13 Ch - 13 : Tak Berjudul.

( A/N : Entahlah. Aku bingung mau buat judul kayak gimana. )

***

Shirogane merapihkan perlatan belajarnya, dia merenggangkan otot-ototnya yang pegal setelah mengurus banyak hal sebagai Ketua Kelas. Siapa sangka dia akan menjadi Ketua Kelas semudah itu? Dia memang percaya diri, tapi ketika dihadapkan dengan Shinomiya, orang yang dia cintai, dia menjadi tak begitu percaya diri.

Namun, dukungan teman-temannya membuatnya bersemangat untuk menjadi Ketua Kelas. Apalagi ternyata Shin juga menjadi Wakil Ketua Kelas, artinya keduanya bisa membicarakan berbagai hal tentang rencana untuk merebut hati Shinomiya.

"Yosh! Saatnya pulang." Shirogane membawa tasnya dan pergi dari kelas.

Shirogane bertujuan untuk ke Apartemen Shin terlebih dahulu, karena dia melupakan catatan belajarnya di sana. Meski catatan itu tidak terlalu penting karena dia sudah memahaminya dan mengingatnya, tapi dia tetap membutuhkannya. Siapa tahu itu penting?

Di tengah perjalanan, Shirogane melihat Shin yang sedang duduk santai di Taman. Kalau dilihat lebih jelas, Shin saat ini sedang menelepon seseorang dan wajahnya tampak kesal ketika berbicara. Jadi, dia menghampiri Shin yang ada di Taman.

"Shin."

"Oh, Miyuki." Shin langsung mematikan panggilan Teleponnya dan memasukkan ponselnya ke saku celananya.

"Apa … aku mengganggu?" Shirogane berpikir kalau dirinya mengganggu obrolan Shin dan seseorang yang diteleponnya. Namun, Shin menggelengkan kepalanya dan merasa tak terlalu peduli.

"Ngomong-ngomong, Ishigami sepertinya terkena masalah lain di Sekolah. Mau ikut ke sana?"

"Dia? Lagi? Kali ini apa?"

"Sepertinya dia dituduh melakukan sesuatu yang buruk."

"Kedengarannya buruk. Tunggu apa lagi, ayo kita ke sana."

***

Mereka berdua sampai di Sekolah Ishigami. Sekolah Menengah yang tidak Elite dan bagus seperti SMA mereka berdua saat ini. SMP ini hanyalah Sekolah biasa, tetapi beberapa Murid di sini memiliki Prestasi yang mengagumkan, termasuk mereka yang bisa masuk ke SMA Elite Tokyo yang terkenal sangatlah bagus.

Bangunan Sekolah begitu sepi dan hanya ada beberapa Murid saja, itupun mereka baru keluar dan langsung pulang. Shin dan Shirogane masuk ke dalam, keduanya merasa nostalgia ketika melihat-lihat kelas. Walaupun belum satu tahun mereka meninggalkan Sekolah ini, tapi banyak kenang-kenangan di sini.

Mereka menuju Kantor Kepala Sekolah, tapi di depan pintu terdapat Ishigami yang sepertinya baru saja keluar. Tidak seperti dulu, kini Ishigami tampaknya sangat cuek atau tidak peduli dengan teguran Sekolah kepadanya, karena bagaimanapun juga … dia dituduh, berarti dia sama sekali tak bersalah.

Shirogane mendekatinya dan menepuk punggungnya. "Apa kau baik-baik saja, Ishigami?" Tanya Shirogane sambil memandang wajahnya.

"Aku baik, Senpai. Tapi …" Walaupun teguran itu dia tak mempedulikannya, bukan berarti masalah benar-benar selesai. Orang tuanya mungkin akan kerepotan, itulah yang Ishigami khawatirkan.

"Tenang. Seperti dulu, biar kami yang menyelesaikannya." Ucap Shin yang datang dan tersenyum ke arah Ishigami, membuatnya lega.

"Terima kasih banyak, Senpai." Ishigami membungkukkan tubuhnya ke arah Shin dan Shirogane. Kalau dihitung, mungkin ini sudah keempat kalinya dia memberikan masalah ke kedua Senpai-nya ini, membuatnya selalu berterima kasih setiap kali mengingatnya.

"Jangan dipikirkan." Shin merangkul pundak Ishigami dan menepuk-nepuk kepalanya. "Aku akan mentraktir kalian makan. Yah, hari ini aku sedang berbaik hati kepada kalian."

