webnovel

Hari Pertama Bekerja III

Azka dan Ronald tiba diruangan UGD Rumah Sakit Pemerintah Kota Grazia tersebut, keduanya tampak begitu gagah dengan seragam yang mereka kenakan. Mungkin para wanita yang melihat penampilan kedua pria yang begitu menawan ini akan langsung jatuh hati pada pandangan pertama, bahkan akan jatuh hati lagi dan lagi pada setiap kali memandang kedua pria itu.

"Selamat siang suster, kami dari Divisi Cyber Police Kepolisian Grazia. Kami ingin bertemu dengan dokter Laudia Calista!!" Ujar Azka pada seorang perawat yang berada di ruangan tersebut.

"Mohon tunggu sebentar pak, dokter Laudia sedang memeriksa pasiennya dulu" jawab sang perawat dengan wajah tersipu malu, sepertinya dia sedikit grogi melihat kedua lelaki tampan itu.

"Baiklah, kami akan menunggu disini!"

Suasana Ruangan UGD tersebut cukup ramai dan semua yang ada didalam ruangan itu dituntut untuk bekerja dengan cepat dan cermat, sepertinya mereka sedang kebanjiran pasien dihari itu. Tampak seorang dokter muda cantik yang yang bergerak cepat memeriksa dari satu pasien ke pasien yang lainnya, setelah memeriksa ia kemudian membuat catatan di status pasien dan memberikannya kepada perawat yang sedari tadi mengikutinya. "Selesai!" Terbaca kata itu diujung bibirnya, lalu kemudian ia tersenyum manis. Dokter cantik itu lalu mengalihkan pandangannya pada kedua lelaki yang sedari tadi telah menatapnya dengan penuh pesona, saat menyadari kehadiran seseorang disana senyum dokter itupun semakin merekah, ia kemudian berjalan menghampiri keduanya.

"Sayang, ada apa kesini?" Sapa dokter cantik itu ketika telah tiba dihadapan polisi yang lebih muda.

"Ehem..." Dehem polisi yang ada disebelahnya.

"Haii, Tuan Azka apa kabar?" Tanya sang dokter pada lelaki yang berdiri disampingnya orang yang dipanggilnya sayang tersebut.

"Kabar baik, nona Valencia. Sepertinya anda mendapat banyak pasien dihari pertama anda bekerja." Ujar sang lelaki yang adalah Azka.

"Seperti yang anda lihat!" Ujar Alice kemudian, sambil mengelap keringat yang berada di dahinya.

"Ternyata kamu memilih kostum yang tepat hari ini." Ujar Ronald kemudian sambil menatap kekasihnya itu.

"Dokter Alice!!" Teriak seorang perawat tiba-tiba.

Alice lalu membalikan tubuhnya dan bergerak cepat menuju suara yang memanggilnya "Ada apa?" Tanyanya pada perawat itu.

"Pasien emergency bed 02, kesadaran menurun nadi tidak teraba dok!!"

Alice bergegas menuju pasien yang dimaksud, tampak ada 2 orang keluarganya yang sudah menangis disisi pasien, Alice memanggil pasien tersebut namun tak ada respon, Alice memeriksa lidah pasien siapa tahu menutupi jalan napasnya, kemudian memperhatikan dada pasien yang tidak lagi bergerak, cuping hidungpun tak bergerak. Alice memeriksa pergelangan tangan kanan sang pasien untuk meraba arteri radialisnya, tidak teraba. Ia kemudian memindahkan ketiga jarinya itu yakni jari telunjuk, jari tengah dan jari manisnya untuk meraba arteri karotid pada leher sang pasien. Tidak teraba juga.

"Siapkan Ambubag!! RJP!!" Teriak Alice memberi perintah.

Ia sendiri lalu naik keatas tempat tidur pasien, dengan kedua lututnya bertumpu pada sisi kiri tempat tidur pasien dan kedua tangannya telah siap diatas dada pasien untuk melakukan resusitasi jantung paru. Sementara perawat lain telah siap dengan Ambubag diatas kepala pasien dan menaruh sungkup Ambubag pada hidung hingga mulut pasien. Alice lalu mulai berhitung melakukan RJP dengan cepat dan cermat sampai hitungan 20, lalu sang perawat memberikan napas buatan melalui Ambubag 2x, mereka melakukan siklus itu dengan cepat hingga 5x siklus dan akhirnya pasien itu pun mulai memberikan respon dengan pergerakan dinding dadanya.

Alice kemudian meraba arteri karotid pasien kembali, teraba. 'Terimakasih Tuhan, aku mendapatkannya kembali!' batin Alice.

"Berikan oksigen 5liter permenit, pasang monitor dan pantau tanda-tanda vitalnya!" Alice memberikan perintah pada perawat yang lain.

"Suster Elsa, tetap dengan Ambubag nya sampai oksigen dan monitornya terpasang!" Alice masih memberikan perintah pada suster yang memegang Ambubag tersebut.

