Remaja itu tak memikirkan waktu sekolahnya lagi. Matanya masih saja terpejam dengan lelehan air mata yang di puaskan keluar. Sendiri, tak ada siapa pun yang akan membujuk atau pun menenangkannya di saat seperti ini.
Kepalanya sangat terasa berat, seperti beban berat menimpanya tanpa belas. Rasa frustasi harusnya tak separah ini bagi seorang siswa sepertinya. Di banding percintaan, harusnya persaingan menjadi juara di sekolah menjadi fokusnya saat ini. Ya, harusnya seperti itu.
Mengepalkan telapak tangan kirinya, lantas memukul-mukul pelan dahi. Sampai beberapa kali, tiba-tiba saja bibirnya tertarik untuk mengulas senyum, sangat lebar. Begitu kontras dengan matanya yang sudah sangat sembab.
Ya, rupanya Devan menertawai ketidak jelasannya. Ia menertawai jatuh cintanya yang terlalu berlebihan. Hidupnya seperti di bawa berat dengan semua ini, hanya karena perasaannya pada Mike.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com