"Oh! Bagus sekali. Bagaimana kalau Yakiniku?" Shirogane tampak menantikannya.

"Boleh. Ayo!"

Mereka bertiga berjalan bersama, tapi ketiganya melihat sosok laki-laki yang mereka kenal. Seorang laki-laki bertubuh kecil dan pendek, bahkan tinggi tubuhnya sedikit lebih pendek dari Ishigami. Namun entah mengapa, aura semangatnya sangat terasa dan seolah terlihat oleh mata mereka.

Tanpa pikir panjang, Shin langsung memanggilnya.

"Oi, Shoyo!"

Laki-laki itu menoleh kebelakang, matanya melebar karena terkejut. Tiba-tiba dia memasang posisi hormat dengan tangan berada di depan alis. "Lama tak bertemu, Senpai! Oh, ada Shirogane-senpai juga!"

Hinata Shoyo, dia adalah seorang laki-laki bertubuh kecil dan pendek, tetapi memiliki semangat juang yang berapi-api layaknya seorang MC dalam Manga Shounen. Ciri-ciri paling mencolok, dia memiliki rambut berwarna oranye acak-acakan dengan mata coklat gelap.

"Apa yang kau lakukan di sini? Jangan bilang kau berlatih?" Shin menebak-nebak, tapi tebakannya memang kenyataannya.

"Tentu saja, Senpai! Sebentar lagi … sebentar lagi aku akan bermain Lapangan dan ditonton banyak orang-orang! Aku sangat-sangat bersemangat untuk bermain dan memamerkan kehebatanku di sana!" Shoyo menjelaskannya sambik melompat kegirangan.

"Itu bagus. Jadi teman-temanmu sudah menjadi bagian dari Klub Voli?"

"Yap! Mereka juga akan bermain bersamaku."

Shin tersenyum sebelum melirik ke arah Shirogane, diberikan anggukan kecil oleh Shirogane. Keduanya tahu perjuangan Shoyo untuk menjadi Pemain Voli seperti Idolanya, tapi di Sekolah ini sayangnya hanya ada sedikit orang yang tertarik bermain Voli.

Bahkan yang masuk ke dalam Klub Voli cuma satu orang saja, yaitu Shoyo seorang. Dia terus-menerus berlatih, terkadang Shin ataupun Shirogane membantunya berlatih karena merasa agak kasihan dengannya. Namun, pelatihan yang sederhana dari Shin, justru membuat Shoyo semakin kuat.

Harapan Shin untuk Shoyo, agar Shoyo bisa bermain di Pertandingan Sesungguhnya. Sekarang hal itu benar-benar terjadi. Makanya Shin dan Shirogane tersenyum.

"Bukankah hal itu harus dirayakan?"

"Benar, Shin." Angguk setuju Shirogane.

"Eh? Benarkah!?!" Shoyo merasa keheranan.

"Tentu saja! Ayo kita rayakan! Makan-makan! Biar aku yang traktir kalian!"

"""Woohh!!"""

Mereka semua berteriak dengan sangat keras hingga menimbulkan kejutan bagi orang-orang yang mendengarnya. Setelah itu, mereka diusir oleh Guru di sana dan ditegur agar tidak lagi membuat kebisingan di Sekolah, apalagi di saat semua Murid sudah pulang. Itu bisa membuat Kepala Sekolah terganggu.

Mereka semua cuma bisa meminta maaf sambil menundukkan kepala.

***

Shin memilih tempat makan atau Restoran yang bisa dibilang mahal dan juga tak biasa bagi Remaja Sekolah biasa seperti mereka, tentunya menimbulkan pertanyaan dikepala teman-temannya … Apa Shin sekaya itu?

Tapi Shin berkata untuk tidak terlalu memikirkannya. Semua ini akan dibayar olehnya, jadi yang mereka harus lakukan cuma duduk dan menikmati apa yang ada di sini. Buku Menu diberikan oleh Pelayan yang juga siap mencatat semua Pesanan mereka.

Ketika melihat harga di buku menu tersebut, Shirogane merasa jiwanya melayang karena melihat mahalnya makanan di sini. "Oi, Shin! Apa kau serius?" Shirogane bertanya, memastikan apakah temannya sedang bercanda atau sungguhan.