Alice lalu menatap kedua orang yang adalah keluarga pasien tersebut yang masih saling berpelukan dalam tangis. "Nyonya, anda harus kuat dan tetaplah berdoa. Yakinlah jika suami anda akan segera membaik!" Kata Alice memberi penguatan pada wanita itu sambil menepuk bahu wanita itu.

"Dokter, terimakasih!" Ujar wanita dan anak gadisnya itu bersamaan.

Alice menuliskan beberapa terapi tambahan untuk pasien tersebut, lalu bergegas menuju meja kerjanya. Ia bersandar pada bangkunya sejenak dan mengambil botol air minumnya karena dahaga setelah mengeluarkan tenaganya untuk melakukan RJP sendiri selama 5 siklus. What? 5 siklus, anda luar biasa dokter Alice, dihari pertamamu kembali bekerja anda telah melakukan RJP 5 siklus dan akhirnya pasien itu kembali, bayangkan saja betapa lelahnya Alice setelah melakukan RJP. Hanya orang-orang yang pernah melakukan RJP saja yang tahu betapa lelahnya melakukan hal itu, dengan penuh pengharapan bahwa pasien yang ditolong akan memberikan respon yang diharapkan.

Alice akan memutar tutup botol untuk segera meminumnya saat ia sadar bahwa air di dalam botol tersebut telah habis. 'Akh...' batin Alice kesal sambil menunjukan wajah cemberutnya. Ia tidak menyadari ada beberapa mata yang sedang asik memandanginya sejak tadi ia mulai sibuk dengan pasiennya. Alice ingin sekali bergerak menuju dispenser untuk mengisi kembali botol minumnya, namun rasa lelahnya membuatnya tak sanggup untuk berjalan menuju dispenser itu walaupun hanya beberapa langkah saja dari tempatnya duduk.

"Sini saya ambilkan airnya!" Seseorang menawarkan bantuan.

"Dokter Reza!" Alice tersadar akan seseorang yang telah ada dihadapannya itu.

"Sini" dokter Reza mengambil botol air yang ada di tangan Alice.

Setelah mengisi botol air itu penuh, Dokter Reza lalu memberikannya pada Alice. Wanita itu lalu dengan tidak sabaran mengambil botol itu dan meneguk air yang ada didalam botol itu hingga setengahnya. "Akhirnya... Terimakasih dokter Reza" kata Alice dengan senyum manjanya setelah dahaganya telah tercukupi.

Dokter Reza hanya tersenyum manis.

...

Ditempat yang sama kedua lelaki itu masih terus memandangi Alice dan Reza yang sedang asik bercengkrama, saat seorang wanita menghampiri mereka.

"Lama tidak berjumpa Azka Camerlo" sapa wanita cantik dengan jas putih yang terpasang anggun pada tubuhnya.

"Laudia Calista!!" Ujar Azka lalu memeluk wanita itu, yang dibalas sang wanita dengan pelukan juga.

"Sedang mengamati kedua orang disana?" Tanya sang dokter cantik tersebut.

Azka mengeluarkan tawa terkekeh dari mulutnya kemudian berkata "Tidak mungkin untuk seorang Reza Nataniel untuk cepat beralih ke lain hati!" Ujar Azka meledek jahil wanita yang masih dirangkulnya itu dengan sebelah tangannya.

Laudia hanya membalas dengan terkekeh pelan.

"Oia, kenalkan ini rekan kerja saya, namanya Ronald" Azka memperkenalkan Ronald yang ada disampingnya, yang masih memandang kearah Alice.

"Haii..." Suara Laudia tertahan. "Anda lelaki yang tadi pagi kan?" Tanya Laudia kepada Ronald.

Ronald lalu mengalihkan pandangannya kearah Azka dan Laudia berada. "Oh, haii dokter... Iya, saya yang tadi pagi.. Kita berkenalan di pintu Lobby Rumah Sakit" ucap Ronald ramah.

"Jadi kalian sudah saling mengenal rupanya?" Tanya Azka, yang selanjutnya dibubuhi dengan ocehan jenakanya "Semoga kalian berdua tidak cemburu dengan pemandangan yang ada didepan kalian berdua saat ini." Ujarnya sambil terkekeh renyah, yang di balas dengan kedua orang tersebut dengan tatapan kesal.

"Jadi, apa yang membuat seorang Azka Camerlo datang untuk mencariku hari ini?" Tanya sang dokter kemudian.

"Kami datang untuk menyelidiki kematian Erizh Karla!!" Jawab Azka.

"Sepertinya aku akan segera terkenal seperti dokter Alice Valencia setelah ini." Ujar Laudia "Erizh Karla, kematiannya bukan kecelakaan itu pembunuhan!" Bisik Laudia pada telinga Azka.

...

.

.

Catatan Penulis:

Typo bertebaran sepertinya.. Harap maklum,... menulis dengan cepat di akhir pekan...

Mohon dukungannya selalu sayang-sayang aku... 🤗🥰

I love my readers 😘😘😘😘😘😘😘

Next chapter