno tengah berada di kamar Renjun. Mereka sedang menyiapkan sebuah handycam untuk mengabadikan momen antara Daniel dan Sejeong.

"Ya udah sana! Bilang aja lo ngerjain gue. Seje udah pulang 'kan?" sahut Daniel.

Renjun tak menjawab dan malah meninggalkan Daniel sambil mengangkat satu tangannya. Ia melangkah ke arah kamarnya.

"Dasar bocah!" pekik Daniel.

Baru saja Daniel ingin menuju dapur, tiba - tiba ia mendengar suara jeritan dari arah kamar mandi.

"Lah, ada apaan tuh?" Daniel langsung menghampiri asal suara.

Ternyata Sejeong tengah ketakutan karena ada kecoa di pintu kamar mandi.

Kenapa bisa? Siapa lagi kalau bukan kerjaan Jeno dan Jaemin. Mereka berdua sengaja mengerjai Sejeong.

"Seje? Lo ngapain mojok di dinding?" tanya Daniel polos.

Sejeong menunjuk ke arah pintu. "Itu ada kecoa. Ih gue paling geli sama itu!"

"Hah?..."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"Anjir! Anjir! Di mana kecoanya?" Daniel malah berjingkrak - jingkrak tidak jelas.

Sejeong lupa, kalau Daniel sangat anti dengan binatang semacam serangga itu. Bahkan pemuda itu lebih takut dibandingkan dengannya.

"Astaga Daniel!" Sejeong menepuk dahinya.

Daniel berlari ke arah ruang belajar lagi. "Maaaa, ada kecoa di kamar mandi!" teriaknya.

Sang Ibu keluar dari kamar dan segera menghampiri Daniel. "Apaan sih bang rame banget?"

"Itu ma, ada kecoa gede banget!"

"Gedean juga badan kamu bang! Sama kecoa aja takut!" seru sang Ibu.

Ibu Daniel baru ingin menuju kamar mandi tapi tak jadi karena Sejeong menghampirinya. "Udah pergi kecoanya tante."

"Ya ampun 'nak Seje. Maaf ya, Daniel emang malu - maluin nih." Sang Ibu menepuk pundak putranya. "Masa kamu kalah sama cewek 'sih!"

"Lain hal mah! Ih geli tau!" jawab Daniel.

Sejeong terkekeh. "Ya udah tante, saya sekalian mau pamit."

"Cepet banget 'nak, ya udah hati - hati di jalan ya." Ibu Daniel menoleh ke arah putranya itu. "Anterin sana bang!"

Daniel langsung bersorak riang dalam hati. "Ekhem. Ayo Se, gue anterin pulang."

"Ah, nggak perlu repot - repot tante. Seje udah dijemput sama Vernon."

Deg!

Anjir, kenapa keduluan mulu dah sama Vernon! Batin Daniel.

Katanya nggak akan nikung gue! Kino bohong nih! lanjutnya.

Sedang, di sisi lain. Lebih tepatnya di balik pintu kamar Renjun.

"Lo sih ah! Kenapa malah kecoa! Udah tau abang gue takut sama begituan!" protes Renjun sambil menepuk pundak Jeno dan Jaemin.

Jaemin menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "Ini juga ide Jeno tuh!"

"Lah, kenapa jadi nuduh gue dah!" protes Jeno tak terima.

Hyunjin hanya berdecih pelan. "Dasar kalian berdua!"

"Ya udahlah, mission failed!" pasrah Renjun.

Sejeong bersalaman dengan Ibu Daniel. "Makasih tante untuk suguhannya. Seje pamit ya."

"Iya sayang, hati - hati di jalan."

"Niel, gue duluan ya," ucap Sejeong sambil melirik Daniel yang hanya diam saja.

Saat itu, Vernon menghampiri mereka bertiga yang tengah berdiri di depan pintu utama.

"Malam tan," sapa Vernon sopan.

Ibu Daniel tersenyum. "Malam Vernon. Makin tampan aja kamu."

"Ck, apaan sih ma," gerutu Daniel.

"Bisa aja tan," jawab Vernon. Ia menyapa Daniel. "Woy bro!"

"Hm," sahut Daniel singkat.

Sejeong yang paham dengan situasi ini, dengan segara ia berpamitan kembali. "Kami duluan tante."

"Ayo Vern!" bisik Seje.

Ibu Daniel mengangguk. "Hati - hati kalian berdua."

Sedang, Daniel terlihat menghela napas panjang. Ia seperti pengecut yang tak berani bertanya langsung pada Vernon.

Sebenarnya bisa saja, tapi Daniel bukan tipe orang yang selalu mencari keributan. Ia akan bertanya dengan Vernon, empat mata.

"Sabar ya bang. Jodoh nggak ke mana kok!" nasihat sang Ibu.

avataravatar
Next chapter