12 Ch - 12 : Masalah Lagi?

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu di Kantor Kepala Sekolah?"

"Iya. Lantas, kenapa kamu masih ada di luar Kelas? Jam pelajaran masih berlangsung."

"Aku ingin membolos."

Alya tak menduga kalau jawabannya lebih bodoh dari yang dia kira. "Membolos? Menggunakan Hakmu sebagai Wakil Ketua Kelas untuk membolos. Sungguh sangat tidak terpuji sekali, seperti yang diharapkan dari seorang Pemalas." Dia melipat kedua tangannya, menatap Shin dengan ekspresi marah.

'Apa dia sudah melupakan hal yang tadi?' Pikir Shin, tapi dia lega kalau Alya sudah melupakannya. Dia sendiri merasa kalau dirinya terlalu banyak bicara yang tidak-tidak. "Aku cuma menggunakan Keuntunganku saja. Tidak ada salahnya, kan."

"Bahkan kamu belum satu hari menjadi Wakil Ketua Kelas."

"Yang penting aku sudah mengerjakan Tugasku, iya kan? Lagipula, di kelas cuma belajar pelajaran yang sudah kumengerti."

"Sombong sekali dirimu."

Alis Shin berkedut. 'Apa kau tidak punya cermin dirumahnu, Nona?' Pikirnya.

"Kalau begitu, aku juga akan membolos."

"Tunggu, apa?!" Menjadi kejutan bagi Shin yang menduga kalau Alya akan menghentikannya, justru Alya malah ikut membolos bersamanya. Bukannya dia membenci ini, hanya saja mengejutkan dari seorang Ojou-sama ini.

"Aku juga sudah mengerti tentang pelajaran hari ini. Pelajaran Bahasa sudah ku kuasai."

"Ini tentang Jepang. Banyak hal yang kau belum ketahui tentang bahasa Jepang, Miss Alya."

"Bahkan sebelum bersekolah di sini, aku sudah belajar tenang Kanji Jepang. Yah, walaupun agak sulit karena benar-benar berbeda dengan bahasa Rusia, tapi sejujurnya bukan apa-apa."

'Dia memamerkannya.' Pikir Shin, tapi daripada dia terus mendengarkan kesombongan Alya terus-menerus, lebih baik dia membiarkan Alya ikut dengannya. "Lalu apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Shin.

"Aku ingin mengerjakan Tugas yang diminta oleh Kepala Sekolah. Ini soal Lomba. Apa kamu mau masuk ke Klub Olahraga?"

"Tidak. Dan tidak tertarik."

"Pemalas sejati."

'Aku ini laki-laki sejati.'

"Aku ingin ke gedung Olahraga untuk memeriksa teman sekelas kita yang berlatih Basket." Alya mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dan menulis menggunakan pulpen berwarna biru, lalu memasukkannya kembali.

"Kalau begitu, aku ikut deh. Tidak ada hal menarik yang bisa kulakukan di Sekolah ini. Oh, benar, aku ingin ke Kantin dulu untuk mengisi Perutku. Sebentar saja, kok."

"Baik. Aku akan menunggu di sana."

***

Kantin sepi dan hanya terdengar suara para Koki yang membersihkan. Shin memesan Ramen hangat dan menunggu beberapa menit, tapi tak disangka-sangka dia akan bertemu dengan temannya.

"Shin!"

"Miyuki!"

Keduanya bertatapan dan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab.

"Apa kau menjadi Ketua Kelas, Miyuki?"

"Yah, dan apa kau tahu kalau yang menjadi Wakilnya adalah Shinomiya."

"Wow, itu bagus."

"Lalu, Shin, apa kau menjadi Wakil Ketua Kelas karena dipaksa?"

"Kau memang tahu betul diriku."

"Jadi …"

""Apa kau ke sini karena ingin makan?!""

Mereka berdua berjabat tangan sebentar sebelum saling berpelukan. ""Kita memang sahabat!""

***

Shin sampai di gedung olahraga, dia merasa puas setelah makan di kantin tadi sambil mengobrol bersama Shirogane. Walaupun tadi ada Guru yang hampir menghukum mereka, tapi untung saja mereka bisa melarikan diri.

Di dalam, dia melihat Alya yang sedang menonton Latihan Klub Basket. Tangan Alya terus mencatat di buku kecil. Shin bertanya-tanya tugas apa yang Alya lakukan sampai mencatat semua itu, bukannya cuma urusan soal Lomba, kan?