"Senpai, ini …" Ishigami juga merasakan hal yang sama, begitu juga dengan Shoyo yang hanya bisa terdiam.

Mereka semua adalah teman Shin dan tentunya tahu kalau Shin sering mengoleksi barang-barang terbilang mahal, tapi pikir mereka itu hasil dari Shin menabung selama bertahun-tahun, makanya Shin bisa membeli semua itu. Apalagi orang tua Shin juga bukan orang yang kekurangan, jadi wajar saja.

Namun kalau sudah seperti ini … mereka jadi ragu apakah Shin memang sangat kaya? Tapi mengingat kehidupan sehari-harinya yang biasa saja, mereka berpikir Shin tidak seperti itu.

"Katakan saja apa yang kalian makan. Sudah kubilang kan, jangan pikirkan soal harganya."

"K - Kau, sungguhan, kan?! Aku takut kalau kau menipu kami!" Ucapan Shirogane diberi anggukan setuju oleh Ishigami dan Shoyo.

"Apa aku memang seburuk itu?"

"Jujur saja, iya." Lagi-lagi ucapan Shirogane diberi anggukan setuju oleh Ishigami dan Shoyo.

"..." Shin terdiam untuk beberapa saat sebelum menutup buku menunya dan menghela nafas. "Oke. Sebelum kesabaranku habis, sebaiknya kalian cepat mengatakan apa yang ingin kalian makan."

"""Baik, baik, baik!""" Ketiganya cepat memilih apa yang menurut mereka terlihat menarik dan enak dimakan.

"Aku ingin Steak!"

"Sama!"

"Aku juga!"

"Saya catat, ya, Tuan." Pelayan itu mencatat pesanan mereka dan bertanya tingkat kematangan Daging serta Saus yang ingin digunakan.

Melihat Shirogane, Ishigami dan Shoyo yang tampak kebingungan, Shin menjawab pertanyaan Pelayan itu. "Tingkat kematangan sempurna. Untuk sausnya, ambil saja semua yang ada. Aku juga ingin mencicipi Sup terenak di sini."

"Baik, Tuan. Lalu untuk minumnya?"

"Kopi."

"""Sama!"""

Pelayan itu mencatat semua pesanan mereka dan memastikan apakah semuanya sudah benar. Setelah itu, Pelayan itu mengambil buku menu dan pergi.

"Kalian ini … Ini bukan pertama kalinya kalian makan di Restoran Mewah dan ditanya seperti tadi. Kenapa kalian kebingungan?" Shin mengingatkan mereka tentang Tour Sekolah dulu.

"I - Itu … Kami hanya gugup."

""Um! Um!"" Ishigami dan Shoyo mengangguk cepat.

Shin menepuk dahinya, bertanya-tanya mengapa mereka sangat kompak? Lalu mereka harus menunggu beberapa menit sebelum semua makanan yang mereka pesan diletakkan di meja.

Semua ini untuk Perayaan Shoyo dan memberikan semangat kepada Ishigami yang terlihat agak putus asa.

""""Selamat makan!!""""

***

"Apa kamu tahu apa kesalahanmu?" Shiina bertanya dengan tangan melipat, memandang dingin Shin yang baru saja masuk ke dalam Apartemennya.

"Aku … Pulang terlalu malam, mungkin?"

"Hanya itu saja?"

"Eh … memangnya ada lagi, ya?"

"Jangan bersikap polos."

"Maafkan aku."

Shiina memberikan Shin sebuah selembar kertas penuh dengan tulisan. Shin yang belum membacanya merasa kebingungan dan bertanya-tanya untuk apa ini? Daftar belanjaan? Mungkin dia berpikir begitu.

"Semua itu adalah daftar kesalahanmu selama satu hari ini."

"A - Apa?" Shin langsung membacanya. Dan, memang benar sekali seperti yang dikatakan Shiina. Selembar kertas itu penuh tentang kesalahannya selama satu hari ini, membuatnya merasa bersalah dan hanya bisa tersenyum masam.

"Dasar laki-laki. Meninggalkan seorang gadis setelah bertemu gadis yang lebih cantik dari sebelumnya. Hmph!" Shiina berbalik, meninggalkan Shin yang terdiam dan membantu.

"..."

'Ah, Ayah, wanita memang makhluk mengerikan, ya. Sekarang aku tahu kenapa kau selalu menuruti semua yang dikatakan Ibu.'

avataravatar
Next chapter