Kedua mata Sophie menyalang, dirinya begitu kaget kalau ucapan perang akan muncul sendiri dari mulut Evan. Wanita itu segera bergegas meninggalkan Evan, berjalan menuruni tangga untuk sampai ke markas besar angkatan bersenjata Liviel.
Ia berjalan melewati ketiga pria tersebut yang tengah melangkah berbarengan mendekati ruang kerja Evan. Ketiganya melihat Presiden Republik Liviel tampak sedang menunggu mereka di lantai dua, memandangi mereka dengan kuat.
Tak lama, Ben dan kawan-kawan akhirnya sampai di lantai dua dan berdiri dengan tegap di depan Evan. Para pejabat istana menganggap pertemuan Evan dengan ketiganya adalah hal biasa, padahal esensi pertemuan mereka sangat mempengaruhi masa depan Liviel.
Badan mereka langsung membungkuk, memberi hormat untuk yang pertama sebagai anggota dewan atau terakhir sebagai anggota bangsawan dan rakyat Liviel.
"Selamat datang di Istana Kepresidenan Liviel," ucap Evan, menyalami satu persatu orang di depannya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com