"Yo."

"Akhirnya kamu datang juga." Alya menatap sinis Shin sebelum mengalihkan tatapannya dengan wajah kesal.

"Aku agak terlambat, ya."

"Agak ..?"

"O - Oh, sepertinya aku sangat terlambat."

"Kamu sadar juga. Apa yang kamu lakukan di Kantin?"

"Makan dan … mengobrol dengan temanku. Tapi tidak cuma itu saja, tadi aku hampir saja dihukum oleh Guru."

"Sayang sekali kamu tidak dihukum. Padahal kalau aku di sana, aku akan menangkapmu juga."

"..." Shin terdiam, memikirkan satu hal … Apa Alya mempunyai dendam padanya? Pasti begitu, atau semua ini gara-gara perkataannya tadi? Sepertinya juga begitu.

Shin menonton Latihan Tim Basket. Anak kelas satu bertanding dengan anak kelas dua. Keduanya Tim sama-sama kuat, apalagi anak kelas satu memiliki seorang laki-laki tinggi yang terlihat menyeramkan itu. Tapi, anak kelas dua memiliki senjata hebat mereka, yaitu Pengalaman.

Matanya tertuju pada Kuroko, laki-laki paling kecil dan pendek. Tapi yang spesial dari Kuroko adalah hawa keberadaannya yang tipis, sehingga membuatnya mudah dilupakan atau bahkan tidak terlihat oleh orang-orang, kecuali dirinya.

Semua orang yang menonton tidak akan benar-benar bisa melihat Kuroko. Permainan Kuroko terletak pada betapa liciknya dia memainkan Tempo Permainan dan memainkan ritme lawannya sesuka hati, artinya Kuroko bisa mengendalikan gerakan semua orang yang ada di Lapangan jika semua orang terus mengabaikannya.

Shin adalah orang yang melatih kemampuan Kuroko sampai ke titik tinggi. Kemampuan itu bernama Misdirection. Dia bukan spesialis Penyerang ataupun bertahan, tapi sangat ahli dalam mengambil bola, lincah, dan melakukan Pass aneh yang menurut orang sangat sulit dilakukan.

Semakin sedikit kontak mata yang orang-orang lakukan kepadanya, semakin kuat kemampuan dan tekniknya bekerja. Satu-satunya cara membatasi pergerakannya adalah membatasi pergerakan Timnya.

Namun, kalau dilihat dari gerakan Kuroko sekarang, sepertinya Kuroko tidak berniat main serius seperti teman-teman Timnya saat ini. Kuroko tahu kalau dia bermain serius, dia bisa memenangkan semua ini dalam sekejap.

Shin tersenyum kecil. Inilah yang dia sukai dari Kuroko. Meskipun Kuroko tahu bisa menang, tapi tanpa bantuan Timnya, semua Kemampuannya tidak akan berarti apa-apa dihadapan Tim lawan.

"Jadi bagaimana pertandingannya?" Tanya Shin.

"Hebat. Mereka kuat, terutama laki-laki berambut merah itu. Dia tinggi dan menjadi Pemain As di dalam Timnya. Tapi ini belum cukup." Ucap Alya yang sudah mencatat semua yang dia perlukan.

"Memangnya dari tadi apa yang kau catat?"

"Sesuatu yang penting."

"Jangan bilang kalau kau diminta untuk mencatat semua yang terjadi saat ini, lebih tepatnya menganalisis Kemampuan Tim Bola Basket apakah pantas untuk ikut Lomba atau tidak."

"!!" Alya kaget dan bertanya-tanya bagaimana Shin bisa mengambil kesimpulan seperti itu, terlebih lagi sangat tepat.

"Biar kutebak. Kau lah yang mengajukan diri untuk ini, karena kebetulan Anggota OSIS yang seharusnya bertugas hari ini jatuh sakit. Begitu?" Shin menatap lurus ke mata Alya.

"A - Apa. Bagaimana kamu tahu?" Tebakan Shin sudah jelas dan benar, hingga membuat Alya terkejut sekali lagi.

"Sudah kuduga." Shin menghela nafas sebentar.

"Tapi Ini bukan urusanmu, kan."

"Iya, ya." Dengan cara seperti itu, sudah pasti bisa meningkatkan peluang mendapatkan Posisi Ketua OSIS. Shin sekarang mereka kasihan pada Shirogane, apakah ada peluang untuknya menjadi Ketua OSIS? Ada. Bagaimanapun Shirogane adalah temannya, dan dia harus membantunya.

"Lalu bagaimana caramu untuk meningkatkan Kemampuan mereka? Aku yakin kamu sangat tidak berpengalaman soal ini."

"Aku hanya perlu belajar tentang Basket, lalu melatih mereka dengan caraku sendiri."

"Kau bukan Guru di sini. Dan, aku cuma bertanya bagaimana caramu melatih saja, bukan berarti kau benar-benar melatih mereka."

"Hmphn! Aku percaya dengan kemampuanku sendiri."

"Terlalu percaya diri itu tidak baik."

"Masa bodo."

"Kau ini .."

Latihan selesai, dimenangkan oleh Tim kelas satu. Mereka yang menang bangga karena bisa menang melawan anak kelas dua, sayangnya anak kelas dua cuma mengalah saja karena yang mereka inginkan hanyalah mengetes kinerja anak-anak kelas satu saja.

Alya berjalan menghampiri Klub Basket yang sedang berbincang-bincang dengan Guru Pengawas mereka. Shin berjalan mengikuti Alya tepat dibelakangnya.

"Permisi."

"Ah, ada apa, Nona cantik?"

Perhatian semua orang menjadi tertuju pada Alya seorang. Sementara Alya tak menyangka kalau tinggi tubuh Anggota Klub Basket bisa membuatnya terintimidasi, padahal Shin juga memiliki tinggi yang sama seperti mereka.

"Aku ditugaskan oleh Kepala Sekolah untuk melihat Kemampuan kalian, apakah pantas atau tidak ikut ke dalam Lomba yang akan datang."

"""Woah!""" Semua orang menjadi bersemangat ketika mendengar ucapan Alya. Lalu mereka mengambil buku catatan dari Alya yang berisi analisis Alya tentang mereka selama Latihan tadi. Namun … mereka merasa agak aneh dan berpikir kalau ada yang salah dengan analisis Alya.

"Buku catatan itu tidak akan berguna. Isinya cuma pendapat pribadinya saja tentang keluhan tak berguna." Ucap Shin yang baru datang.

"Apa maksudmu?! Ini semua demi Klub Basket agar bisa masuk Lomba."

"Kau terlalu memaksakan diri, Alya-san. Biar orang yang berpengalaman mengurus hal ini. Walaupun kau pintar dalam Akademik dan non-akademik, tapi Pengalaman adalah hal yang penting untuk ini."

"Artinya kamu meremehkanku?"

"Ya."

Jawaban Shin sangat jujur hingga membuat Alya sedikit sakit hati. Alya menunduk sambil mengepalkan tangannya, tapi Shin tidak tertarik untuk meminta maaf kepadanya, bagaimanapun juga yang salah adalah Alya sendiri.

'Laki-laki sejati harus membela yang benar dan tidak boleh berpihak kepada yang salah.'

"Untuk urusan Klub Basket, biar Anggota OSIS yang mengurusnya besok. Maafkan kami." Shin membungkukkan tubuhnya dan pergi bersama Alya keluar.

Alya merasa kesal dan terus mengoceh, namun setiap ocehannya dibalas balik oleh Shin. Setiap kata-katanya, dibalas dengan kata-kata Shin yang benar-benar tak bisa dikeluhkan lagi, membuatnya terdiam sepanjang jalan.

Setelah itu, Shin dan Alya keluar dari Gedung Olahraga, menuju ke Kantor Kepala Sekolah untuk meminta maaf juga. Alya terlalu memaksakan dirinya, padahal dia tak bisa tetapi dia mau melakukannya, sudah jelas tugas yang dia kerjakan juga bukan masalah sepele.

'Namun, entah mengapa aku bisa memahaminya. Ya, aku memang bisa memahaminya, karena … aku juga dulu sama sepertinya. Huft … hari ini terlalu merepotkan hanya gara-gara satu gadis cantik.'

Shin menghela nafas tak berdaya sambil memijat pelipisnya.

***

( A/N : Ahh~ Istirahatnya sudah cukup. Saatnya membuat Chapter seperti biasa!୧( ಠ Д ಠ )୨ )

avataravatar
Next chapter